Revenge Trading Bisa Bikin Rugi Lebih Dalam, Hati-hati!
icon search
icon search

Top Performers

Revenge Trading Bisa Bikin Rugi Lebih Dalam, Hati-hati!

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Revenge Trading Bisa Bikin Rugi Lebih Dalam, Hati-hati!

Revenge Trading Bisa Bikin Rugi Lebih Dalam, Hati hati!

Daftar Isi

Emosi yang Mengendalikan Tombol Buy

Kamu pernah ngerasa pengen langsung buka posisi lagi setelah rugi? Rasa panas di dada, adrenalin naik, dan pikiran yang terus bilang “gue harus balikin modal sekarang juga”? Nah, kalau iya, kamu nggak sendirian. Banyak trader, baik pemula maupun berpengalaman, pernah ada di fase itu—fase di mana logika pelan-pelan digantikan oleh emosi.

Dari situ, lahirlah fenomena yang disebut revenge trading. Awalnya terlihat seperti upaya menebus kerugian, tapi kalau diteruskan, justru bisa bikin kamu terjebak dalam lingkaran stres dan kerugian yang makin besar. Dan di pasar kripto yang buka 24 jam tanpa henti, jebakan ini bisa datang kapan saja, bahkan saat kamu pikir “ini cuma trade kecil kok.”

 

Apa Itu Revenge Trading?

Revenge trading adalah tindakan melakukan transaksi lagi setelah mengalami kerugian—bukan karena sinyal analisis yang kuat, tapi karena dorongan emosi untuk balas dendam terhadap pasar. Trader merasa harus membuktikan bahwa dirinya benar, atau setidaknya menutup luka rugi dengan cepat.

Biasanya, perilaku ini muncul setelah loss besar atau kekalahan beruntun. Trader yang emosional langsung membuka posisi baru tanpa perhitungan matang, berharap profit berikutnya bisa menutupi kerugian sebelumnya. Padahal, langkah ini justru memperbesar risiko karena keputusan diambil tanpa rencana jelas.

Dalam konteks kripto, fenomena ini makin berbahaya. Market yang bergerak 24 jam membuat trader sulit berhenti dan refleksi. Kamu bisa terus “on” dan tidak sadar bahwa setiap klik buy atau sell kamu sebenarnya bukan strategi—melainkan reaksi emosional.

Kalau dibiarkan, revenge trading bisa berubah jadi kebiasaan. Dan saat itu terjadi, kamu nggak lagi mengendalikan market—market-lah yang mengendalikan kamu.

 

Kenapa Revenge Trading Bisa Terjadi?

Setiap trader pasti pernah rugi, tapi tidak semua bisa menerimanya dengan kepala dingin. Kerugian sering kali memunculkan dorongan psikologis untuk “membalas” pasar. Ini bukan sekadar ambisi, tapi reaksi alamiah otak terhadap stres dan kehilangan.

Ada beberapa faktor utama yang memicu revenge trading. Pertama, loss aversion, atau ketakutan berlebihan terhadap rugi. Otak manusia memang lebih kuat merespons rasa sakit dibanding rasa senang. Jadi, saat kamu rugi, pikiran langsung mencari cara cepat untuk menutupnya—meskipun caranya salah.

Kedua, overconfidence bias, yaitu keyakinan berlebihan bahwa kamu bisa menebak arah market setelah rugi. Bias ini sering muncul setelah periode profit. Begitu kena loss, ego menolak mengaku salah dan malah ingin “membuktikan” diri lagi.

Ketiga, ego depletion, kondisi di mana kontrol diri melemah setelah tekanan emosional. Setelah menghadapi loss besar atau situasi market ekstrem, kemampuan mengambil keputusan logis menurun. Akhirnya, keputusan impulsif pun keluar tanpa disadari.

Dan terakhir, ada FOMO (fear of missing out). Trader merasa takut ketinggalan momen balik arah market, sehingga buru-buru masuk posisi baru tanpa analisis.

Semua ini bekerja diam-diam. Kamu mungkin berpikir sedang trading normal, padahal yang bergerak bukan strategi, tapi egomu.

Nah setelah memahami kenapa itu bisa terjadi, langkah berikutnya adalah mengenali tanda-tanda bahwa kamu sedang terjebak di dalamnya.

 

Ciri-Ciri Kamu Sedang Terjebak Revenge Trading

Banyak trader nggak sadar kalau mereka sudah masuk ke fase revenge trading. Awalnya terlihat seperti “usaha menutup rugi”, tapi kalau diperhatikan, perilakunya mulai berubah.

Misalnya, kamu baru saja rugi besar. Tanpa berpikir panjang, kamu langsung buka posisi baru di arah yang sama—tanpa analisis ulang. Posisi itu malah rugi lagi, dan kamu tambah posisi lebih besar dengan harapan cepat balik modal. Ini tanda paling klasik dari revenge trading.

