Banyak kripto murah, tapi belum tentu undervalued – Di tengah dinamika market kripto yang fluktuatif, terkadang kita terjebak oleh ilusi harga rendah. Banyak token kripto di luar sana terlihat menggiurkan karena harganya receh, tapi ternyata nggak punya nilai fundamental apa pun. Harga murah belum tentu jadi peluang cuan. Seringkali, investor pemula tergoda membeli token yang harganya hanya beberapa sen atau bahkan satoshi, dengan harapan bisa meraup keuntungan besar jika harganya naik ke level dollar.
Di sisi lain, ada juga kripto yang justru “dilupakan pasar”, padahal potensi jangka panjangnya besar. Nah, kamu perlu tahu cara mendeteksi mana kripto yang benar-benar undervalued, bukan sekadar oversold atau hype sesaat. Memiliki kemampuan membedakan antara aset yang memang murah karena tidak bernilai dengan aset berkualitas yang sedang tidak dihargai pasar adalah keterampilan penting di pasar crypto 2025.
Untuk itu, yuk pelajari 6 cara utama mendeteksi kripto undervalued berdasarkan data, strategi teknikal, dan indikator fundamental terbaru di tahun 2025. Dengan menguasai metode-metode ini, kamu akan lebih percaya diri dalam mengidentifikasi peluang investasi sebelum harganya meroket.
6 Cara Deteksi Mudah Crypto Yang Undervalued
Nah, biar kamu nggak cuma ikut-ikutan FOMO, berikut ini enam cara jitu mendeteksi kripto undervalued berdasarkan data, bukan asumsi.
1. Cek RSI: Oversold Bukan Sekadar Diskon
Salah satu indikator teknikal paling populer untuk mendeteksi aset undervalued adalah Relative Strength Index (RSI). RSI mengukur kekuatan momentum harga, dan jika nilainya di bawah 30, aset tersebut dikategorikan oversold. Indikator ini membandingkan besarnya pergerakan harga terbaru untuk mengevaluasi kondisi pasar yang terlalu jenuh jual (oversold) atau jenuh beli (overbought).
Pada dasarnya, jika nilai RSI berada di bawah 30, ini memberikan sinyal bahwa aset tersebut mungkin mengalami tekanan jual berlebihan dan berpotensi mengalami pembalikan arah (reversal) dalam waktu dekat. Beberapa hal yang perlu kamu perhatikan saat menggunakan RSI:
- RSI < 30 ? potensi undervalued dan mungkin akan mengalami rebound
- Namun perlu diingat: nilai RSI rendah tidak selalu berarti token tersebut layak dibeli (bisa jadi karena proyek memang secara fundamental bermasalah)
- Perhatikan juga divergensi RSI (ketika harga membentuk lower low tapi RSI membentuk higher low) sebagai sinyal bullish yang kuat
- Tools yang bisa kamu gunakan: TradingView, CoinCodex, bitcoinistock, dan fitur CMC Advanced di CoinMarketCap
Perlu diingat bahwa RSI hanya mengukur momentum teknikal, bukan fundamental. Jadi, jika sebuah proyek kripto memang secara fundamental lemah, nilai RSI rendah mungkin hanya mencerminkan realitas pasar yang menilai rendah token tersebut.
Meskipun RSI bisa jadi sinyal awal, kamu nggak boleh cuma mengandalkan satu indikator. Mari kita cek aspek lainnya yang tidak kalah penting untuk memastikan sebuah token benar-benar undervalued.
2. Perhatikan Market Cap vs Utility
Banyak token punya harga rendah, tapi belum tentu undervalued. Kamu bisa bandingkan antara kapitalisasi pasar (market cap) dengan fungsi riil token di ekosistem. Kapitalisasi pasar (harga token dikalikan jumlah supply beredar) seringkali lebih penting daripada harga token itu sendiri.
Untuk menilai apakah sebuah kripto undervalued, pertimbangkan hal-hal berikut:
- Market cap kecil + ada produk nyata (misal dApp, DEX, RWA platform) ? potensi undervalued yang signifikan
- Bandingkan market cap dengan nilai utilitas yang diberikan token tersebut dalam ekosistemnya
- Waspadai token dengan market cap kecil tapi tidak jelas digunakan untuk apa atau tidak memiliki use case yang konkret
- Bandingkan dengan kompetitor yang punya use-case serupa untuk mendapatkan perbandingan rasio valuasi
Sebagai contoh, jika ada dua protokol DeFi dengan fitur serupa, tapi satu memiliki kapitalisasi pasar jauh lebih rendah padahal kualitasnya setara, bisa jadi itu merupakan tanda undervaluation yang patut dieksplorasi lebih lanjut.
