Bottom Fishing: Strategi Beli di Harga Terendah!
icon search
icon search

Top Performers

Bottom Fishing: Strategi Beli di Harga Terendah!

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Bottom Fishing: Strategi Beli di Harga Terendah!

Bottom Fishing Strategi Beli di Harga Terendah!

Daftar Isi

Saat Harga Jatuh, Siapa yang Berani Beli?

Pernah nggak kamu lihat pasar kripto tiba-tiba merah semua, investor panik, dan media sosial penuh komentar “bear market datang”? Tapi anehnya, beberapa minggu kemudian harga justru melonjak lagi dan orang-orang yang berani beli saat turun malah cuan besar. Nah, inilah momen yang dikenal dengan istilah bottom fishing — strategi klasik tapi tetap relevan di 2025.

Dalam dunia trading, saat mayoritas takut dan menjual, justru di situlah peluang terbaik sering muncul. Para trader profesional percaya, momen panik adalah waktu emas untuk mencari “harga dasar”. Tapi tentu, mengenali kapan benar-benar berada di dasar pasar bukan perkara mudah. Kamu butuh pemahaman mendalam, bukan sekadar nekat beli di harga rendah.

Di sinilah pentingnya memahami apa itu bottom fishing dan bagaimana strategi ini bekerja di era kripto modern.

 

Apa Itu Bottom Fishing dalam Trading?

Secara sederhana, bottom fishing adalah strategi membeli aset yang harganya sudah jatuh cukup dalam dengan harapan harga tersebut sudah menyentuh titik terendah (the bottom) dan akan segera naik kembali. Analogi “memancing di dasar” ini awalnya muncul di Wall Street sekitar tahun 1970-an, digunakan oleh analis dan fund manager untuk menggambarkan aksi beli ekstrem di tengah pesimisme pasar.

Kalau kamu pernah dengar istilah buy the dip, sekilas mirip dengan strategi buy the dip di kripto, yang dilakukan ketika tren utama masih naik tapi sedang koreksi kecil. Sementara bottom fishing jauh lebih berani — membeli ketika tren turun besar, saat mayoritas investor menjauh. Strategi ini bisa menghasilkan profit besar kalau kamu tepat membaca arah pasar, tapi juga bisa berujung rugi besar kalau harga belum benar-benar menyentuh dasar.

Jadi, kunci utamanya bukan sekadar beli di harga murah, tapi tahu kapan pasar sudah berhenti turun. Mari kita bahas tanda-tandanya.

 

Cara Mengenali Tanda-Tanda Market Sudah Menyentuh Bottom

Menentukan titik dasar pasar bukan soal firasat. Trader berpengalaman menggabungkan analisis teknikal, data on-chain, dan sentimen pasar untuk menilai apakah harga sudah berada di fase jenuh jual (oversold).

Dari sisi teknikal, indikator seperti Relative Strength Index (RSI) sering digunakan. Ketika RSI di bawah 30, itu sinyal aset sudah oversold. Tapi sinyal ini harus dikonfirmasi dengan volume capitulation, yaitu lonjakan besar volume jual yang menandakan pelaku pasar menyerah.

 

Di 2025, indikator on-chain semakin berperan besar. Misalnya:

  • MVRV Ratio dan Realized Price untuk melihat apakah harga pasar lebih rendah dari nilai sebenarnya.

  • Funding Rate negatif di futures market, yang menunjukkan mayoritas trader buka posisi short dan tekanan jual sudah terlalu besar.

  • Long-term holder profitability, yang memberi petunjuk kapan investor jangka panjang mulai akumulasi lagi.

 

Selain itu, Fear & Greed Index juga bisa jadi alat bantu. Ketika angka turun di bawah 20 (zona extreme fear), artinya banyak investor takut — dan kadang, itulah sinyal bahwa pasar sudah jenuh jual.

Tapi walau semua indikator menunjuk ke arah “sudah murah”, kamu tetap perlu rencana matang sebelum masuk. Itulah yang dibahas di strategi selanjutnya.

 

Strategi Bottom Fishing yang Efektif di 2025

Beli di harga dasar memang terdengar seperti langkah jenius — apalagi kalau setelahnya harga langsung naik dua kali lipat. Tapi kenyataannya, tanpa strategi yang matang, bottom fishing bisa berubah jadi bencana finansial. Di 2025, strategi ini nggak lagi sekadar soal “beli murah”, tapi tentang disiplin membaca data, membangun posisi cerdas, dan memahami momentum akumulasi smart money.

