Bayangkan kamu baru saja mengirim transaksi kripto dari wallet pribadimu. Namun, tanpa disadari, transaksi tersebut malah terjadi dua kali.
Bukan karena sistemnya bermasalah, melainkan bisa saja ini adalah akibat dari Replay Attack—sebuah jenis serangan siber lama yang masih menghantui ekosistem blockchain dan Web3 hingga hari ini.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam bagaimana replay attack bekerja, dampak berbahayanya terhadap sistem kripto, serta langkah-langkah pencegahan yang bisa kamu ambil agar aset digitalmu tetap aman.
Bagi kamu yang terlibat dalam dunia DeFi, menggunakan smart contract, atau rutin bertransaksi lewat wallet kripto, memahami ancaman ini adalah hal yang sangat penting.
Apa Itu Replay Attack?
Replay attack, atau serangan pengulangan, adalah teknik di mana peretas mencegat dan merekam data yang sah, lalu mengirimkannya ulang secara ilegal untuk menipu sistem agar menganggap data tersebut masih valid. Serangan ini sering digunakan untuk menggandakan transaksi atau mendapatkan akses yang tidak seharusnya.
Berbeda dengan phishing yang menipu pengguna, atau session hijacking yang merebut sesi aktif, replay attack cukup dengan mengulang pesan tanpa harus membongkar isinya. Karena itu, serangan ini bisa dilakukan tanpa keahlian teknis tinggi.
Di dunia blockchain dan Web3, replay attack diketahui masih berbahaya. Misalnya, transaksi yang valid di satu jaringan bisa disalin ke jaringan lain yang kompatibel, jika tidak ada sistem keamanan seperti nonce atau timestamp.
Maka dari itu, pemahaman terkait replay attack penting bagi pengguna wallet, DeFi, dan smart contract.
Artikel Menariknya Untuk Kamu: Clipboard Hijacking: Ancaman Tersembunyi terhadap Dompet Kripto & Cara Melindunginya!
Cara Kerja Replay Attack
Untuk memahami seberapa berbahayanya replay attack, penting untuk melihat bagaimana serangan ini bekerja secara teknis. Meskipun terlihat sederhana, serangan ini sangat efektif jika sistem tidak memiliki perlindungan dasar.
Berikut ini adalah penjelasan tentang cara kerja replay attack, target umumnya, serta perbandingan dengan sistem berbasis blockchain.
1. Skema Kerja Sederhana
Intersepsi ? Simpan Data ? Kirim Ulang
- Intersepsi
Penyerang menyadap data yang sedang ditransmisikan melalui jaringan, seperti permintaan transaksi, kredensial login, atau token autentikasi. Ini bisa dilakukan melalui teknik sniffing atau malware.
- Simpan Data
Setelah berhasil menangkap data, penyerang menyimpannya secara utuh tanpa harus memahami isinya.
- Kirim Ulang
Data yang sudah disimpan kemudian diputar ulang ke sistem target. Karena datanya valid secara teknis, sistem bisa terkecoh dan memperlakukan permintaan itu sebagai permintaan baru.
2. Target Umum Replay Attack
Serangan ini biasanya efektif terhadap sistem yang tidak memiliki mekanisme keamanan berikut:
- Timestamp: untuk membedakan apakah data masih berlaku atau sudah kedaluwarsa.
- Nonce (Number used once): angka unik acak yang hanya boleh digunakan satu kali.
- Digital Signature unik: validasi kriptografi untuk memastikan integritas dan keaslian data.
3. Perbandingan: Sistem Digital Klasik vs Blockchain
Tahapan | Sistem Digital Klasik | Sistem Blockchain |
Intersepsi Data | Mudah disadap via jaringan tak terenkripsi | Bisa terjadi jika private key bocor |
Proteksi Data | Tidak selalu ada timestamp atau nonce | Setiap transaksi pakai nonce dan signature |
Validasi Sistem | Bergantung pada token dan session ID | Bergantung pada smart contract & konsensus |
Kerentanan Umum | Token login, form transfer, API publik | Transaksi antar-chain atau protokol lama |
4. Skema Teks: Ilustrasi Replay Attack
Pengirim —-(Data Transmisi)—-> Penerima
\ ?