Analisis kompetitif ini sangat berharga, karena pasar crypto sangat terfragmentasi dengan banyak proyek yang bersaing di niche yang sama. Sebuah token dengan market cap $10 juta mungkin terlihat kecil, tapi jika kompetitor utamanya memiliki market cap $15 juta dengan fitur yang kurang lengkap, maka token tersebut mungkin tidak se-undervalued yang kamu kira.
Kalau token tersebut punya utility jelas tapi belum banyak diadopsi, bisa jadi itu peluang emas buat kamu masuk sebelum terlambat. Namun, pastikan bahwa utilitas tersebut memang memecahkan masalah nyata dan bukan sekadar fitur “me too” yang hanya mengikuti tren.
3. Analisis Tokenomics & Distribusi Supply
Nilai intrinsik token kripto sangat dipengaruhi oleh cara distribusi token dan mekanisme keuangannya. Inilah yang dikenal sebagai tokenomics, sebuah fondasi penting dalam menentukan potensi jangka panjang suatu aset dan apakah valuasinya saat ini masuk akal.
Beberapa aspek tokenomics yang perlu kamu analisis:
- Lihat supply total vs supply beredar (circulating supply) rasio rendah bisa menandakan potensi dilusi di masa depan
- Cek jadwal vesting dan unlock token (gunakan platform seperti TokenUnlocks atau Messari) untuk mengantisipasi potensi tekanan jual mendatang
- Apakah ada mekanisme burn, staking reward, atau kebijakan inflasi yang mempengaruhi supply?
- Bagaimana distribusi token antar pemangku kepentingan (tim, investor, komunitas)? Distribusi yang terlalu terkonsentrasi bisa jadi red flag
- Perhatikan model ekonomi token: apakah ada mekanisme capture value yang jelas untuk pemegang token?
Tokenomics yang sehat biasanya mencakup insentif jangka panjang untuk pengembang dan komunitas, jadwal vesting yang masuk akal, dan mekanisme yang menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan token.
Sebagai contoh, token dengan mekanisme burn otomatis berbasis penggunaan bisa menjadi lebih langka seiring waktu jika adopsinya meningkat. Jika pasar belum sepenuhnya menghargai dinamika ini, token tersebut bisa dianggap undervalued.
Tokenomics yang sehat bisa jadi sinyal kuat kalau aset tersebut hanya belum disadari nilainya oleh pasar. Banyak proyek bagus yang gagal karena tokenomics buruk, tapi sebaliknya, tokenomics yang dirancang dengan baik bisa menjadi fondasi kokoh untuk pertumbuhan nilai token di masa depan.
4. Evaluasi Aktivitas Developer di GitHub
Kalau proyek kripto dikerjakan serius, pasti kelihatan dari aktivitas developernya. GitHub adalah cermin utama buat nilai proyek secara teknikal. Tingkat komitmen tim pengembang terhadap proyek seringkali menjadi indikator kuat tentang prospek jangka panjangnya.
Berikut cara mengevaluasi aktivitas developer:
- Lihat jumlah commit, kontributor aktif, dan update rutin pada repositori proyek
- Perhatikan kualitas dan substansi update (bukan hanya perubahan kosmetik atau dokumentasi)
- Tools yang bisa kamu gunakan: GitHub langsung, CryptoMiso, CoinCheckup untuk analisis komparatif aktivitas developer
- Hindari token yang stagnan secara pengembangan tapi masih aktif promosi di media sosial (red flag!)
- Cek apakah tim menanggapi issue dan pull request dari komunitas, yang menunjukkan proyek open source yang sehat
Proyek dengan aktivitas developer yang konsisten namun belum mendapatkan perhatian pasar yang sepadan bisa menjadi kandidat kuat untuk aset undervalued. Ini karena pengembangan yang berkelanjutan pada akhirnya akan membawa pada peningkatan produk dan potensi adopsi lebih luas.
Sebagai contoh, ada beberapa proyek layer-2 yang memiliki repositori GitHub sangat aktif dengan peningkatan teknologi signifikan, namun market cap mereka masih jauh di bawah proyek dengan teknologi serupa yang lebih populer. Kesenjangan ini bisa menjadi peluang investasi.