 

1.Gunakan DCA, Tapi dengan Logika “Reversal Zone”

Metode Dollar Cost Averaging (DCA) memang klasik, tapi di konteks bottom fishing, kamu nggak bisa asal beli berkala. Kuncinya ada pada konsep reversal zone — area harga yang menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah.
Misalnya, ketika:

 

  • Harga menembus zona support lama tapi volume beli meningkat,

  • RSI mulai bergerak naik dari area oversold,

  • Funding rate berbalik dari negatif ekstrem menuju netral.

 

Di titik inilah DCA jadi senjata efektif. Kamu bisa beli bertahap di tiga sampai lima lapisan harga berbeda di sekitar zona itu. Tujuannya bukan menangkap dasar paling bawah, tapi membangun posisi rata-rata yang masih aman saat harga mulai rebound.

Dengan pola seperti ini, kamu bukan sekadar “menebak dasar”, tapi menciptakan fondasi posisi yang logis dan terlindungi oleh manajemen risiko.

2.Bangun Strategi Entry dengan Data, Bukan Emosi

Kesalahan umum trader adalah menunggu “feeling aman” baru beli. Padahal di bottom fishing, momen terbaik justru saat pasar paling takut. Untuk itu, gunakan kombinasi data berikut:

 

  • Volume capitulation: carilah lonjakan volume besar di candle bearish terakhir.

  • On-chain inflow/outflow: kalau data menunjukkan lebih banyak koin keluar dari bursa (outflow meningkat), itu pertanda akumulasi.

  • Funding rate ekstrem negatif: sering jadi tanda banyak posisi short menumpuk, dan pasar siap short squeeze.

 

Kamu bisa memanfaatkan platform seperti CoinGlass atau Santiment untuk membaca data-data ini. Dengan data objektif, kamu bisa masuk tanpa bergantung pada intuisi semata.

Strategi ini bukan tentang melawan rasa takut, tapi menggantinya dengan keyakinan berbasis data.

3.Manfaatkan Limit Order dan Alert System

Dalam situasi volatil seperti kripto, eksekusi yang emosional bisa menghancurkan strategi terbaik sekalipun. Karena itu, gunakan limit order di area yang sudah kamu hitung sebagai “zona aman beli”, bukan market order spontan.

Selain itu, aktifkan alert system di platform trading agar kamu tahu kapan harga mendekati area bottom potensial atau volume akumulasi melonjak. Dengan cara ini, kamu tetap tenang meskipun pasar bergerak cepat.

Ingat, strategi terbaik adalah yang sudah direncanakan sebelum pasar memaksa kamu bereaksi.

4. Siapkan Stablecoin sebagai Amunisi Cadangan

Salah satu kunci sukses bottom fishing adalah cadangan likuiditas. Banyak trader kehabisan modal terlalu cepat karena masuk terlalu agresif di awal penurunan. Di 2025, banyak investor profesional menyimpan 30–40% modal dalam bentuk stablecoin agar bisa memanfaatkan setiap penurunan tambahan dengan tenang.

Stablecoin ini bukan hanya untuk membeli lebih banyak, tapi juga untuk mengatur rasio risiko terhadap total portofolio. Dengan begitu, kamu tetap fleksibel ketika pasar belum pulih penuh.

Bottom fishing yang efektif bukan tentang seberapa cepat kamu masuk, tapi seberapa lama kamu bisa bertahan.

5. Terapkan Prinsip “Plan the Exit Before You Enter”

Banyak trader sibuk mencari titik masuk, tapi lupa menentukan titik keluar. Dalam strategi bottom fishing, justru bagian ini paling penting. Sebelum masuk posisi, tentukan dua hal:

 

  1. Target take profit realistis — biasanya 30–50% di atas zona akumulasi.

  2. Cut-loss limit — kalau harga turun 10–15% dari rata-rata entry, segera keluar untuk melindungi modal.

 

Pendekatan ini memastikan kamu tetap rasional saat harga mulai naik atau turun cepat. Ingat, bottom fishing bukan ajang tebak-tebakan, tapi seni risk-adjusted investing.

Dengan perencanaan keluar yang jelas, kamu bisa mengubah strategi spekulatif menjadi pendekatan yang terukur.

6. Integrasikan dengan Analisis Makro

Terakhir, strategi bottom fishing di 2025 harus melihat konteks makroekonomi global — misalnya arah suku bunga AS, inflasi, atau arus modal ke aset berisiko. Jika data makro mulai mendukung aset kripto (seperti sinyal dovish dari The Fed), itu bisa memperkuat validitas sinyal bottom yang kamu temukan.