\—-> [Penyerang] —-> Simpan —-> Kirim Ulang
Penjelasan singkat:
Penyerang menyadap data yang sah dari pengirim, menyimpannya, lalu mengirim ulang data yang sama ke penerima. Jika penerima tidak memiliki sistem verifikasi tambahan maka serangan bisa sukses tanpa perlu memodifikasi data sama sekali.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Apa Itu Sybil Attack? Ancaman Keamanan dalam Blockchain
Bahaya Replay Attack di Dunia Kripto
Meski teknologi blockchain dirancang untuk aman dan transparan, bukan berarti sistem ini kebal dari replay attack.
Jika pengamanan dasar tidak diterapkan secara menyeluruh maka replay attack bisa menyebabkan kerugian besar, baik secara finansial maupun reputasi. Berikut ini beberapa risiko utama yang ditimbulkan oleh replay attack di dunia kripto:
1. Duplikasi Transaksi di Blockchain
Dalam sistem seperti Bitcoin atau Ethereum, replay attack bisa terjadi jika penyerang mengirim ulang transaksi yang sebelumnya sah ke jaringan lain.
Hal itu memungkinkan skenario double-send, yaitu transaksi yang sama dijalankan dua kali tanpa sepengetahuan pengguna.
Contoh: Setelah melakukan transaksi di mainnet Ethereum, transaksi tersebut bisa “diputar ulang” di testnet atau fork chain jika sistem tidak menggunakan pembeda seperti chain ID.
2. Eksploitasi Smart Contract yang Lemah
Smart contract yang tidak menggunakan nonce, timestamp, atau mekanisme validasi khusus berisiko besar. Penyerang dapat mengulang input yang sah untuk memicu aksi kontrak seperti penarikan dana atau perubahan status, tanpa perlu meretas isi kode.
3. Risiko di Wallet Web3 dan DApp
Beberapa wallet dan aplikasi terdesentralisasi (DApp) yang tidak menerapkan EIP-155 (Ethereum Improvement Proposal) lebih rentan terhadap replay attack lintas jaringan.
Tanpa perlindungan ini, transaksi sah bisa berlaku di chain lain secara tidak sengaja, terutama saat hard fork.
4. Potensi Kerugian Finansial dan Hilangnya Kepercayaan
Pada dasarnya, efek domino dari replay attack bisa sangat serius, di antaranya sebagai berikut:
- Dana pengguna berpindah tangan tanpa otorisasi
- Platform kehilangan kredibilitas karena dianggap lalai
- DApp atau protokol kehilangan pengguna akibat hilangnya rasa aman
Masih seputar topik ini, simak juga: DNS Hijacking: Serangan Licik yang Bikin Kripto Ambyar! & Cara Cegahnya
Replay Attack vs Serangan Siber Lainnya
Replay attack sering kali dianggap lebih licik dibanding jenis serangan siber lain karena pelaku tidak memalsukan atau membobol data, melainkan menggunakan data sah yang direkam dan diputar ulang untuk mengecoh sistem.
Untuk memahami keunikannya, berikut perbandingan dengan beberapa jenis serangan siber populer lainnya, yaitu:
1. Replay Attack vs Man-in-the-Middle (MitM)
Replay attack hanya memutar ulang komunikasi yang sah, sedangkan MitM secara aktif mencegat dan memodifikasi komunikasi antara dua pihak secara real-time.
Dalam MitM, pelaku bisa mengubah isi pesan, sedangkan replay attack tidak butuh perubahan, tetapi hanya pengulangan.
2. Replay Attack vs DNS Hijacking
DNS hijacking mengarahkan korban ke situs palsu dengan memanipulasi sistem domain (DNS), biasanya untuk mencuri data login atau melakukan phishing.
Replay attack tidak mengubah jalur komunikasi, melainkan memanfaatkan data valid yang pernah lewat sebelumnya.
3. Replay Attack vs Credential Stuffing
Credential stuffing menggunakan kombinasi username dan password curian dari satu layanan untuk mencoba masuk ke layanan lain.