Kalau proyeknya jalan terus tapi belum hype, bisa jadi kamu nemu permata tersembunyi. Tim developer yang fokus pada pembangunan daripada pemasaran seringkali menciptakan landasan yang lebih kuat untuk kesuksesan jangka panjang, meskipun dalam jangka pendek mungkin kurang mendapatkan perhatian.
5. Bandingkan Volume Harian vs Likuiditas Pasar
Salah satu indikator undervalued yang sering diremehkan adalah rasio antara volume harian dengan likuiditas di pasar. Analisis ini memberikan gambaran tentang seberapa aktif sebuah token diperdagangkan dan bagaimana kondisi likuiditasnya.
Beberapa hal yang perlu kamu perhatikan:
- Volume tinggi tapi belum listing di exchange besar = potensi undervalued yang belum terekspos ke publik luas
- Lihat juga slippage dan spread bid-ask di CEX/DEX untuk menilai kedalaman likuiditas
- Rasio volume harian / market cap yang tinggi menunjukkan minat yang kuat terhadap token tersebut
- Tools yang bisa kamu gunakan: CoinGecko (volume & liquidity data), DexTools untuk analisis DEX, dan Nansen untuk data on-chain
- Perhatikan juga pola volume peningkatan volume yang konsisten tanpa pump & dump menunjukkan minat organik
Volume yang stabil atau meningkat secara perlahan menunjukkan akumulasi dari investor yang lebih sabar dan berpotensi memiliki analisis lebih mendalam tentang proyek tersebut. Ini berbeda dari volume yang tiba-tiba melonjak karena hype sementara.
Menariknya, beberapa token dengan fundamentals kuat justru memiliki volume trading yang rendah karena sebagian besar pemegang token cenderung hodl untuk jangka panjang. Ini tidak selalu berarti token tersebut kurang diminati, melainkan bisa menandakan keyakinan kuat dari investor terhadap proyek tersebut.
Ini penting agar kamu bisa deteksi apakah proyeknya mulai diminati diam-diam atau cuma token mati yang bergerak karena spekulan. Dengan memantau rasio volume terhadap likuiditas secara konsisten, kamu bisa mengidentifikasi pola-pola awal akumulasi yang mungkin menandakan pelaku pasar besar mulai tertarik pada token yang masih undervalued.
6. Cek TVL vs Market Cap (Khusus Proyek DeFi)
Buat proyek DeFi, rasio antara Total Value Locked (TVL) dan market cap bisa jadi penanda jelas bahwa tokennya undervalued. TVL menunjukkan seberapa banyak dana yang “terkunci” dalam protokol DeFi, yang mencerminkan tingkat kepercayaan dan penggunaan platform.
Begini cara memanfaatkan metrik TVL:
- TVL tinggi tapi market cap kecil = kemungkinan besar undervaluation
- Rasio MC/TVL ideal: di bawah 1 (semakin kecil, semakin menarik dari sisi valuasi)
- Perhatikan tren TVL – apakah stabil atau justru bertumbuh meskipun pasar secara umum bearish?
- Tools yang bisa kamu gunakan: DeFiLlama untuk data TVL komprehensif, Token Terminal untuk analisis pendapatan protokol
- Bandingkan rasio MC/TVL dengan proyek serupa di kategori yang sama (lending, DEX, derivatives, dsb)
Sebagai contoh, jika sebuah protokol lending memiliki MC/TVL 0.3 sementara rata-rata industri adalah 0.8, ini mungkin mengindikasikan bahwa token tersebut undervalued dibandingkan pesaingnya. Tentu saja, ini harus dikombinasikan dengan analisis faktor lain seperti keamanan protokol, inovasi, dan prospek pertumbuhan.
Perlu diperhatikan juga bahwa TVL sendiri bisa dipalsukan atau dimanipulasi melalui berbagai taktik yield farming dan insentif sementara. Pastikan untuk melihat kualitas TVL berapa banyak yang berasal dari dana organik vs insentif sementara.
Dengan menganalisis TVL, kamu bisa lihat apakah ekosistemnya sudah punya dana besar yang terkunci tapi harga tokennya belum mencerminkan itu. Ketidakseimbangan ini sering kali memberikan peluang investasi yang menarik, terutama jika protokol tersebut memiliki pendapatan nyata atau tokenomics yang mendistribusikan nilai kepada pemegang token.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Bukan Emas! Ini Investasi Jangka Panjang Terfavorit
Kesimpulan
Undervalued crypto adalah peluang emas kalau kamu tahu cara mendeteksinya. Di pasar yang volatile seperti cryptocurrency, kemampuan mengidentifikasi aset yang benar-benar undervalued bukan sekadar murah bisa menjadi keunggulan kompetitif yang signifikan.