Ciri lainnya, kamu mulai mengabaikan trading plan yang sebelumnya kamu pegang teguh. Stop-loss kamu geser, posisi kamu tambah tanpa perhitungan, dan semua keputusan didorong oleh perasaan “market nggak mungkin begini terus.”

Bentuk lain, kamu mulai mengejar market. Begitu harga naik sedikit, kamu takut ketinggalan. Begitu turun, kamu buru-buru masuk karena yakin “sebentar lagi rebound.” Emosi naik-turun seperti roller coaster, dan fokus kamu bukan lagi pada strategi, tapi pada “menang melawan pasar.”

Menurut laporan TradersDNA 2024, mayoritas trader yang mengaku mengalami revenge trading menyebut penyebab utamanya bukan kekalahan finansial, tapi keinginan untuk “membuktikan” diri. Ini menunjukkan bahwa revenge trading bukan soal uang, melainkan soal psikologi trading yang belum stabil dan kendali diri yang belum terbangun kuat.

Kalau beberapa tanda di atas terasa familiar, mungkin kamu sedang berada di fase itu. Tapi jangan khawatir—fase ini bisa diatasi kalau kamu paham dampak sebenarnya dari revenge trading.

 

Dampak Nyata Revenge Trading pada Trader

Sekilas, revenge trading tampak seperti cara cepat menutup rugi. Padahal efek jangka panjangnya jauh lebih berat. Begitu kamu membiarkan emosi mengendalikan trading, kamu bukan hanya kehilangan uang, tapi juga kehilangan arah dan kepercayaan diri.

Pertama, kerugian finansial meningkat drastis. Karena keputusan diambil tanpa logika, ukuran posisi membesar, dan manajemen risiko dalam trading kripto diabaikan. Saat risk management lemah, bahkan strategi terbaik pun bisa gagal menjaga modal..

Kedua, muncul stres dan burnout. Setiap kali membuka posisi, tekanan meningkat. Bahkan ketika sedang tidak trading, pikiran kamu terus berputar pada hasil sebelumnya. Hal ini menurunkan fokus dan memicu kelelahan emosional.

Ketiga, disiplin trading plan runtuh. Semua sistem yang kamu buat untuk melindungi diri jadi percuma karena ego mengambil alih. Kamu jadi kehilangan rasa percaya diri terhadap strategi yang dulu kamu yakini.

Salah satu contoh ekstrem adalah kasus Nick Leeson, trader muda Barings Bank yang mencoba menutupi kerugiannya dengan posisi lebih besar. Bukannya untung, dia malah menyebabkan bank tertua di Inggris itu kolaps total. Meski itu contoh ekstrem, esensinya sama: saat emosi menguasai, risiko jadi tak terkendali.

Setelah melihat seberapa besar dampaknya, penting untuk tahu cara menghentikan siklus ini sebelum terlalu jauh.

 

Cara Menghindari Revenge Trading (Strategi Modern 2025)

Kabar baiknya, revenge trading bukan kutukan. Ini bisa dikendalikan dengan disiplin dan kesadaran diri. Kuncinya adalah mengubah reaksi emosional menjadi respon rasional.

Langkah pertama, buat trading plan yang tegas dan realistis agar setiap keputusan tetap berbasis data, bukan emosi. Tentukan kapan harus masuk, keluar, dan berapa besar risiko per posisi—seperti yang juga dibahas dalam panduan cara membuat trading plan kripto yang disiplin. Biasakan untuk tidak melanggar aturan itu dalam kondisi apa pun. Tentukan kapan harus masuk, keluar, dan berapa besar risiko per posisi. Biasakan untuk tidak melanggar aturan itu dalam kondisi apa pun.

Kedua, catat semua transaksi dan emosi kamu dalam jurnal trading. Ini bukan sekadar catatan teknis, tapi juga refleksi psikologis. Tools modern seperti Edgewonk atau TraderSync bisa membantu kamu menganalisis kapan emosi mulai memengaruhi keputusan.

Ketiga, terapkan aturan cooldown. Misalnya, setelah tiga kali loss beruntun, kamu wajib berhenti trading minimal 24 jam. Waktu istirahat ini membantu otak meredam impuls dan mengembalikan objektivitas.

Keempat, gunakan stop-loss otomatis dan jangan ubah posisinya karena rasa takut atau keyakinan pribadi. Banyak trader pemula lupa bahwa fungsi stop-loss dalam trading kripto bukan hanya melindungi modal, tapi juga menjaga kestabilan mental. Trader profesional justru diukur dari kemampuannya mematuhi batasan, bukan menebak pasar.

Kelima, melatih kesadaran diri (mindfulness). Banyak trader sukses 2025 sudah mulai menerapkan teknik pernapasan, meditasi singkat, atau afirmasi positif untuk menstabilkan emosi sebelum trading.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kamu bukan cuma mencegah revenge trading, tapi juga memperkuat mental sebagai trader.

Dan di pasar kripto, kesadaran semacam ini justru jadi senjata utama.

