Dalam dunia investasi, terutama di pasar kripto yang berkembang pesat, istilah underpricing sering muncul saat sebuah proyek atau perusahaan melaksanakan Initial Public Offering (IPO).
Meski umum terdengar di pasar saham, fenomena ini kini juga merambah ke IPO kripto seperti Initial Coin Offering (ICO) atau Initial Exchange Offering (IEO). Apa makna sebenarnya dari underpricing, mengapa terjadi, dan kenapa bisa jadi sinyal penting bagi investor kripto? Mari kita kupas tuntas.
Apa Itu Underpricing?
Underpricing adalah kondisi ketika harga penawaran awal suatu aset (misalnya saham atau token) saat IPO lebih rendah dibandingkan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan. Misalnya, jika sebuah token dijual seharga Rp1.000 saat IEO, tapi langsung diperdagangkan di pasar sebesar Rp1.500, berarti terjadi underpricing sebesar 50%.
Fenomena ini tidak hanya terjadi secara kebetulan, tetapi sering kali disengaja sebagai strategi dari perusahaan atau tim pengembang. Tujuannya antara lain menarik minat investor awal, menciptakan buzz di pasar, dan memastikan likuiditas pada tahap awal.
Penyebab Underpricing dalam IPO
Beberapa faktor umum yang menyebabkan underpricing adalah:
- Asimetri Informasi
Ada ketidakpastian informasi antara pihak internal (emiten) dan publik. Investor tidak tahu persis nilai fundamental aset, sehingga harga diturunkan untuk menarik minat mereka. - Manajemen Risiko
Emiten menghindari risiko IPO gagal karena kurangnya permintaan. Harga rendah memastikan seluruh penawaran terjual habis. - Efek Marketing
Harga yang melonjak di pasar sekunder menciptakan citra positif dan buzz media, menarik lebih banyak perhatian ke proyek atau perusahaan. - Keterbatasan Regulasi
Di pasar kripto, regulasi yang masih longgar membuat praktik underpricing lebih sering terjadi sebagai bentuk strategi kompetitif.
Kenapa Underpricing Bisa Jadi Sinyal untuk Investor Kripto?
Bagi investor kripto, underpricing bisa menjadi sinyal positif maupun negatif. Berikut makna yang perlu diperhatikan:
- Sinyal Kepercayaan Tim
Jika tim rela “kehilangan” potensi keuntungan awal, ini bisa diartikan sebagai kepercayaan pada prospek jangka panjang proyek. - Indikator Minat Pasar
Lonjakan harga setelah IPO menunjukkan permintaan pasar yang kuat, memberi peluang profit jangka pendek. - Waspada Bubble Harga
Namun, lonjakan yang terlalu tinggi dan cepat bisa menandakan spekulasi murni tanpa dasar fundamental, sehingga perlu hati-hati akan potensi koreksi tajam.
Baca juga artikel terkait: Cara Ikut e-IPO 2025: Daftar, Modal, Risiko & Refund
Strategi Investor Menghadapi Underpricing
Investor kripto perlu cerdas menghadapi situasi underpricing dengan strategi berikut:
- Riset Fundamental
Jangan hanya tergiur harga awal murah atau lonjakan harga, tetapi cek whitepaper, tim, use case, hingga komunitas proyek. - Pahami Tujuan Investasi
Apakah kamu mau trading cepat memanfaatkan lonjakan awal, atau hold untuk jangka panjang? Strategi akan berbeda. - Perhatikan Likuiditas
Aset dengan underpricing ekstrem tapi volume perdagangan rendah berpotensi sulit dijual cepat. - Diversifikasi
Jangan hanya taruh modal di satu IPO atau IEO saja. Diversifikasi portofolio mengurangi risiko kerugian besar.
Contoh Underpricing di Dunia Kripto
Beberapa kasus terkenal di dunia kripto melibatkan underpricing, misalnya:
- Solana (SOL)
Solana meluncurkan token-nya di harga sangat rendah dan menarik perhatian besar dari komunitas, yang kemudian mendorong harga ke level ATH beberapa tahun kemudian.