Intinya, bottom fishing modern bukan sekadar analisis chart, tapi kombinasi antara teknikal, sentimen, dan makro. Ketika ketiganya selaras, peluangmu untuk menang meningkat drastis.

Dengan kombinasi strategi bertahap, pembacaan data, dan disiplin eksekusi, bottom fishing di era 2025 bisa menjadi senjata yang sangat efektif. Tapi ingat, keberhasilannya tergantung seberapa konsisten kamu mengikuti rencana, bukan seberapa sering kamu benar menebak dasar.

Setelah kamu tahu cara menyusun strategi, langkah berikutnya adalah memahami risiko dan kesalahan umum yang sering menjebak trader saat menerapkannya.

 

Risiko dan Kesalahan Umum Saat Bottom Fishing

Setiap strategi dengan potensi tinggi pasti punya risikonya sendiri. Bottom fishing termasuk strategi berisiko tinggi, karena sering kali investor membeli terlalu cepat sebelum pasar benar-benar berhenti turun.

Kesalahan paling umum adalah terjebak dalam value trap — membeli aset yang tampak murah, padahal memang nilainya menurun karena fundamentalnya buruk. Lalu ada fenomena catching a falling knife, alias “menangkap pisau jatuh”: kamu membeli di tengah penurunan tajam dan harga malah terus anjlok. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah terlalu cepat percaya pada fake breakout — sinyal palsu bahwa harga akan naik padahal cuma pantulan kecil.

Jadi, kalau kamu mau melakukan bottom fishing, anggap strategi ini seperti seni membaca risiko. Karena kadang, keberanian tanpa perhitungan malah berakhir jadi bumerang.

 

Siapa yang Cocok Menggunakan Strategi Bottom Fishing?

Strategi ini bukan untuk semua orang. Bottom fishing cocok buat kamu yang sudah cukup berpengalaman, punya kesabaran, dan mampu mengendalikan emosi. Kamu perlu paham dasar analisis teknikal, bisa membaca tren makroekonomi, dan punya rencana jangka panjang.

Bagi pemula, strategi ini bisa terlalu menantang. Lebih baik mulai dari DCA biasa atau investasi rutin dengan nominal tetap. Tapi buat kamu yang sudah terbiasa dengan volatilitas kripto, strategi ini bisa jadi peluang emas saat pasar sedang takut.

Karena di saat mayoritas menjauh, yang berani dan sabar sering jadi pemenang. Tapi biar lebih jelas, kita lihat contoh nyata penerapannya di pasar kripto.

 

Studi Kasus Nyata: Bottom Fishing di Pasar Kripto 2024–2025

Kalau kamu ingin bukti nyata bahwa bottom fishing masih relevan, lihat saja apa yang terjadi di pasar kripto tahun 2024 hingga pertengahan 2025. Bitcoin sempat anjlok ke kisaran $25.000 di awal tahun, banyak yang panik menjual, tapi investor besar justru mulai akumulasi. Beberapa bulan kemudian, harga melonjak lagi ke atas $45.000.

Hal yang sama terjadi pada Solana (SOL) dan Render Network (RNDR). Keduanya sempat drop lebih dari 60%, tapi rebound kuat setelah funding rate negatif dan volume akumulasi meningkat. Di sinilah terlihat pola klasik bottom fishing bekerja — smart money membeli di saat sentimen publik sedang negatif.

Dari contoh ini, kamu bisa lihat bahwa strategi ini bukan tentang menebak harga, tapi membaca data dan psikologi pasar dengan sabar.

 

Psikologi di Balik Bottom Fishing: Saat Semua Takut, Kamu Siap?

Dalam aktivitas trading, grafik dan indikator cuma separuh dari permainan. Separuh lainnya adalah perang mental. Banyak trader gagal bukan karena strategi mereka salah, tapi karena mereka tidak siap menghadapi tekanan psikologis saat pasar jatuh. Kamu bisa punya analisis teknikal secanggih apa pun, tapi kalau panik begitu melihat harga merah, semua rencana bisa hancur seketika.

Bottom fishing adalah ujian nyata dari kemampuanmu mengendalikan rasa takut. Di saat mayoritas investor fokus melindungi diri dan menjual, kamu justru ditantang untuk berpikir terbalik: melihat peluang di tengah kepanikan. Itulah mengapa strategi ini sering disebut permainan bagi contrarian thinker — orang yang berani berpikir berlawanan arah dari kerumunan.

