Jika kamu pernah mengirim uang lintas negara dan menunggu berhari-hari, kemungkinan besar jaringan di belakangnya melibatkan SWIFT. Di sisi lain, dunia kripto memperkenalkan blockchain yang menjanjikan settlement lebih cepat, biaya lebih rendah, dan transparansi lebih tinggi.
Artikel ini membedah keduanya secara jujur—bukan sekadar hype—agar kamu paham kapan harus memakai SWIFT, kapan masuk akal memakai blockchain, dan bagaimana keduanya bisa hidup berdampingan di sistem keuangan global.
Apa Itu SWIFT dan Blockchain?
SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication) adalah jaringan perpesanan standar yang menghubungkan ribuan institusi keuangan di berbagai negara.
SWIFT tidak memindahkan dana secara fisik; ia mengirimkan instruksi pembayaran yang kemudian dieksekusi melalui hubungan koresponden bank. Kekuatan SWIFT ada pada jangkauan global, standar pesan (seperti ISO 20022), dan kepatuhan regulasi yang matang.
Blockchain adalah buku besar terdistribusi yang menyimpan catatan transaksi secara on-chain. Alih-alih bergantung pada bank koresponden, jaringan blockchain mengandalkan konsensus (misalnya Proof of Stake) dan validator untuk memverifikasi transaksi.
Di atas blockchain, aset kripto, stablecoin, atau tokenized deposits dapat berpindah secara peer-to-peer, dengan data transaksi yang bisa diverifikasi publik.
Artikel Menarik Lainnya Untuk Kamu Baca: XRP & HBAR Ramai Disebut, Apa Benar Dipakai SWIFT?
Cara Kerja: Pesan vs Konsensus
Di SWIFT, transaksi dimulai dari satu bank yang mengirim pesan ke bank lain melalui format terstandar. Dana berpindah melalui perantara (korresponden) sampai mencapai penerima. Keberhasilan transaksi sangat ditentukan oleh jaringan relasi bank, cut-off time, serta pemeriksaan kepatuhan.
Di blockchain, transaksi diajukan ke jaringan, divalidasi oleh node/validator, lalu dicatat ke blok. Finalitas terjadi ketika blok mendapatkan jumlah konfirmasi tertentu. Prinsipnya: satu sumber kebenaran bersama, bukan banyak pembukuan privat yang harus saling rekonsiliasi.
Waktu Settlement: T+2 vs Near Real-Time
Transfer lintas negara via jalur perbankan tradisional sering kali settlement-nya T+1 hingga T+2 (bahkan lebih lama pada jalur eksotis), karena adanya zona waktu, cut-off, antrian compliance, dan rekonsiliasi antar bank. Peningkatan seperti pelacakan end-to-end memangkas sebagian friksi, namun perantara tetap menambah waktu.
Pada blockchain publik yang likuid, transaksi bisa dikonfirmasi dalam hitungan detik hingga menit, tergantung jaringan dan beban. Meski cepat, “cepatan” ini harus dibedakan dari “finalitas hukum.”
Untuk koridor institusional, finalitas regulatori tetap penting—bukan hanya finalitas teknis. Artinya, real-time di blockchain perlu diselaraskan dengan proses KYC/AML dan kebijakan setempat.
Biaya: Layer Legacy vs On-Chain Fees
SWIFT melibatkan biaya dari beberapa lapis: bank pengirim, bank penerima, bank koresponden, biaya FX, hingga potongan perantara. Biaya ini bisa menumpuk, terutama untuk nominal kecil dan koridor jarang dilewati.
Blockchain mengenakan network fee (gas), kustodi (jika pakai kustodian), dan biaya on/off-ramp fiat. Pada jaringan efisien, biaya bisa sangat rendah dan transparan. Namun, saat jaringan padat, biaya bisa melonjak.
Selain itu, spread konversi antara fiat–stablecoin–aset kripto dapat menambah total cost. Jadi “lebih murah” tidak otomatis berlaku untuk semua skenario, tetapi potensinya nyata—terutama untuk pembayaran mikro, B2B rutin, dan remitansi tertentu.
Transparansi & Pelacakan
Di SWIFT, pelacakan modern memungkinkan pihak terkait memonitor status pembayaran. Namun detail granular biasanya berada di sistem internal bank. Transparansi berlapis ini baik untuk privasi, tetapi menyulitkan audit lintas entitas.
Di blockchain publik, transaksi dapat dilihat siapa saja. Hash, waktu, dan nilai tercatat permanen, memudahkan audit dan forensik on-chain. Ini meningkatkan akuntabilitas, meski menimbulkan dilema privasi.
Solusinya bisa berupa blockchain berizin (permissioned), teknik privasi selektif, atau standar data yang menjaga keseimbangan antara transparansi dan kerahasiaan.
Skalabilitas, Kepatuhan, dan Risiko
Skala SWIFT terbentuk puluhan tahun: jaringan bank, standar kepatuhan, dan manajemen risiko yang ketat. Tantangannya adalah kecepatan inovasi dan integrasi teknologi baru tanpa mengganggu stabilitas.
Blockchain menghadirkan skalabilitas horizontal lewat L2, sharding, dan optimisasi throughput. Tantangannya berada pada kepatuhan (KYC/AML, sanksi), tata kelola protokol, risiko smart contract, serta stabilitas harga aset on-chain. Untuk lembaga, kontrol akses dan audit trail yang jelas adalah kunci.
Kasus Penggunaan: Kapan Memilih SWIFT, Kapan Blockchain
Pilih SWIFT saat transaksi memerlukan kepastian regulasi ketat, jalur dokumentasi yang matang (trade finance kompleks), atau melibatkan koridor yang belum siap on-chain. SWIFT unggul pada integrasi bank global, dukungan compliance, dan proses sengketa.
