Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tarif tambahan sebesar 10% bagi negara-negara yang dianggap mendukung kebijakan anti-Amerika dari blok BRICS.
Indonesia, sebagai anggota baru BRICS per 2025, berpotensi ikut terdampak kebijakan tersebut.
Pernyataan disampaikan Trump melalui platform Truth Social (7/7) waktu setempat, bersamaan dengan Konferensi Tingkat Tinggi BRICS yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil.
Blok BRICS langsung mengecam kebijakan itu dan memperingatkan dampaknya terhadap stabilitas perdagangan global.
BRICS Kecam Kebijakan Trump, Indonesia Di Antara Targetnya
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa setiap negara yang memihak kebijakan anti-Amerika dari BRICS akan dikenakan tarif tambahan 10% tanpa pengecualian.
Meski tidak merinci definisi kebijakan anti-Amerika yang dimaksud, pernyataan tersebut ditujukan langsung ke arah sikap politik BRICS.
Sebagai informasi, BRICS kini memiliki 11 anggota, dengan tambahan negara seperti Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.
Artinya, Indonesia sebagai anggota baru berpotensi langsung terkena dampak kebijakan ini, terutama dalam konteks hubungan perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis saat KTT, para pemimpin BRICS mengecam tarif sepihak dari AS dan menyebutnya bertentangan dengan aturan WTO.
Selain itu, mereka juga menyuarakan kecaman terhadap serangan militer AS dan Israel ke Iran, serta menyerukan gencatan senjata total di Gaza. BRICS menegaskan sikap politik kolektif yang berseberangan dengan blok barat.
Berita terbaru lainnya: Waspada! Jadwal Ekonomi & Altcoin Pekan Kedua Juli 2025 Bisa Goyang Market
Indonesia Pertegas Posisi Strategis di BRICS
Presiden Prabowo Subianto hadir langsung dalam KTT BRICS 2025 di Rio de Janeiro, menandai partisipasi perdana Indonesia sebagai anggota penuh BRICS.
Menurut Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya, keanggotaan ini merupakan inisiatif langsung Presiden Prabowo di tahun pertamanya menjabat, dan disambut hangat oleh seluruh anggota BRICS.
Prabowo menegaskan bahwa keikutsertaan Indonesia di BRICS bertujuan untuk memperkuat posisi strategis Indonesia di kancah global, serta mempromosikan kerja sama antarnegara demi stabilitas dan kemakmuran dunia.
“Masuknya Indonesia dalam keanggotaan BRICS merupakan inisiasi langsung dari Presiden Prabowo di tahun pertama menjadi Presiden Republik Indonesia dan disambut baik oleh seluruh anggota BRICS. Indonesia pun diterima dengan cepat menjadi anggota ke-11 BRICS,” jelas Teddy dikutip dari detik.com.
Lebih lanjut, prinsip politik luar negeri Indonesia juga ditekankan kembali, seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak.
Sikap ini menunjukkan bahwa kehadiran Indonesia di BRICS tidak dimaksudkan untuk memusuhi pihak manapun, tetapi memperluas jejaring diplomatik secara inklusif.
Ketegangan Politik Global Berisiko Picu Guncangan Pasar
Ancaman tarif dari AS terhadap BRICS bisa memperburuk tensi geopolitik dan memicu dampak ekonomi luas.
Ketidakpastian ini berpotensi mengganggu arus perdagangan, rantai pasok global, hingga pergerakan pasar modal dan komoditas.
Secara historis, kebijakan tarif unilateral seperti ini pernah memicu turbulensi pasar saat perang dagang AS–Tiongkok pada 2018–2019.
Kini, dengan cakupan BRICS yang lebih luas dan mencakup ekonomi Asia seperti Indonesia, potensi dampaknya lebih besar dan menyebar.
Investor global umumnya merespons kondisi ini dengan melakukan rotasi aset ke instrumen yang dianggap lebih aman, seperti emas, dolar AS, atau bahkan Bitcoin.
Bitcoin Berpotensi Jadi Pelindung Nilai
Menurut data CoinMarketCap, harga Bitcoin (BTC) hari ini berada di level $108 ribu–$109 ribu dengan kapitalisasi pasar mencapai $2,17 triliun.
Dominasi pasar BTC meningkat ke 64,42%, dengan volume perdagangan harian naik 32%. Selama kuartal terakhir, BTC mencatat kenaikan sebesar 36,87%.
Melansir dari Coincu, meski belum ada lonjakan harga secara langsung akibat kebijakan tarif ini, sejumlah analis menilai bahwa sentimen geopolitik yang memanas bisa mendorong minat investor ke aset pelindung nilai, termasuk Bitcoin.
Di tengah ketidakpastian ekonomi, Bitcoin dinilai memiliki daya tarik tersendiri karena sifatnya yang terdesentralisasi dan tidak tunduk pada kebijakan negara manapun.
Baca selanjutnya: Institusi Borong Bitcoin Tapi Harga Tetap Lesu, Ini Biangnya!
Aset Digital Jadi Alternatif, Tapi Tetap Perlu Waspada
Peran Bitcoin sebagai alternatif safe haven memang makin diperhitungkan dalam konteks ketegangan global.
Namun, investor tetap perlu memahami bahwa aset crypto memiliki volatilitas tinggi dan sensitif terhadap perubahan kebijakan global.
Kondisi seperti tarif, konflik militer, atau perubahan aliansi politik bisa mendorong pergerakan harga yang ekstrem dalam waktu singkat. Oleh karena itu, analisis risiko tetap menjadi kunci dalam merespons momentum seperti ini.
Kesimpulan
Pernyataan Donald Trump tentang tarif tambahan 10% terhadap negara-negara pendukung BRICS menempatkan Indonesia dalam posisi yang berpotensi terdampak langsung. Ketegangan geopolitik ini bukan hanya urusan diplomasi, tapi juga memiliki konsekuensi ekonomi dan pasar.
Bagi pelaku pasar, kondisi seperti ini menjadi pengingat pentingnya strategi diversifikasi aset. Bitcoin, meskipun fluktuatif, kembali menjadi sorotan di tengah keresahan global.
FAQ
- Apakah Indonesia sudah resmi menjadi anggota BRICS?
Sejak awal 2025 Indonesia telah bergabung ke dalam kelompok BRICS bersama Mesir, Iran, Ethiopia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. - Apa maksud dari kebijakan anti-Amerika menurut Trump?
Trump tidak merinci secara spesifik, namun merujuk pada sikap politik BRICS yang sering berseberangan dengan AS, termasuk dalam isu perdagangan dan konflik global. - Mengapa kebijakan tarif bisa memengaruhi harga Bitcoin?
Kebijakan tarif memicu ketidakpastian ekonomi global. Hal ini mendorong investor mencari aset lindung nilai seperti Bitcoin yang tidak dikontrol pemerintah. - Apakah Bitcoin akan langsung naik karena isu ini?
Belum tentu. Namun sentimen seperti ini sering kali mendorong minat terhadap Bitcoin. Pergerakan harga sangat tergantung pada reaksi pasar secara keseluruhan. - Apa strategi terbaik investor menghadapi ketegangan geopolitik?
Diversifikasi aset, memantau perkembangan global, dan menghindari keputusan reaktif jangka pendek. Gunakan analisis teknikal dan fundamental secara seimbang.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: FFA
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, #Berita Bitcoin, #Btc News, #News Bitcoin, #Berita Btc, #berita btc/usd hari ini, #bitcoin news, #berita bitcoin hari ini, #info btc hari ini, #Berita Donald Trump, #Berita Kripto Asia, #Berita BRICS