Replay attack tidak bergantung pada kredensial curian, tetapi pada pengulangan data yang sah, seperti token otentikasi atau transaksi sebelumnya.
Pada dasarnya, replay attack menonjol karena tidak terlihat mencurigakan di permukaan—sistem bisa saja menganggap transaksi atau data yang dikirim ulang sebagai permintaan baru yang sah.
Hal itulah yang membuat replay attack berbahaya, utamanya pada sistem tanpa lapisan perlindungan seperti timestamp, nonce, atau signature unik.
Contoh Kasus Replay Attack di Dunia Blockchain
Replay attack adalah jenis serangan di dunia blockchain di mana penyerang mengulang transaksi yang telah ditandatangani sebelumnya untuk mendapatkan keuntungan yang tidak sah.
Berikut ini beberapa contoh kasus replay attack yang signifikan dalam ekosistem blockchain, terutama terkait dengan smart contract, sistem login Web3, dan insiden yang dilaporkan oleh firma audit keamanan seperti CertiK, Halborn, dan SlowMist.
1. Penyerangan terhadap Smart Contract di Ekosistem Ethereum Awal
- Ethereum Classic Hard Fork (2016)
Setelah hard fork Ethereum pada Juli 2016 untuk mengatasi masalah The DAO, dua jaringan terpisah muncul, yaitu Ethereum (ETH) dan Ethereum Classic (ETC).
Karena keduanya berbagi struktur transaksi yang sama, transaksi yang valid di satu jaringan juga berlaku di jaringan lainnya. Hal itu memungkinkan penyerang untuk melakukan replay transaksi dari ETH ke ETC dan sebaliknya.
Beberapa bursa seperti Yunbi dan BTC-e melaporkan kerugian akibat serangan ini, di mana pengguna yang menarik ETH dari platform juga menerima jumlah ETC yang sama, memungkinkan eksploitasi ganda .
- 0x Protocol dan ENS (2020)
Protokol 0x dan Ethereum Name Service (ENS) mengalami kerentanannya terhadap replay attack.
ENS, misalnya, memungkinkan pengguna untuk mendaftarkan nama domain tanpa nonce atau timestamp sehingga memungkinkan replay komitmen yang telah dilakukan sebelumnya.
Sementara itu, 0x Protocol menghadapi masalah serupa dalam verifikasi tanda tangan untuk pesanan off-chain.
Dalam hal ini, penyerang dapat memutar ulang tanda tangan untuk mengeksekusi perdagangan yang sama beberapa kali tanpa persetujuan pengguna.
2. Ancaman pada Sistem Login Web3 Menggunakan Signature Reuse
- Optimism dan Wintermute (2022)Pada Juni 2022, Wintermute, penyedia likuiditas di Optimism, kehilangan 20.000.000 token OP akibat replay attack.
Serangan ini terjadi karena dompet multisignature Wintermute di Ethereum tidak mematuhi standar EIP-155, yang menyertakan chain ID dalam tanda tangan transaksi.
Akibatnya, penyerang dapat memutar ulang transaksi dari Ethereum ke jaringan Optimism, memperoleh kontrol atas dompet multisignature tersebut, dan mencuri token OP.
3. Insiden Keamanan dari CertiK, Halborn, dan SlowMist
- SlowMist: Penjelasan Replay Attack dalam Smart Contract
SlowMist, firma audit keamanan blockchain, telah mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai jenis replay attack dalam smart contract.
Mereka menyoroti pentingnya penggunaan nonce, timestamp, dan chain ID dalam transaksi untuk mencegah replay attack.
SlowMist juga memberikan contoh nyata dari serangan ini, seperti yang terjadi pada Optimism dan Wintermute, serta menjelaskan mekanisme teknis di balik serangan tersebut.
- CertiK dan Halborn
Meskipun tidak ada laporan spesifik dari CertiK dan Halborn mengenai replay attack dalam hasil pencarian yang tersedia, kedua firma ini dikenal karena audit keamanan mereka yang mendalam terhadap smart contract dan protokol DeFi.