Pilih blockchain untuk pembayaran ritel lintas negara, treasury internal antar-entitas, atau settlement aset digital (misalnya stablecoin) yang membutuhkan kecepatan dan biaya rendah. Untuk perusahaan, kombinasi on-chain treasury plus on/off-ramp terlisensi dapat memangkas waktu rekonsiliasi dan meningkatkan visibilitas kas.
Aset Kripto yang Ramai Disebut dalam Konteks SWIFT
Belakangan, dua aset kripto yang sering dikaitkan dengan SWIFT adalah XRP (Ripple) dan Hedera (HBAR). Keduanya ramai diperbincangkan karena profil teknis yang dianggap cocok untuk pembayaran lintas negara dan tokenisasi.
XRP punya finalisasi cepat (3–5 detik di XRPL) dan efisiensi energi yang relatif tinggi. Ripple juga punya rekam jejak lewat produk On-Demand Liquidity (ODL) yang dipakai oleh SBI Remit untuk remitansi Jepang–Filipina. Hal ini membuat XRP sering disebut sebagai kandidat alami untuk settlement cepat dengan biaya rendah.
HBAR dari Hedera menonjol lewat algoritma konsensus hashgraph aBFT dengan throughput tinggi dan konsumsi energi sangat rendah. Ditambah lagi, adanya Governing Council berisi perusahaan global membuat Hedera lebih mudah diterima dalam ekosistem institusional.
Namun, penting digarisbawahi: SWIFT belum pernah menyebut XRP atau HBAR secara resmi dalam rencana uji coba 2025. Fokus SWIFT adalah pada interoperabilitas aset digital dan CBDC menggunakan jaringan pesan yang sudah ada, termasuk eksperimen dengan Chainlink CCIP. Jadi, pembicaraan soal XRP dan HBAR lebih banyak berasal dari komunitas yang menilai kecocokan teknis, bukan konfirmasi resmi dari SWIFT.
Kehadiran diskursus ini menunjukkan bahwa blockchain yang kompatibel dengan standar internasional seperti ISO 20022 memang punya peluang lebih besar untuk masuk ke ekosistem SWIFT. Tetapi, sampai ada pernyataan resmi, status XRP dan HBAR tetap spekulatif meskipun potensinya jelas terlihat.
Artikel Menarik Lainnya: Memahami Perbedaan Mendalam CBDC dan Aset Kripto
Potensi Disrupsi di Sistem Keuangan Global
Stablecoin yang dipatok ke mata uang fiat dan CBDC membuka jalur settlement 24/7 dengan transparansi tinggi. Tokenisasi aset (surat utang, invoice, sekuritas) dapat membawa penyelesaian DvP (delivery-versus-payment) yang lebih cepat dan dapat diprogram. Di sinilah blockchain berpotensi menggeser proses pasca-perdagangan yang selama ini lamban.
Namun disrupsi bukan berarti penghapusan total. Kemungkinan besar, kita akan melihat koeksistensi: jaringan perbankan memanfaatkan standar modern dan interoperabilitas, sementara blockchain menyediakan “jalur cepat” untuk aset digital.
Pada akhirnya, pemenang adalah pengguna yang mendapatkan biaya lebih rendah, kecepatan lebih baik, dan visibilitas yang jelas.
Apa Artinya Bagi Bisnis dan Individu?
Untuk bisnis, manfaat terbesar ada pada arus kas yang lebih dapat diprediksi, rekonsiliasi otomatis, dan pelacakan real-time. Untuk individu, remitansi yang lebih murah dan cepat adalah dampak langsung.
Kuncinya adalah memilih koridor dan instrumen yang tepat: apakah harus lewat bank dengan kepastian regulasi, atau memanfaatkan stablecoin di jaringan efisien dengan on/off-ramp tepercaya.
Kesimpulan
SWIFT unggul pada jaringan global, kepatuhan, dan proses yang sudah teruji; kekurangannya adalah waktu dan biaya yang bisa membengkak karena banyak perantara. Blockchain menawarkan settlement cepat, biaya potensial lebih rendah, dan transparansi tinggi; tantangannya ada pada skalabilitas, kepatuhan, dan risiko teknis.
Masa depan tampaknya bukan “SWIFT versus blockchain,” melainkan integrasi cerdas keduanya: standar perbankan yang makin modern berpadu dengan rails on-chain yang gesit, sehingga pembayaran lintas negara menjadi lebih cepat, murah, dan akuntabel.
Itulah informasi menarik tentang Blockchain yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
- Apakah blockchain akan menggantikan SWIFT sepenuhnya?
Kemungkinan besar tidak dalam waktu dekat. Keduanya akan berkoeksistensi, dengan blockchain mempercepat jalur tertentu dan SWIFT mempertahankan peran di koridor regulasi tinggi. - Apakah biaya di blockchain selalu lebih murah?
Tidak selalu. Biaya jaringan, spread konversi, dan on/off-ramp memengaruhi total biaya. Namun untuk koridor tertentu, blockchain bisa jauh lebih efisien. - Seberapa cepat settlement di blockchain?
Umumnya detik hingga menit secara teknis, tetapi finalitas hukum tetap bergantung pada kebijakan lembaga dan kepatuhan setempat. - Bagaimana dengan privasi?
SWIFT menjaga informasi di dalam sistem perbankan. Blockchain publik transparan sehingga perlu pendekatan privasi selektif atau penggunaan chain berizin untuk kasus institusional. - Apa peran stablecoin dan CBDC?
Keduanya dapat menghadirkan settlement 24/7 dengan visibilitas tinggi. Stablecoin mendorong inovasi cepat, sementara CBDC membawa kejelasan regulasi di tingkat bank sentral.
Author: ON