Namun, menjadi kontrarian bukan berarti asal nekat. Di 2025, emosi pasar terbentuk jauh lebih cepat dari dulu. Media sosial seperti X (Twitter), Telegram, dan Reddit bisa memicu rasa takut massal hanya lewat satu rumor. Trader ritel sering bereaksi berlebihan terhadap berita negatif, menciptakan “panic wave” yang sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh investor sabar.

Ketika kamu menyadari pola ini, kamu mulai melihat bahwa bottom fishing bukan melawan pasar, tapi melawan psikologi massa. Jadi, bukan seberapa pintar kamu membaca chart, tapi seberapa tenang kamu membaca kekacauan.

Mengenali Pola Emosi yang Menjebak Trader

Setiap siklus pasar selalu mengikuti pola emosi yang sama: euforia ? denial ? fear ? capitulation ? hope ? optimism ? euforia lagi.

Trader yang emosional sering masuk di puncak euforia dan keluar di titik fear. Sebaliknya, trader yang punya mental bottom fishing justru mengambil posisi di fase capitulation, ketika orang lain sudah menyerah.

Kamu mungkin pernah merasakannya: tangan gatal ingin jual saat portofolio turun 40%, padahal sebenarnya itu momen ideal untuk mulai akumulasi. Di sinilah pentingnya rencana — bukan untuk menghapus rasa takut, tapi mengubahnya jadi alat kontrol.

Bangun Mindset Investor, Bukan Penebak Harga

Untuk bisa mengeksekusi bottom fishing dengan tenang, kamu harus menggeser cara pandang dari “aku ingin untung cepat” menjadi “aku sedang membangun posisi jangka panjang di harga murah”. Mindset seperti ini bikin kamu lebih fokus ke data objektif daripada perasaan sesaat.

Kamu juga bisa menggunakan prinsip delayed gratification — kemampuan menunda kepuasan instan demi hasil yang lebih besar nanti. Investor sukses seperti Warren Buffett dan Michael Burry sama-sama menunjukkan bahwa sabar menghadapi fase fear sering lebih menguntungkan daripada bereaksi pada setiap koreksi harga.

Jadi, kesabaran bukan tanda lemah, tapi bukti kamu punya kontrol diri yang nggak dimiliki kebanyakan trader.

Gunakan Rencana, Bukan Reaksi

Kamu nggak bisa menghapus emosi dalam trading, tapi bisa menyiapkan sistem yang menjaga agar emosi nggak memimpin keputusanmu.

Tentukan rencana entry dan exit sejak awal — kapan kamu beli, di level mana kamu tambah posisi, dan di mana kamu berhenti rugi (cut loss). Saat pasar benar-benar jatuh, kamu tinggal menjalankan rencana itu tanpa ragu.

Teknik lain yang bisa bantu mental kamu tetap stabil adalah journaling. Catat alasan setiap transaksi: kenapa kamu beli, apa yang kamu rasakan waktu itu, dan apa yang terjadi setelahnya. Dengan cara ini, kamu bisa melihat pola emosimu sendiri dan belajar mengontrolnya di masa depan.

Karena kunci psikologi bottom fishing bukan menghilangkan rasa takut, tapi mengenalinya dan menjadikannya kompas yang tepat.

Pada akhirnya, bottom fishing bukan cuma soal keberanian beli di harga murah, tapi tentang disiplin mental saat semua orang kehilangan arah.

Kamu dituntut untuk sabar, rasional, dan teguh pada data, bukan terbawa arus kepanikan pasar. Di era kripto modern yang penuh noise, justru trader yang bisa menjaga ketenangan di tengah badai lah yang paling sering keluar dengan keuntungan besar.

Jadi, kalau kamu ingin menguasai seni bottom fishing, mulai dari diri sendiri dulu — kendalikan emosi, rencanakan langkah, dan biarkan logika jadi jangkar saat ombak pasar datang.

 

Kesimpulan

Setelah kamu menyelami semua strategi, psikologi, dan risiko di balik bottom fishing, satu hal jadi jelas: strategi ini bukan tentang keberuntungan, tapi tentang kesiapan mental dan data. Di pasar kripto yang berputar cepat antara fear dan greed, mereka yang bisa tetap rasional di tengah badai justru punya peluang terbesar untuk menang.

Bottom fishing yang efektif bukan sekadar soal menekan tombol beli di harga rendah. Ia adalah hasil dari proses panjang — membaca sinyal teknikal, menilai perilaku smart money, memahami kondisi makro, hingga menjaga mental tetap dingin saat sentimen publik memanas. Di titik itu, kamu bukan lagi reaktif terhadap pasar, tapi responsif terhadap data.