 

Revenge Trading di Pasar Kripto: Tantangan Tambahan

Di pasar kripto, revenge trading punya karakter unik. Market yang buka 24 jam bikin kamu sulit benar-benar istirahat. Belum lagi volatilitas yang ekstrem—harga bisa berubah drastis dalam hitungan menit, memicu emosi untuk bereaksi cepat.

Selain itu, komunitas kripto juga punya pengaruh besar. Grup Telegram, Discord, atau X (Twitter) penuh opini dan screenshot profit trader lain. Tanpa sadar, kamu mulai membandingkan hasilmu dengan mereka. Rasa iri atau ingin membuktikan diri memperkuat dorongan revenge trading.

Data komunitas kripto 2025 menunjukkan lebih dari 60% trader retail pernah membuka posisi baru segera setelah rugi besar, dan separuhnya mengaku melakukannya karena tekanan sosial atau FOMO. Ini menunjukkan bahwa tantangan di kripto bukan hanya teknikal, tapi juga psikologis.

Maka dari itu, kamu perlu sadar bahwa recovery terbaik dari kerugian bukan dengan balas dendam, tapi dengan jeda dan evaluasi. Dalam market secepat ini, kekuatan bukan di reaksi cepat, tapi di kemampuan menahan diri.

 

Kesimpulan: Menang Bukan Soal Balas Dendam

Market nggak pernah punya niat jahat pada kamu. Pasar hanya memantulkan apa yang kamu bawa ke dalamnya: emosi, ekspektasi, dan ego. Saat kamu merasa diserang oleh market, sebenarnya yang sedang menyerang adalah dirimu sendiri—karena kamu belum berdamai dengan rasa rugi.

Revenge trading bukan sekadar kesalahan teknis, tapi cermin dari kondisi mental seorang trader yang belum siap menghadapi realita bahwa rugi adalah bagian dari proses. Semakin kamu menolak kerugian, semakin besar kemungkinan kamu terjebak dalam lingkaran yang sama. Karena di titik itu, yang kamu kejar bukan profit, tapi pembenaran diri.

Padahal, inti dari trading bukan tentang seberapa sering kamu menang, melainkan bagaimana kamu bertahan dan bereaksi ketika kalah. Trader yang matang tahu bahwa kendali terbesar bukan pada arah market, tapi pada cara dia meresponsnya.

Dengan mengenali tanda-tanda awal revenge trading, memahami akar emosinya, dan membangun sistem pengendalian diri, kamu sedang mengubah pola pikir dari “membalas pasar” menjadi “belajar dari pasar.” Dari sana, setiap kerugian bukan lagi musuh, tapi guru yang memoles disiplin dan kesabaranmu.

Trading yang sehat itu seperti perjalanan membangun mental baja: kamu jatuh, refleksi, lalu bangkit lebih cerdas. Ketika kamu sudah bisa menahan jari untuk tidak balas klik setelah rugi, di situlah kamu benar-benar naik level—bukan hanya sebagai trader, tapi sebagai individu yang paham bahwa kemenangan sejati datang dari kendali, bukan dari balas dendam.

 

Itulah informasi menarik tentang Revenge Trading yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow IG Indodax

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

1. Apa perbedaan revenge trading dan overtrading?
Overtrading bisa terjadi karena ambisi profit, sedangkan revenge trading karena emosi setelah rugi. Bedanya, overtrading bisa dilakukan saat profit maupun rugi, tapi revenge trading hampir selalu muncul setelah kekalahan.

2. Kenapa revenge trading sering terjadi di kripto?
Karena market 24 jam dan volatilitas tinggi membuat trader sulit berhenti dan refleksi. Akses instan bikin kamu cepat bereaksi tanpa analisis.

3. Bagaimana cara tahu kalau aku sedang revenge trading?
Kalau kamu membuka posisi hanya karena ingin menutup rugi dengan cepat, bukan karena sinyal valid, berarti kamu sudah terjebak.

4. Apakah revenge trading bisa dihindari sepenuhnya?
Tidak sepenuhnya, karena emosi manusia tidak bisa dihapus. Tapi kamu bisa mengendalikannya lewat disiplin, jurnal emosi, dan aturan cooldown.

5. Apakah trader profesional juga bisa revenge trading?
Bisa. Bahkan trader berpengalaman pun bisa tergelincir jika sedang lelah mental atau stres berat. Bedanya, mereka cepat menyadarinya dan berhenti sebelum makin dalam.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
Nama Harga 24H Chg
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

LSTM: Otak AI yang Bisa Tebak Harga Kripto!

Ketika AI mulai membaca napas pasar Kamu pasti pernah melihat

VirusTotal: Senjata Rahasia Lawan Link Scam Kripto!

Belakangan ini, serangan siber di ekosistem kripto makin canggih. Modusnya

Revenge Trading Bisa Bikin Rugi Lebih Dalam, Hati-hati!
09/10/2025
Revenge Trading Bisa Bikin Rugi Lebih Dalam, Hati-hati!

Emosi yang Mengendalikan Tombol Buy Kamu pernah ngerasa pengen langsung

09/10/2025