Bayangin kamu lagi santai malam-malam, buka ponsel, lalu lihat berita: ratusan juta dolar kripto raib hanya dalam hitungan menit. Dunia blockchain memang secepat itu inovasi yang membawa harapan finansial baru, tapi juga mengundang bahaya baru.
Ada yang memanfaatkannya untuk membangun masa depan digital, tapi ada pula yang menukarnya dengan tindakan jahat demi keuntungan pribadi. Mereka dikenal sebagai Black Hat Hacker peretas yang bekerja di balik layar, menyerang tanpa peringatan, dan sering kali meninggalkan jejak kerugian miliaran dolar.
Fenomena ini bukan hal baru. Sejak awal kemunculan kripto, blockchain sudah jadi ladang uji bagi hacker. Tapi semakin besar nilai aset yang berputar di dalamnya, semakin besar pula godaan untuk menembus pertahanan digital.
5 Serangan Black Hat Hacker Paling Fatal di Blockchain, Apa sajakah?
Nah, artikel ini akan ngebahas lima serangan terbesar dan paling fatal yang pernah mengguncang industri blockchain — bukan cuma dari sisi angka, tapi juga dampaknya terhadap kepercayaan, teknologi, dan masa depan keamanan kripto.
1. Ronin Network (2022): Ketika GameFi Jadi Target Serius
Ronin Network,yang merupakan jembatan blockchain milik Axie Infinity, jadi korban serangan yang hampir mematikan. Nilai kerugian mencapai US$625 juta, menjadikannya salah satu pencurian kripto terbesar sepanjang sejarah. Tapi yang bikin miris, celahnya bukan karena teknologi blockchain yang lemah, melainkan karena faktor manusia.
Menurut CoinDesk dan Halborn Security, hacker berhasil mengambil alih lima dari sembilan validator nodes milik Ronin. Dengan kontrol mayoritas, mereka memalsukan transaksi lintas jaringan tanpa terdeteksi.
Celah ini muncul karena salah satu validator memberikan akses berlebihan kepada pihak ketiga — keputusan yang kelihatannya sepele, tapi berakibat fatal.
Serangan Ronin mengguncang kepercayaan publik terhadap konsep play-to-earn. Bagi banyak orang, inilah momen di mana euforia GameFi berubah jadi peringatan keras: desentralisasi tanpa kontrol dan keamanan yang disiplin hanyalah utopia rapuh.
Setelah insiden itu, Sky Mavis (pengembang Axie) menerapkan audit keamanan berlapis dan memperketat izin validator. Pelajaran yang mahal, tapi penting.
Kalau Bybit mengajarkan pentingnya sistem penyimpanan yang kuat, maka Ronin jadi pengingat bahwa keamanan juga harus dijaga oleh manusia yang mengoperasikannya.
Dan keduanya membuka mata bahwa ancaman di dunia blockchain bisa datang dari mana saja — baik dari kode, jaringan, maupun kelalaian manusia sendiri.
2. Poly Network (2021): Saat Hacker Jadi Pahlawan Tak Terduga
Kasus Poly Network berbeda dari dua sebelumnya. Tahun 2021, jembatan lintas-chain ini diretas dengan kerugian lebih dari US$610 juta. Tapi plot twist-nya luar biasa — si hacker justru mengembalikan seluruh dana dan mengatakan bahwa tujuannya hanyalah “menguji keamanan.”
Seperti dilaporkan oleh BBC dan Wikipedia, exploit ini terjadi karena bug di smart contract yang memungkinkan hacker mengalihkan dana antar-blockchain tanpa izin. Walaupun akhirnya dana dikembalikan, insiden ini membuka diskusi besar soal etika hacking dan batas antara white hat dan black hat.
Poly Network kemudian menjadikan insiden itu sebagai momen refleksi. Mereka menggandeng perusahaan audit dan memperkuat sistem validasi lintas rantai. Banyak proyek DeFi lain juga belajar bahwa interoperabilitas yang belum matang bisa jadi pintu masuk bencana.
Kasus ini juga mempertegas pentingnya mekanisme responsible disclosure, di mana peneliti keamanan melaporkan bug dengan etika dan tanggung jawab, bukan mengeksploitasinya. Sejak saat itu, hubungan antara pengembang dan komunitas white hat semakin erat dalam menjaga keamanan ekosistem blockchain.
3. Bitfinex Hack (2016): Luka Lama yang Tak Pernah Hilang
Kalau kita mundur beberapa tahun, serangan terhadap Bitfinex di tahun 2016 adalah pengingat bahwa sejarah blockchain memang penuh darah dan pelajaran. Sebanyak 120.000 BTC dicuri — setara US$70 juta pada waktu itu, tapi kini nilainya bisa mencapai miliaran dolar.
Menurut Reuters dan CNBC, hacker memanfaatkan celah dalam sistem multisig Bitfinex yang terhubung ke BitGo. Aset tersebut dicuri bertahun-tahun sebelum akhirnya sebagian besar ditemukan dan disita kembali oleh otoritas AS pada 2022.