Ingat bahwa tidak ada metode sempurna untuk mengidentifikasi aset undervalued. Bahkan indikator terbaik pun harus digunakan dalam kombinasi dengan indikator lain dan disertai pemahaman mendalam tentang proyek yang kamu analisis. Selalu lakukan riset komprehensif yang mencakup aspek teknikal, fundamental, dan sentimen pasar.
Jangan terjebak hanya karena harga receh bandingkan berbagai indikator teknikal, fundamental, dan data on-chain sebelum ambil keputusan. Enam cara tadi bisa jadi fondasi kamu untuk menemukan aset terbaik yang “masih tidur” sebelum orang lain menyadarinya.
Terakhir, ingatlah bahwa pasar crypto tetap berisiko tinggi. Diversifikasi portofolio dan investasikan hanya dana yang kamu siap untuk kehilangan. Dengan pendekatan yang disiplin dan analitis, kamu memiliki peluang lebih baik untuk mengidentifikasi permata tersembunyi di lautan token crypto yang terus berkembang.
Itulah informasi menarik tentang Undervalued Crypto yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apakah kripto dengan harga rendah pasti undervalued?
Tidak selalu. Harga rendah belum tentu undervalued kalau proyeknya tidak punya fungsi, tim lemah, atau supply besar tak terkendali. Banyak token bernilai pecahan sen yang sebenarnya overvalued karena tidak memiliki utilitas nyata atau teknologi unik. Yang penting bukan harga per token, melainkan nilai keseluruhan proyek dibandingkan dengan potensi dan utilitas yang ditawarkan.
2. RSI bisa dipakai di semua token?
RSI bisa digunakan untuk semua aset yang punya histori harga memadai, tapi harus dikombinasikan dengan analisa lain agar hasilnya akurat. Untuk token baru atau yang sangat volatil, RSI mungkin memberikan banyak false signal. Idealnya, gunakan RSI dengan timeframe yang berbeda (harian, mingguan) dan kombinasikan dengan indikator momentum lain seperti MACD atau Stochastic untuk konfirmasi.
3. Apakah TVL relevan untuk semua proyek?
Tidak. TVL hanya relevan untuk proyek DeFi. Token utilitas non-DeFi punya metrik lain yang perlu diperhatikan, seperti jumlah pengguna aktif, volume transaksi, atau pendapatan platform. Untuk layer-1 blockchain, metrik seperti jumlah developer aktif, jumlah dApps yang dibangun di atasnya, dan tingkat aktivitas jaringan (TPS) mungkin lebih relevan. Setiap kategori kripto memiliki metrik khusus yang lebih tepat untuk evaluasi.
4. Bagaimana cara memastikan token yang undervalued akan naik harganya?
Tidak ada jaminan absolut. Namun, token dengan fundamental kuat, pengembangan aktif, dan utilitas nyata memiliki peluang lebih baik untuk diakui pasar pada akhirnya. Perhatikan juga katalis potensial seperti upgrade jaringan, partnership strategis, atau ekspansi ke pasar baru yang bisa menjadi pemicu kenaikan harga.
5. Berapa lama sebaiknya menahan token undervalued?
Ini tergantung strategi investasi pribadi dan kondisi pasar. Secara umum, investasi pada aset undervalued biasanya merupakan strategi jangka menengah hingga panjang (6 bulan hingga beberapa tahun), karena butuh waktu bagi pasar untuk menyadari nilai sebenarnya dari proyek tersebut. Tetapkan target profit yang realistis dan pertimbangkan untuk mengambil sebagian keuntungan ketika valuasi sudah mendekati atau mencapai fair value.
6. Apakah analisis fundamental selalu lebih penting dari teknikal?
Tidak selalu. Keduanya punya peran penting. Analisis fundamental membantu mengidentifikasi proyek berkualitas untuk investasi jangka panjang, sementara analisis teknikal lebih membantu dalam menentukan timing entry dan exit. Kombinasi keduanya memberikan hasil terbaik fundamental untuk memilih “apa” yang dibeli, teknikal untuk menentukan “kapan” membelinya.
Author: RB