Kedua firma ini secara rutin mengidentifikasi dan melaporkan kerentanannya dalam smart contract, termasuk potensi risiko replay attack, meskipun tidak ada contoh spesifik yang ditemukan dalam hasil pencarian yang tersedia.
Cara Mendeteksi Replay Attack
Replay attack adalah jenis serangan di mana penyerang mengambil transaksi atau tanda tangan digital yang sah dan memutarnya ulang di waktu atau tempat lain untuk mendapatkan akses atau keuntungan yang tidak sah.
Seangan ini dapat terjadi pada jaringan blockchain, smart contract, maupun sistem login Web3 yang menggunakan mekanisme signature-based authentication. Mendeteksi replay attack sejak dini sangat penting agar aset dan data pengguna tetap aman.
1. Tanda-tanda Replay Attack
- Tanda-tanda Teknis
- Terjadi transaksi ganda dengan data atau hash yang identik, meskipun hanya satu transaksi yang dilakukan pengguna
- Penggunaan ulang nonce oleh alamat dompet yang sama, padahal nonce seharusnya unik untuk setiap transaksi
- Perintah API yang dieksekusi beberapa kali tanpa input ulang dari pengguna
- Signature (tanda tangan digital) yang sama muncul pada permintaan yang berbeda
- Hash transaksi atau struktur payload yang identik terjadi lebih dari sekali di waktu yang tidak wajar
- Tanda-tanda Non-Teknis
- Pengguna mengklaim tidak pernah mengirim transaksi kedua, tetapi sistem mencatat transaksi ganda
- Terjadi login ke aplikasi Web3 tanpa ada aktivitas eksplisit dari pengguna
- Saldo token atau aset digital berkurang meskipun pengguna hanya melakukan satu transaksi
2. Alat dan Teknik untuk Mendeteksi Replay Attack
- Analisis Log
Melakukan analisis pada log sistem dan transaksi blockchain dapat membantu mendeteksi pola duplikasi.
Gunakan alat seperti ELK Stack (Elasticsearch, Logstash, Kibana) atau Splunk untuk memvisualisasikan pola-pola aneh dalam log transaksi, signature, atau perintah API.
- Nonce Tracker
Nonce digunakan untuk memastikan keunikan setiap transaksi. Dengan melacak nonce per alamat, kamu dapat mendeteksi jika ada reuse nonce atau anomali dalam urutannya.
Hal itu bisa dilakukan melalui monitoring node atau dengan alat bantu seperti Tenderly atau library Web3.
- Pendeteksi Hash dan Signature Ganda
Replay attack dapat terjadi jika hash transaksi atau signature digunakan ulang. Deteksi dilakukan dengan memindai duplikasi signature atau nilai hash yang muncul di jaringan blockchain.
Terkait hal itu, kamu dapat menggunakan skrip sederhana (misalnya dengan Python) untuk memantau hal ini.
- Database Signature Tracking
Membuat basis data untuk menyimpan semua signature yang pernah digunakan, termasuk metadata seperti waktu, jaringan, dan tujuan, memungkinkan kamu memverifikasi apakah signature baru sudah pernah digunakan sebelumnya.
Pada dasarnya, hal itu efektif untuk sistem login Web3.
3. Pentingnya Validasi Timestamp dan Signature
- Validasi Timestamp
Dengan menambahkan timestamp ke dalam pesan yang ditandatangani, sistem dapat memverifikasi apakah signature masih dalam periode validnya.
Biasanya, sistem hanya menerima signature yang dibuat dalam jangka waktu beberapa menit dari waktu saat ini.
- Konteks Signature
Signature harus mengandung informasi yang mengikat, seperti tujuan transaksi dan ID jaringan (chain ID). Hal ini penting agar signature tidak bisa digunakan ulang untuk tujuan berbeda atau di jaringan lain.