Menariknya, Bitfinex menanggung kerugian pengguna lewat token BFX yang bisa dikonversi jadi saham perusahaan — strategi penyelamatan yang dianggap visioner di masa itu.
Kasus Bitfinex mengingatkan kita bahwa reputasi di dunia kripto dibangun dari transparansi dan keberanian bertanggung jawab. Setelah kejadian ini, banyak bursa memperkuat tata kelola internal, audit transaksi, dan integrasi keamanan pihak ketiga.
4. Bybit (2025): Ketika Kepercayaan di Exchange Diuji
Serangan terhadap Bybit di awal 2025 bukan cuma soal besarnya nilai yang dicuri, tapi juga tentang goyahnya rasa aman pengguna terhadap bursa kripto besar. Lebih dari 400.000 ETH, atau sekitar US$1,5 miliar, berhasil dicuri dengan mengeksploitasi celah di sistem cold wallet yang mestinya jadi benteng terakhir.
Menurut laporan The Register dan Cointelegraph, investigasi mengarah ke Lazarus Group, sindikat peretas asal Korea Utara yang sudah lama dikenal sebagai ancaman global. Mereka memanfaatkan kelemahan pada sistem multi-tanda tangan (multisig wallet) yang digunakan untuk otorisasi transaksi. Begitu celah ditemukan, mereka dengan cepat mengalirkan ETH ke ratusan alamat anonim.
Bybit langsung bereaksi dengan membekukan transaksi, meluncurkan program bounty bagi siapa pun yang bisa membantu melacak dana, dan menggandeng lembaga keamanan internasional. Tapi bagi pengguna, luka kepercayaan sulit sembuh.
Serangan ini menunjukkan bahwa bahkan exchange besar dengan audit ketat pun bisa jadi korban — karena di dunia digital, tidak ada yang benar-benar kebal.
Di sisi lain, muncul kesadaran bahwa ada peretas yang bekerja sebaliknya: white hat hacker, mereka yang menemukan celah tapi melaporkannya secara etis. Tanpa kontribusi mereka, sistem blockchain bisa runtuh kapan saja.
Setelah kasus Bybit, banyak platform meninjau ulang arsitektur wallet mereka dan mulai menggandeng komunitas white hat lewat program bug bounty agar celah keamanan bisa dideteksi lebih cepat.
5. WazirX Hack (2024): Serangan di Tengah Ketatnya Regulasi India
Menjelang akhir 2024, WazirX, salah satu exchange terbesar di India, terkena serangan besar. Sekitar US$230 juta lenyap akibat manipulasi pada multisig contract internal. Ironisnya, peretasan ini terjadi di tengah gelombang regulasi ketat pemerintah India terhadap aset digital.
Menurut laporan Cointelegraph dan Times of India, pelaku memanfaatkan kelengahan sistem internal yang tidak segera diperbarui setelah pembaruan kontrak dilakukan.
Akibatnya, kontrol atas sebagian wallet berpindah tangan tanpa terdeteksi. Setelah kejadian itu, WazirX memperketat audit, menggandeng pihak keamanan siber, dan menerapkan sistem pemantauan real-time.
Kalau kasus Bitfinex menyoroti pentingnya tanggung jawab, maka WazirX jadi contoh bahwa keamanan siber dan kepatuhan regulasi harus berjalan beriringan. Dunia kripto bukan lagi zona bebas tanpa hukum; ia kini bagian dari sistem keuangan global yang menuntut standar transparansi tinggi.
Kesimpulan: Blockchain Aman, Tapi Manusia Tetap Titik Lemahnya
Dari Bybit sampai WazirX, semua kasus ini menunjukkan satu hal: blockchain itu aman, tapi manusia tidak selalu begitu. Mayoritas serangan besar bukan terjadi karena kelemahan sistem kripto itu sendiri, melainkan karena bug, kelalaian, atau keputusan yang salah.
Namun, setiap tragedi juga membawa perubahan. Dunia blockchain kini jauh lebih dewasa. Program bug bounty seperti HackerOne dan Immunefi muncul sebagai garis pertahanan pertama. Audit keamanan menjadi standar wajib, bukan pilihan. Dan kesadaran pengguna meningkat untuk tidak sembarangan klik link atau simpan aset di tempat yang tidak diawasi.
Sebagai pelengkap, kamu bisa baca artikel Mengenal HackerOne dan Konsep Bug Bounty di Dunia Kripto dan Immunefi: Tameng DeFi yang Lindungi Aset Kripto dari Serangan Hacker buat ngerti lebih dalam bagaimana komunitas white hat membantu melindungi ekosistem blockchain.
Akhirnya, keamanan di dunia kripto bukan tanggung jawab satu pihak saja. Ini tentang komunitas yang terus belajar dari setiap luka digital. Karena di dunia blockchain, yang paling kuat bukan yang paling cepat atau paling pintar — tapi yang paling waspada, paling adaptif, dan paling siap menghadapi serangan berikutnya.
