Replay Attack: Serangan Diam-diam yang Bikin Rugi
icon search
icon search

Top Performers

Waspada, Replay Attack: Ancaman Siber Lama yang Masih Mematikan!

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Waspada, Replay Attack: Ancaman Siber Lama yang Masih Mematikan!

Replay Attack 1

Daftar Isi

Bayangkan kamu baru saja mengirim transaksi kripto dari wallet pribadimu. Namun, tanpa disadari, transaksi tersebut malah terjadi dua kali.

Bukan karena sistemnya bermasalah, melainkan bisa saja ini adalah akibat dari Replay Attack—sebuah jenis serangan siber lama yang masih menghantui ekosistem blockchain dan Web3 hingga hari ini.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam bagaimana replay attack bekerja, dampak berbahayanya terhadap sistem kripto, serta langkah-langkah pencegahan yang bisa kamu ambil agar aset digitalmu tetap aman.

Bagi kamu yang terlibat dalam dunia DeFi, menggunakan smart contract, atau rutin bertransaksi lewat wallet kripto, memahami ancaman ini adalah hal yang sangat penting.

 

Apa Itu Replay Attack?

Replay Attack 3

Replay attack, atau serangan pengulangan, adalah teknik di mana peretas mencegat dan merekam data yang sah, lalu mengirimkannya ulang secara ilegal untuk menipu sistem agar menganggap data tersebut masih valid. Serangan ini sering digunakan untuk menggandakan transaksi atau mendapatkan akses yang tidak seharusnya.

Berbeda dengan phishing yang menipu pengguna, atau session hijacking yang merebut sesi aktif, replay attack cukup dengan mengulang pesan tanpa harus membongkar isinya. Karena itu, serangan ini bisa dilakukan tanpa keahlian teknis tinggi.

Di dunia blockchain dan Web3, replay attack diketahui masih berbahaya. Misalnya, transaksi yang valid di satu jaringan bisa disalin ke jaringan lain yang kompatibel, jika tidak ada sistem keamanan seperti nonce atau timestamp.

Maka dari itu, pemahaman terkait replay attack penting bagi pengguna wallet, DeFi, dan smart contract.

Artikel Menariknya Untuk Kamu: Clipboard Hijacking: Ancaman Tersembunyi terhadap Dompet Kripto & Cara Melindunginya!

 

Cara Kerja Replay Attack

Untuk memahami seberapa berbahayanya replay attack, penting untuk melihat bagaimana serangan ini bekerja secara teknis. Meskipun terlihat sederhana, serangan ini sangat efektif jika sistem tidak memiliki perlindungan dasar.

Berikut ini adalah penjelasan tentang cara kerja replay attack, target umumnya, serta perbandingan dengan sistem berbasis blockchain.

 

1. Skema Kerja Sederhana

Intersepsi ? Simpan Data ? Kirim Ulang

 

  1. Intersepsi

Penyerang menyadap data yang sedang ditransmisikan melalui jaringan, seperti permintaan transaksi, kredensial login, atau token autentikasi. Ini bisa dilakukan melalui teknik sniffing atau malware.

 

  1. Simpan Data

Setelah berhasil menangkap data, penyerang menyimpannya secara utuh tanpa harus memahami isinya.

 

  1. Kirim Ulang

Data yang sudah disimpan kemudian diputar ulang ke sistem target. Karena datanya valid secara teknis, sistem bisa terkecoh dan memperlakukan permintaan itu sebagai permintaan baru.

 

2. Target Umum Replay Attack

Serangan ini biasanya efektif terhadap sistem yang tidak memiliki mekanisme keamanan berikut:

  • Timestamp: untuk membedakan apakah data masih berlaku atau sudah kedaluwarsa.
  • Nonce (Number used once): angka unik acak yang hanya boleh digunakan satu kali.
  • Digital Signature unik: validasi kriptografi untuk memastikan integritas dan keaslian data.

 

3. Perbandingan: Sistem Digital Klasik vs Blockchain

 

Tahapan Sistem Digital Klasik Sistem Blockchain
Intersepsi Data Mudah disadap via jaringan tak terenkripsi Bisa terjadi jika private key bocor
Proteksi Data Tidak selalu ada timestamp atau nonce Setiap transaksi pakai nonce dan signature
Validasi Sistem Bergantung pada token dan session ID Bergantung pada smart contract & konsensus
Kerentanan Umum Token login, form transfer, API publik Transaksi antar-chain atau protokol lama

 

4. Skema Teks: Ilustrasi Replay Attack

 

Pengirim —-(Data Transmisi)—-> Penerima

       \                             ?