Kedua kasus ini memperlihatkan bahwa underpricing bisa menjadi sinyal proyek yang berkualitas, tapi tetap harus disaring dengan analisis kritis.
Risiko di Balik Underpricing
Meski terlihat menggiurkan, underpricing juga membawa risiko:
- Pump and Dump
Lonjakan harga hanya dimanfaatkan pihak tertentu untuk menjual besar-besaran, meninggalkan investor ritel merugi. - Kurangnya Fondasi
Harga yang naik hanya karena hype tanpa dukungan fundamental berpotensi jatuh tajam saat minat pasar memudar. - Overconfidence
Investor baru sering salah mengartikan underpricing sebagai jaminan kesuksesan, padahal banyak faktor lain yang menentukan keberhasilan jangka panjang.
Kesimpulan
Underpricing dalam IPO, termasuk di dunia kripto, adalah fenomena yang menarik sekaligus rumit. Bagi investor, ini bisa menjadi sinyal peluang keuntungan maupun peringatan risiko tersembunyi. Kunci utama adalah melakukan riset mendalam, memahami dinamika pasar, dan menetapkan strategi investasi yang sesuai. Jangan terjebak euforia sesaat; gunakan underpricing sebagai salah satu dari banyak indikator dalam pengambilan keputusan investasi.
FAQ
1. Apa itu underpricing?
Underpricing adalah kondisi di mana harga saham perdana (IPO) ditetapkan lebih rendah dari harga pasar pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder. Hal ini membuat investor awal yang membeli di pasar perdana berpotensi mendapatkan keuntungan instan karena harga saham cenderung naik saat mulai diperdagangkan di bursa.
Contoh: Jika IPO ditetapkan Rp1.000 per saham, lalu saat hari pertama perdagangan saham tersebut diperdagangkan di harga Rp1.200, maka terjadi underpricing sebesar Rp200.
2. Mengapa perusahaan melakukan underpricing saat IPO?
Perusahaan atau underwriter sengaja menetapkan harga lebih rendah untuk:
- Menarik minat investor awal agar penawaran terserap habis
- Meningkatkan buzz dan antusiasme pasar saat listing perdana
- Memastikan proses IPO berjalan lancar tanpa risiko gagal
- Memberi ruang keuntungan bagi investor institusi sebagai bentuk insentif
3. Apa dampak underpricing bagi investor kripto atau saham?
Underpricing bisa jadi peluang cuan cepat karena harga cenderung naik saat mulai diperdagangkan. Namun, ada risiko harga turun jika kenaikannya hanya didorong hype dan tidak didukung oleh fundamental yang kuat. Di kripto, fenomena serupa sering terjadi saat token listing di exchange dengan harga awal lebih murah, lalu melonjak karena spekulasi.
4. Bagaimana investor menyikapi saham yang underpriced?
Investor perlu:
- Melakukan riset fundamental sebelum membeli saham IPO
- Memahami profil risiko pribadi
- Tidak tergoda euforia harga naik sesaat
- Menyusun strategi exit dan diversifikasi portofolio
Dengan pendekatan ini, investor bisa menilai apakah saham layak dibeli untuk jangka panjang atau hanya cocok untuk trading jangka pendek.
5. Apakah underpricing selalu bagus untuk investor?
Tidak selalu. Meskipun berpotensi memberi keuntungan instan, investor harus mengevaluasi apakah kenaikan harga IPO didorong oleh kinerja perusahaan atau hanya spekulasi sesaat. Saham yang naik karena hype biasanya berisiko terkoreksi tajam.
6. Apakah underpricing bisa jadi strategi perusahaan?
Ya. Banyak emiten dan underwriter menggunakan strategi underpricing untuk:
- Mengurangi risiko volatilitas saat IPO
- Memberi kesan positif bahwa saham “diminati”
- Memastikan permintaan tinggi agar IPO sukses
- Meningkatkan peluang pembiayaan lanjutan di masa depan
Namun strategi ini juga harus diimbangi dengan transparansi dan komunikasi yang baik ke investor.
Itulah informasi menarik tentang Underpricing dalam IPO, termasuk di dunia kripto yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: Rz