FAQ
- Apa bedanya Black Hat Hacker dan White Hat Hacker?
Black Hat Hacker adalah peretas yang memanfaatkan celah keamanan untuk keuntungan pribadi atau tujuan jahat. Sedangkan White Hat Hacker bekerja secara etis, melaporkan bug, dan membantu memperbaiki sistem. Dunia blockchain membutuhkan lebih banyak white hat untuk menjaga keamanan ekosistem. - Apakah blockchain bisa diretas?
Secara teknis, blockchain sangat sulit diretas karena menggunakan enkripsi dan sistem desentralisasi. Namun, celah sering muncul di level aplikasi seperti smart contract, bridge, atau exchange yang tidak diaudit dengan baik. - Apa serangan terbesar dalam sejarah kripto?
Beberapa di antaranya adalah Bybit (2025), Ronin (2022), Poly Network (2021), Bitfinex (2016), dan WazirX (2024). Semuanya menimbulkan kerugian ratusan juta hingga miliaran dolar dan menjadi pelajaran penting bagi industri. - Bagaimana cara melindungi aset kripto dari hacker?
Gunakan hardware wallet, aktifkan autentikasi dua faktor (2FA), hindari klik link mencurigakan, dan gunakan platform dengan reputasi tinggi yang rutin melakukan audit keamanan. - Apakah bug bounty benar-benar efektif melawan hacker?
Ya, program bug bounty terbukti efektif karena melibatkan komunitas white hat hacker untuk menemukan dan melaporkan celah sebelum disalahgunakan pihak jahat. Platform seperti Immunefi dan HackerOne adalah contoh suksesnya.
Daftar Sumber Referensi
- Kasus Bybit Hack (2025)
- The Register – “Bybit declares war on Lazarus crew to regain stolen $1.5B” https://www.theregister.com/2025/02/26/bybit_lazarus_bounty/
- Cointelegraph – “How the Bybit hack happened: inside the $1.5 billion crypto heist” https://cointelegraph.com/learn/articles/how-the-bybit-hack-happened
- Reuters – “FBI says North Korea was responsible for $1.5 billion Bybit hack” https://www.reuters.com/technology/cybersecurity/fbi-says-north-korea-was-responsible-15-billion-bybit-hack-2025-02-27/
- CSO Online – “Bybit’s $1.5B hack linked to North Korea’s Lazarus Group”
https://www.csoonline.com/article/3831315/bybits-1-5b-hack-linked-to-north-koreas-lazarus-group.html
- Kasus Ronin Network / Axie Infinity (2022)
- CoinDesk – “Axie Infinity’s Ronin Network Suffers $625M Exploit”
https://www.coindesk.com/tech/2022/03/29/axie-infinitys-ronin-network-suffers-625m-exploit/ - Halborn Security – “Explained: The Ronin Hack March 2022” https://www.halborn.com/blog/post/explained-the-ronin-hack-march-2022
- Kasus Poly Network (2021)
- BBC – “Poly Network hacker returns $600m stolen cryptocurrency”
https://www.bbc.com/news/technology-58170809 - Wikipedia – Poly Network exploit (summary & timeline)
https://en.wikipedia.org/wiki/Poly_Network_exploit
- Kasus Bitfinex Hack (2016)
- Reuters – “US arrests two suspects in 2016 Bitfinex hack” https://www.reuters.com/technology/us-arrests-two-bitfinex-hack-suspects-2022-02-08/
- CNBC – “US seizes $3.6 billion in stolen Bitcoin from Bitfinex hack” https://www.cnbc.com/2022/02/08/bitfinex-hack-us-seizes-3point6-billion-in-stolen-bitcoin.html
- Kasus WazirX Hack (2024)
- Cointelegraph – “WazirX crypto exchange hacked, $230 million stolen” https://cointelegraph.com/news/wazirx-crypto-exchange-hacked-230-million-stolen
- Times of India – “Cryptocurrency exchange WazirX hacked” https://timesofindia.indiatimes.com/business/cryptocurrency-exchange-wazirx-hacked/articleshow/107899722.cms
Itulah informasi menarik tentang Blockchain yang bisa kamu dalami lebih lanjut di kumpulan artikel kripto dari Indodax Academy. Selain mendapatkan insight mendalam lewat berbagai artikel edukasi crypto terpopuler, kamu juga bisa memperluas wawasan lewat kumpulan tutorial serta memilih dari beragam artikel populer yang sesuai minatmu.
Selain update pengetahuan, kamu juga bisa langsung pantau harga aset digital di Indodax Market dan ikuti perkembangan terkini lewat berita crypto terbaru. Untuk pengalaman trading lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading dari Indodax. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu nggak ketinggalan informasi penting seputar blockchain, aset kripto, dan peluang trading lainnya.
Kamu juga bisa ikutin berita terbaru kami lewat Google News agar akses informasi lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan aset kripto kamu dengan fitur INDODAX staking crypto, cara praktis buat dapetin penghasilan pasif dari aset yang disimpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: AL