        \—-> [Penyerang] —-> Simpan —-> Kirim Ulang

 

Penjelasan singkat:

Penyerang menyadap data yang sah dari pengirim, menyimpannya, lalu mengirim ulang data yang sama ke penerima. Jika penerima tidak memiliki sistem verifikasi tambahan maka serangan bisa sukses tanpa perlu memodifikasi data sama sekali.

Artikel menarik lainnya untuk kamu: Apa Itu Sybil Attack? Ancaman Keamanan dalam Blockchain

 

Bahaya Replay Attack di Dunia Kripto

Meski teknologi blockchain dirancang untuk aman dan transparan, bukan berarti sistem ini kebal dari replay attack.

Jika pengamanan dasar tidak diterapkan secara menyeluruh maka replay attack bisa menyebabkan kerugian besar, baik secara finansial maupun reputasi. Berikut ini beberapa risiko utama yang ditimbulkan oleh replay attack di dunia kripto:

 

1. Duplikasi Transaksi di Blockchain

Dalam sistem seperti Bitcoin atau Ethereum, replay attack bisa terjadi jika penyerang mengirim ulang transaksi yang sebelumnya sah ke jaringan lain.

Hal itu memungkinkan skenario double-send, yaitu transaksi yang sama dijalankan dua kali tanpa sepengetahuan pengguna.

Contoh: Setelah melakukan transaksi di mainnet Ethereum, transaksi tersebut bisa “diputar ulang” di testnet atau fork chain jika sistem tidak menggunakan pembeda seperti chain ID.

 

2. Eksploitasi Smart Contract yang Lemah

Smart contract yang tidak menggunakan nonce, timestamp, atau mekanisme validasi khusus berisiko besar. Penyerang dapat mengulang input yang sah untuk memicu aksi kontrak seperti penarikan dana atau perubahan status, tanpa perlu meretas isi kode.

 

3. Risiko di Wallet Web3 dan DApp

Beberapa wallet dan aplikasi terdesentralisasi (DApp) yang tidak menerapkan EIP-155 (Ethereum Improvement Proposal) lebih rentan terhadap replay attack lintas jaringan.
Tanpa perlindungan ini, transaksi sah bisa berlaku di chain lain secara tidak sengaja, terutama saat hard fork.

 

4. Potensi Kerugian Finansial dan Hilangnya Kepercayaan

Pada dasarnya, efek domino dari replay attack bisa sangat serius, di antaranya sebagai berikut:

  • Dana pengguna berpindah tangan tanpa otorisasi
  • Platform kehilangan kredibilitas karena dianggap lalai
  • DApp atau protokol kehilangan pengguna akibat hilangnya rasa aman

Masih seputar topik ini, simak juga: DNS Hijacking: Serangan Licik yang Bikin Kripto Ambyar! & Cara Cegahnya

 

Replay Attack vs Serangan Siber Lainnya

Replay attack sering kali dianggap lebih licik dibanding jenis serangan siber lain karena pelaku tidak memalsukan atau membobol data, melainkan menggunakan data sah yang direkam dan diputar ulang untuk mengecoh sistem.

Untuk memahami keunikannya, berikut perbandingan dengan beberapa jenis serangan siber populer lainnya, yaitu:

 

1. Replay Attack vs Man-in-the-Middle (MitM)

Replay attack hanya memutar ulang komunikasi yang sah, sedangkan MitM secara aktif mencegat dan memodifikasi komunikasi antara dua pihak secara real-time.

Dalam MitM, pelaku bisa mengubah isi pesan, sedangkan replay attack tidak butuh perubahan, tetapi hanya pengulangan.

 

2. Replay Attack vs DNS Hijacking

DNS hijacking mengarahkan korban ke situs palsu dengan memanipulasi sistem domain (DNS), biasanya untuk mencuri data login atau melakukan phishing.

Replay attack tidak mengubah jalur komunikasi, melainkan memanfaatkan data valid yang pernah lewat sebelumnya.

 

3. Replay Attack vs Credential Stuffing

Credential stuffing menggunakan kombinasi username dan password curian dari satu layanan untuk mencoba masuk ke layanan lain.

Replay attack tidak bergantung pada kredensial curian, tetapi pada pengulangan data yang sah, seperti token otentikasi atau transaksi sebelumnya.