4. Praktik Terbaik untuk Deteksi dan Pencegahan
Praktik | Fungsi |
Implementasi Nonce | Mencegah penggunaan ulang transaksi oleh pihak tidak sah |
Validasi Timestamp | Membatasi masa berlaku signature sehingga tidak bisa diputar ulang |
Binding Konteks Signature | Memastikan signature hanya berlaku untuk satu fungsi atau transaksi |
Analisis Log dan Monitoring | Memungkinkan deteksi cepat terhadap pola serangan yang mencurigakan |
Verifikasi Chain ID | Membedakan transaksi antar jaringan dan mencegah replay antar chain |
Kamu mungkin tertarik dengan ini juga: Peran Penting Nonce dalam Keamanan Blockchain
Cara Mencegah Replay Attack (Langkah Proaktif)
Replay attack merupakan ancaman serius di sistem blockchain dan aplikasi Web3. Dalam serangan ini, transaksi atau signature yang sah diputar ulang oleh pihak ketiga untuk mendapatkan akses atau dana secara ilegal.
Meskipun deteksi sangat penting, langkah pencegahan yang bersifat proaktif jauh lebih efektif dalam mengamankan sistem dari potensi serangan di awal. Berikut ini langkah-langkah pencegahannya, antara lain:
1. Gunakan Nonce dan Timestamp
- Nonce
Nonce (number used once) adalah bilangan unik yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap transaksi hanya bisa diproses satu kali. Penggunaan nonce mencegah transaksi lama atau duplikat untuk diproses kembali.
- Timestamp
Timestamp dalam struktur data atau payload memastikan bahwa signature hanya berlaku dalam rentang waktu tertentu. Hal ini membantu mencegah reuse signature yang sudah kedaluwarsa. Berikut ini contoh penggunaannya:
- Dalam sistem login Web3, tambahkan field timestamp dalam pesan yang ditandatangani oleh pengguna
- Dalam smart contract, validasi bahwa block.timestamp tidak melewati batas waktu yang telah ditentukan
2. Terapkan One-Time Signature dan EIP-155
- One-Time Signature
Pastikan bahwa setiap signature hanya digunakan sekali dan tidak dapat berlaku kembali untuk request lain. Simpan hash signature yang sudah digunakan dan tolak jika digunakan kembali.
- EIP-155 (Ethereum Improvement Proposal 155)
EIP-155 menambahkan chain ID ke dalam struktur signature sehingga tanda tangan transaksi hanya berlaku di jaringan tertentu. Hal ini mencegah replay attack antar jaringan (misalnya antara Ethereum dan testnet atau chain lain).
3. Implementasi Protokol Aman
Gunakan lapisan keamanan tambahan pada komunikasi antara pengguna dan backend.
TLS + Token per Sesi
- Gunakan HTTPS/TLS untuk mengenkripsi lalu lintas
- Tambahkan session token atau CSRF token untuk tiap request login atau transaksi
- Batasi durasi sesi dan pastikan token hanya berlaku untuk satu permintaan tertentu
4. Audit Smart Contract secara Berkala
Lakukan audit keamanan untuk menemukan potensi kerentanan replay attack, utamanya pada kontrak yang menangani signature, transaksi off-chain, atau bridging antar chain.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi tool untuk audit:
Tool | Kegunaan |
Slither | Analisis statis untuk menemukan kerentanan dalam kode Solidity |
Certora | Formal verification tools untuk memverifikasi logika smart contract |
Chainalysis | Monitoring aktivitas blockchain secara real-time untuk deteksi ancaman |
Selain itu, bekerja sama dengan firma audit seperti CertiK, SlowMist, atau Halborn juga sangat disarankan.
Adapun di bawah ini adalah tabel rangkuman langkah proaktif untuk mencegah replay attack:
Langkah | Tujuan |
Gunakan nonce dan timestamp | Menjamin keunikan dan keabsahan tiap transaksi/signature |
Terapkan EIP-155 dan one-time signature | Mencegah penggunaan kembali tanda tangan di chain atau konteks lain |
Gunakan HTTPS/TLS dan token sesi | Lindungi komunikasi antar klien dan server |
Audit kode smart contract secara berkala | Deteksi kerentanan teknis sebelum dieksploitasi |
Gunakan tools seperti Slither, Certora, dan lainnya | Membantu otomatisasi proses deteksi dan verifikasi |
Apa yang Harus Dilakukan jika Menjadi Korban?