Kamu perlu memahami bahwa pasar tidak pernah memberi sinyal pasti. Tidak ada alarm yang berbunyi saat harga menyentuh dasar. Yang bisa kamu lakukan hanyalah mengumpulkan potongan bukti: volume yang mulai meningkat, funding rate berbalik, atau fear index yang ekstrem — semua itu membentuk gambaran besar yang membantumu membuat keputusan berbasis logika, bukan insting panik.

Jadi, bottom fishing sejatinya bukan soal menebak titik terendah, tapi tentang mengelola risiko dengan disiplin dan berpikir objektif di saat banyak orang kehilangan arah.

Di 2025, ketika algoritma dan kecerdasan buatan semakin mendominasi pasar, keunggulan manusia justru terletak pada kesabaran dan kesadaran diri. Data bisa kamu pelajari, sinyal bisa kamu analisis, tapi kemampuan untuk tetap tenang — itulah yang membedakan investor sejati dari spekulan musiman.

Jadikan bottom fishing bukan sekadar teknik cuan, tapi cara berpikir strategis. Lihat setiap koreksi bukan sebagai ancaman, tapi peluang untuk menambah posisi dengan perhitungan matang. Karena di saat pasar penuh ketakutan, justru di situlah kesempatan membangun pondasi profit jangka panjang lahir.

Pasar selalu memberi ujian, tapi hanya mereka yang berani berpikir tenang di tengah kepanikan yang bisa menemukan emas di dasar.

Dan kalau kamu bisa melakukan itu dengan data di tangan dan keyakinan di kepala — kamu bukan lagi sekadar “memancing di dasar”, kamu sedang membaca arus dan menguasai lautnya.

 

Itulah informasi menarik tentang “Bottom Fishing” yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

1. Apa bedanya bottom fishing dan buy the dip?
Buy the dip biasanya dilakukan saat tren utama masih naik tapi mengalami koreksi singkat. Bottom fishing dilakukan ketika pasar sudah turun dalam dan terlihat mencapai titik jenuh jual.

2. Apakah bottom fishing cocok untuk pemula?
Belum tentu. Strategi ini menuntut pemahaman teknikal dan kontrol emosi tinggi. Pemula disarankan mulai dengan metode DCA.

3. Kapan waktu terbaik melakukan bottom fishing?
Saat indikator seperti RSI oversold, funding rate negatif, dan Fear & Greed Index menunjukkan extreme fear.

4. Apa alat bantu yang bisa digunakan?
Kamu bisa pakai platform seperti TradingView untuk charting, CoinGlass untuk melihat funding rate, dan Santiment untuk data on-chain.

5. Apakah strategi ini selalu berhasil?
Tidak selalu. Keberhasilan bergantung pada ketepatan analisis dan kedisiplinan eksekusi. Bottom fishing efektif jika pasar benar-benar mendekati titik akumulasi besar.

 

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Market Signal,Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.32%
bnb BNB 6.84%
sol Solana 4.95%
eth Ethereum 2.43%
ada Cardano 1.62%
pol Polygon Ecosystem Token 2.17%
trx Tron 2.81%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
SFI/IDR
saffron.fi
2.680K
121.49%
SNX/IDR
Synthetix
30.500
93.25%
BETA/IDR
Beta Finan
212
69.6%
USELESS/IDR
Useless Co
5.739
55.36%
VINE/IDR
Vine Coin
983
54.8%
Nama Harga 24H Chg
UNMD/IDR
Utility Ne
13.278
-15.37%
BOND/IDR
BarnBridge
2.302
-13.46%
TMG/IDR
T-mac DAO
129.860
-11.05%
SGT/IDR
AI Avatar
2.129
-8.98%
UCJL/IDR
Utility Cj
120.505
-8.05%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Halting Adalah? Ini Dampak Besarnya di Dunia Kripto
13/10/2025
Halting Adalah? Ini Dampak Besarnya di Dunia Kripto

Saat Market Tiba-tiba Berhenti Bergerak Pada Agustus 2025, jaringan Base

13/10/2025
Bottom Fishing: Strategi Beli di Harga Terendah!

Saat Harga Jatuh, Siapa yang Berani Beli? Pernah nggak kamu

Canton Network: Bukan Bitcoin, Tapi Lebih Hebat!
13/10/2025
Canton Network: Bukan Bitcoin, Tapi Lebih Hebat!

Saat Dunia Butuh Blockchain yang Lebih Serius Ketika orang membicarakan

13/10/2025