Pada dasarnya, replay attack menonjol karena tidak terlihat mencurigakan di permukaan—sistem bisa saja menganggap transaksi atau data yang dikirim ulang sebagai permintaan baru yang sah.

Hal itulah yang membuat replay attack berbahaya, utamanya pada sistem tanpa lapisan perlindungan seperti timestamp, nonce, atau signature unik.

 

Contoh Kasus Replay Attack di Dunia Blockchain

Replay attack adalah jenis serangan di dunia blockchain di mana penyerang mengulang transaksi yang telah ditandatangani sebelumnya untuk mendapatkan keuntungan yang tidak sah.

Berikut ini beberapa contoh kasus replay attack yang signifikan dalam ekosistem blockchain, terutama terkait dengan smart contract, sistem login Web3, dan insiden yang dilaporkan oleh firma audit keamanan seperti CertiK, Halborn, dan SlowMist.

 

1. Penyerangan terhadap Smart Contract di Ekosistem Ethereum Awal

 

  1. Ethereum Classic Hard Fork (2016)

Setelah hard fork Ethereum pada Juli 2016 untuk mengatasi masalah The DAO, dua jaringan terpisah muncul, yaitu Ethereum (ETH) dan Ethereum Classic (ETC).

Karena keduanya berbagi struktur transaksi yang sama, transaksi yang valid di satu jaringan juga berlaku di jaringan lainnya. Hal itu memungkinkan penyerang untuk melakukan replay transaksi dari ETH ke ETC dan sebaliknya.

Beberapa bursa seperti Yunbi dan BTC-e melaporkan kerugian akibat serangan ini, di mana pengguna yang menarik ETH dari platform juga menerima jumlah ETC yang sama, memungkinkan eksploitasi ganda .

 

  1. 0x Protocol dan ENS (2020)

Protokol 0x dan Ethereum Name Service (ENS) mengalami kerentanannya terhadap replay attack.

ENS, misalnya, memungkinkan pengguna untuk mendaftarkan nama domain tanpa nonce atau timestamp sehingga memungkinkan replay komitmen yang telah dilakukan sebelumnya.

Sementara itu, 0x Protocol menghadapi masalah serupa dalam verifikasi tanda tangan untuk pesanan off-chain.

Dalam hal ini, penyerang dapat memutar ulang tanda tangan untuk mengeksekusi perdagangan yang sama beberapa kali tanpa persetujuan pengguna.

 

2. Ancaman pada Sistem Login Web3 Menggunakan Signature Reuse

 

  1. Optimism dan Wintermute (2022)Pada Juni 2022, Wintermute, penyedia likuiditas di Optimism, kehilangan 20.000.000 token OP akibat replay attack

Serangan ini terjadi karena dompet multisignature Wintermute di Ethereum tidak mematuhi standar EIP-155, yang menyertakan chain ID dalam tanda tangan transaksi.

Akibatnya, penyerang dapat memutar ulang transaksi dari Ethereum ke jaringan Optimism, memperoleh kontrol atas dompet multisignature tersebut, dan mencuri token OP.

 

3. Insiden Keamanan dari CertiK, Halborn, dan SlowMist

 

  1. SlowMist: Penjelasan Replay Attack dalam Smart Contract

SlowMist, firma audit keamanan blockchain, telah mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai jenis replay attack dalam smart contract.

Mereka menyoroti pentingnya penggunaan nonce, timestamp, dan chain ID dalam transaksi untuk mencegah replay attack.

SlowMist juga memberikan contoh nyata dari serangan ini, seperti yang terjadi pada Optimism dan Wintermute, serta menjelaskan mekanisme teknis di balik serangan tersebut.

 

  1. CertiK dan Halborn

Meskipun tidak ada laporan spesifik dari CertiK dan Halborn mengenai replay attack dalam hasil pencarian yang tersedia, kedua firma ini dikenal karena audit keamanan mereka yang mendalam terhadap smart contract dan protokol DeFi.

Kedua firma ini secara rutin mengidentifikasi dan melaporkan kerentanannya dalam smart contract, termasuk potensi risiko replay attack, meskipun tidak ada contoh spesifik yang ditemukan dalam hasil pencarian yang tersedia.

Cara Mendeteksi Replay Attack

Replay Attack 2

Replay attack adalah jenis serangan di mana penyerang mengambil transaksi atau tanda tangan digital yang sah dan memutarnya ulang di waktu atau tempat lain untuk mendapatkan akses atau keuntungan yang tidak sah.