Jika kamu menjadi korban replay attack, penting untuk segera mengambil langkah-langkah pemulihan guna mencegah kerugian yang lebih besar. Berikut ini tindakan yang sebaiknya dilakukan secara cepat dan terstruktur, antara lain:
1. Hentikan Aktivitas Wallet atau Smart Contract yang Disusupi
Segera hentikan semua aktivitas yang berkaitan dengan wallet atau smart contract yang terindikasi telah disusupi.
Jika smart contract memiliki fitur emergency pause atau circuit breaker maka aktifkan fitur tersebut untuk mencegah interaksi lanjutan yang bisa memperburuk kerugian.
2. Reset Token Sesi atau Ganti Kunci Privat (jika Perlu)
Jika serangan terjadi akibat penyalahgunaan signature dalam proses otentikasi (seperti login Web3) maka lakukan reset terhadap token sesi dan sistem otorisasi.
Jika kunci privat wallet dicurigai telah terekspos maka migrasikan aset secepatnya ke wallet baru dengan kunci yang aman.
3. Audit Histori Transaksi dan Validasi Nonce Terakhir
Lakukan penelusuran menyeluruh terhadap histori transaksi di blockchain explorer (seperti Etherscan, Arbiscan, dsb).
Periksa apakah ada transaksi yang menggunakan nonce yang sama atau signature yang direplikasi. Validasi nonce terakhir yang sah untuk memastikan tidak ada anomali.
4. Laporkan ke Penyedia Layanan Wallet atau Exchange Terkait
Hubungi penyedia layanan dompet (seperti MetaMask, Trust Wallet, Ledger) atau bursa tempat aset disimpan untuk melaporkan insiden.
Beberapa platform menyediakan dukungan keamanan atau dapat membantu membatasi aktivitas yang mencurigakan.
5. Periksa Potensi Duplikasi Aset dan Risiko Keamanan Lanjutan
Periksa apakah signature atau transaksi yang sama digunakan di jaringan lain (contoh: dari Ethereum ke Optimism).
Evaluasi sistem backend dan smart contract untuk memastikan tidak ada celah replay lainnya. Jika perlu maka lakukan audit internal untuk menilai dampak penuh dari serangan.
Kesimpulan
Itulah informasi menarik tentang Replay Attack yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Sebagai kesimpulan, replay attack bukan sekadar ancaman lama yang terlupakan. Di era kripto yang semakin terbuka, serangan ini justru marak kembali karena mengeksploitasi celah sederhana seperti kurangnya validasi ulang dalam sistem.
Signature reuse, transaksi tanpa nonce, dan lemahnya pembatasan konteks menjadi pintu masuk yang sering diabaikan.
Untuk itu, penting bagi setiap pelaku di ekosistem blockchain—baik developer, pengguna, maupun penyedia layanan—untuk memahami cara kerja replay attack, potensi risikonya, dan menerapkan langkah pencegahan secara konsisten.
Karena itu, jangan tunggu sampai sistem disusupi. Pada dasarnya, bertindak lebih awal berarti menghindari kerugian yang besar di kemudian hari.
FAQ
- Apa itu Replay Attack?
Replay Attack adalah serangan siber di mana data sah dikirim ulang oleh penyerang untuk mengecoh sistem agar menganggapnya valid.
- Apa replay attack bisa terjadi di blockchain?
Ya. Jika tidak ada nonce atau validasi transaksi unik, sistem blockchain rentan terhadap replay.
- Apakah replay attack sama dengan man-in-the-middle?
Tidak. Replay hanya mengulang data sah, sedangkan man-in-the-middle memanipulasi atau menyisipkan data baru.
- Bagaimana cara mendeteksinya di kripto?
Perhatikan duplikasi transaksi, perintah yang tereksekusi ulang, dan hash transaksi identik.
- Apa cara terbaik mencegah replay attack?
Gunakan sistem nonce, validasi signature, dan pastikan smart contract audited serta mengikuti standar keamanan terbaru seperti EIP-155.
Author: BOY