Seangan ini dapat terjadi pada jaringan blockchain, smart contract, maupun sistem login Web3 yang menggunakan mekanisme signature-based authentication. Mendeteksi replay attack sejak dini sangat penting agar aset dan data pengguna tetap aman.

 

1. Tanda-tanda Replay Attack

 

  1. Tanda-tanda Teknis
  • Terjadi transaksi ganda dengan data atau hash yang identik, meskipun hanya satu transaksi yang dilakukan pengguna
  • Penggunaan ulang nonce oleh alamat dompet yang sama, padahal nonce seharusnya unik untuk setiap transaksi
  • Perintah API yang dieksekusi beberapa kali tanpa input ulang dari pengguna
  • Signature (tanda tangan digital) yang sama muncul pada permintaan yang berbeda
  • Hash transaksi atau struktur payload yang identik terjadi lebih dari sekali di waktu yang tidak wajar

 

  1. Tanda-tanda Non-Teknis
  • Pengguna mengklaim tidak pernah mengirim transaksi kedua, tetapi sistem mencatat transaksi ganda
  • Terjadi login ke aplikasi Web3 tanpa ada aktivitas eksplisit dari pengguna
  • Saldo token atau aset digital berkurang meskipun pengguna hanya melakukan satu transaksi

 

2. Alat dan Teknik untuk Mendeteksi Replay Attack

 

  1. Analisis Log

Melakukan analisis pada log sistem dan transaksi blockchain dapat membantu mendeteksi pola duplikasi.

Gunakan alat seperti ELK Stack (Elasticsearch, Logstash, Kibana) atau Splunk untuk memvisualisasikan pola-pola aneh dalam log transaksi, signature, atau perintah API.

 

  1. Nonce Tracker

Nonce digunakan untuk memastikan keunikan setiap transaksi. Dengan melacak nonce per alamat, kamu dapat mendeteksi jika ada reuse nonce atau anomali dalam urutannya.

Hal itu bisa dilakukan melalui monitoring node atau dengan alat bantu seperti Tenderly atau library Web3.

 

  1. Pendeteksi Hash dan Signature Ganda

Replay attack dapat terjadi jika hash transaksi atau signature digunakan ulang. Deteksi dilakukan dengan memindai duplikasi signature atau nilai hash yang muncul di jaringan blockchain.

Terkait hal itu, kamu dapat menggunakan skrip sederhana (misalnya dengan Python) untuk memantau hal ini.

 

  1. Database Signature Tracking

Membuat basis data untuk menyimpan semua signature yang pernah digunakan, termasuk metadata seperti waktu, jaringan, dan tujuan, memungkinkan kamu memverifikasi apakah signature baru sudah pernah digunakan sebelumnya.

Pada dasarnya, hal itu efektif untuk sistem login Web3.

 

3. Pentingnya Validasi Timestamp dan Signature

 

  1. Validasi Timestamp

Dengan menambahkan timestamp ke dalam pesan yang ditandatangani, sistem dapat memverifikasi apakah signature masih dalam periode validnya.

Biasanya, sistem hanya menerima signature yang dibuat dalam jangka waktu beberapa menit dari waktu saat ini.

 

  1. Konteks Signature

Signature harus mengandung informasi yang mengikat, seperti tujuan transaksi dan ID jaringan (chain ID). Hal ini penting agar signature tidak bisa digunakan ulang untuk tujuan berbeda atau di jaringan lain.

 

4. Praktik Terbaik untuk Deteksi dan Pencegahan

 

Praktik Fungsi
Implementasi Nonce Mencegah penggunaan ulang transaksi oleh pihak tidak sah
Validasi Timestamp Membatasi masa berlaku signature sehingga tidak bisa diputar ulang
Binding Konteks Signature Memastikan signature hanya berlaku untuk satu fungsi atau transaksi
Analisis Log dan Monitoring Memungkinkan deteksi cepat terhadap pola serangan yang mencurigakan
Verifikasi Chain ID Membedakan transaksi antar jaringan dan mencegah replay antar chain

 

Kamu mungkin tertarik dengan ini juga: Peran Penting Nonce dalam Keamanan Blockchain

 

Cara Mencegah Replay Attack (Langkah Proaktif)

Replay attack merupakan ancaman serius di sistem blockchain dan aplikasi Web3. Dalam serangan ini, transaksi atau signature yang sah diputar ulang oleh pihak ketiga untuk mendapatkan akses atau dana secara ilegal.

Meskipun deteksi sangat penting, langkah pencegahan yang bersifat proaktif jauh lebih efektif dalam mengamankan sistem dari potensi serangan di awal. Berikut ini langkah-langkah pencegahannya, antara lain:

 

1. Gunakan Nonce dan Timestamp

 

  1. Nonce

Nonce (number used once) adalah bilangan unik yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap transaksi hanya bisa diproses satu kali. Penggunaan nonce mencegah transaksi lama atau duplikat untuk diproses kembali.

 

  1. Timestamp

Timestamp dalam struktur data atau payload memastikan bahwa signature hanya berlaku dalam rentang waktu tertentu. Hal ini membantu mencegah reuse signature yang sudah kedaluwarsa. Berikut ini contoh penggunaannya:

  • Dalam sistem login Web3, tambahkan field timestamp dalam pesan yang ditandatangani oleh pengguna
  • Dalam smart contract, validasi bahwa block.timestamp tidak melewati batas waktu yang telah ditentukan

 

2. Terapkan One-Time Signature dan EIP-155

 

  1. One-Time Signature

Pastikan bahwa setiap signature hanya digunakan sekali dan tidak dapat berlaku kembali untuk request lain. Simpan hash signature yang sudah digunakan dan tolak jika digunakan kembali.

 

  1. EIP-155 (Ethereum Improvement Proposal 155)

EIP-155 menambahkan chain ID ke dalam struktur signature sehingga tanda tangan transaksi hanya berlaku di jaringan tertentu. Hal ini mencegah replay attack antar jaringan (misalnya antara Ethereum dan testnet atau chain lain).

 

3. Implementasi Protokol Aman

Gunakan lapisan keamanan tambahan pada komunikasi antara pengguna dan backend.

 

TLS + Token per Sesi

  • Gunakan HTTPS/TLS untuk mengenkripsi lalu lintas
  • Tambahkan session token atau CSRF token untuk tiap request login atau transaksi
  • Batasi durasi sesi dan pastikan token hanya berlaku untuk satu permintaan tertentu

 

4. Audit Smart Contract secara Berkala

 

Lakukan audit keamanan untuk menemukan potensi kerentanan replay attack, utamanya pada kontrak yang menangani signature, transaksi off-chain, atau bridging antar chain.

 

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi tool untuk audit:

 

Tool Kegunaan
Slither Analisis statis untuk menemukan kerentanan dalam kode Solidity
Certora Formal verification tools untuk memverifikasi logika smart contract
Chainalysis Monitoring aktivitas blockchain secara real-time untuk deteksi ancaman

 

Selain itu, bekerja sama dengan firma audit seperti CertiK, SlowMist, atau Halborn juga sangat disarankan. 

 

Adapun di bawah ini adalah tabel rangkuman langkah proaktif untuk mencegah replay attack:

 

Langkah Tujuan
Gunakan nonce dan timestamp Menjamin keunikan dan keabsahan tiap transaksi/signature
Terapkan EIP-155 dan one-time signature Mencegah penggunaan kembali tanda tangan di chain atau konteks lain
Gunakan HTTPS/TLS dan token sesi Lindungi komunikasi antar klien dan server
Audit kode smart contract secara berkala Deteksi kerentanan teknis sebelum dieksploitasi
Gunakan tools seperti Slither, Certora, dan lainnya Membantu otomatisasi proses deteksi dan verifikasi

 

Apa yang Harus Dilakukan jika Menjadi Korban?

Jika kamu menjadi korban replay attack, penting untuk segera mengambil langkah-langkah pemulihan guna mencegah kerugian yang lebih besar. Berikut ini tindakan yang sebaiknya dilakukan secara cepat dan terstruktur, antara lain:

 

1. Hentikan Aktivitas Wallet atau Smart Contract yang Disusupi

Segera hentikan semua aktivitas yang berkaitan dengan wallet atau smart contract yang terindikasi telah disusupi.

Jika smart contract memiliki fitur emergency pause atau circuit breaker maka aktifkan fitur tersebut untuk mencegah interaksi lanjutan yang bisa memperburuk kerugian.

 

2. Reset Token Sesi atau Ganti Kunci Privat (jika Perlu)

Jika serangan terjadi akibat penyalahgunaan signature dalam proses otentikasi (seperti login Web3) maka lakukan reset terhadap token sesi dan sistem otorisasi.

Jika kunci privat wallet dicurigai telah terekspos maka migrasikan aset secepatnya ke wallet baru dengan kunci yang aman.

 

3. Audit Histori Transaksi dan Validasi Nonce Terakhir

Lakukan penelusuran menyeluruh terhadap histori transaksi di blockchain explorer (seperti Etherscan, Arbiscan, dsb).

Periksa apakah ada transaksi yang menggunakan nonce yang sama atau signature yang direplikasi. Validasi nonce terakhir yang sah untuk memastikan tidak ada anomali.

 

4. Laporkan ke Penyedia Layanan Wallet atau Exchange Terkait

Hubungi penyedia layanan dompet (seperti MetaMask, Trust Wallet, Ledger) atau bursa tempat aset disimpan untuk melaporkan insiden.

Beberapa platform menyediakan dukungan keamanan atau dapat membantu membatasi aktivitas yang mencurigakan.

 

5. Periksa Potensi Duplikasi Aset dan Risiko Keamanan Lanjutan

Periksa apakah signature atau transaksi yang sama digunakan di jaringan lain (contoh: dari Ethereum ke Optimism).

Evaluasi sistem backend dan smart contract untuk memastikan tidak ada celah replay lainnya. Jika perlu maka lakukan audit internal untuk menilai dampak penuh dari serangan.

 

Kesimpulan

Itulah informasi menarik tentang Replay Attack  yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.


Follow IG Indodax

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

Sebagai kesimpulan, replay attack bukan sekadar ancaman lama yang terlupakan. Di era kripto yang semakin terbuka, serangan ini justru marak kembali karena mengeksploitasi celah sederhana seperti kurangnya validasi ulang dalam sistem.

 

Signature reuse, transaksi tanpa nonce, dan lemahnya pembatasan konteks menjadi pintu masuk yang sering diabaikan.

 

Untuk itu, penting bagi setiap pelaku di ekosistem blockchain—baik developer, pengguna, maupun penyedia layanan—untuk memahami cara kerja replay attack, potensi risikonya, dan menerapkan langkah pencegahan secara konsisten. 

 

Karena itu, jangan tunggu sampai sistem disusupi. Pada dasarnya, bertindak lebih awal berarti menghindari kerugian yang besar di kemudian hari.

 

FAQ

 

  1. Apa itu Replay Attack?

Replay Attack adalah serangan siber di mana data sah dikirim ulang oleh penyerang untuk mengecoh sistem agar menganggapnya valid.

 

  1. Apa replay attack bisa terjadi di blockchain?

Ya. Jika tidak ada nonce atau validasi transaksi unik, sistem blockchain rentan terhadap replay.

 

  1. Apakah replay attack sama dengan man-in-the-middle?

Tidak. Replay hanya mengulang data sah, sedangkan man-in-the-middle memanipulasi atau menyisipkan data baru.

 

  1. Bagaimana cara mendeteksinya di kripto?

Perhatikan duplikasi transaksi, perintah yang tereksekusi ulang, dan hash transaksi identik.

 

  1. Apa cara terbaik mencegah replay attack?

Gunakan sistem nonce, validasi signature, dan pastikan smart contract audited serta mengikuti standar keamanan terbaru seperti EIP-155.

 

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
 

 

Author:  BOY

 

 

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.66%
bnb BNB 0.4%
sol Solana 5.37%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.53%
pol Polygon Ecosystem Token 1.96%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
MAGIC/IDR
Treasure
5.000
40.81%
TOKO/IDR
Tokoin
4
33.33%
PENDLE/IDR
Pendle
84.678
26.99%
SHAN/IDR
Shanum
5
25%
ZORA/IDR
ZORA
1.339
22.33%
Nama Harga 24H Chg
GXC/IDR
GXChain
17.253
-25.95%
LEVER/IDR
LeverFi
3
-25%
EFI/IDR
Efinity To
4.109
-22.33%
CNG/IDR
CoinNaviga
78.100
-21.9%
CBG/IDR
Chainbing
44
-20%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Bittensor vs Render: Pilih AI atau GPU?
08/08/2025
Bittensor vs Render: Pilih AI atau GPU?

Banyak yang mengira bahwa Bittensor dan Render merupakan dua proyek

08/08/2025
Pump.fun vs Raydium? Ini Bedanya buat Trader

Banyak trader yang ikut-ikutan beli meme coin dari Pump.fun atau

Solana atau Stellar? Ini yang Harus Kamu Tahu sebelum Beli

Pernah bingung saat harus memilih antara Solana dan Stellar? Banyak