Kamu pasti sering lihat harga kripto naik drastis, lalu anjlok nggak lama kemudian. Banyak yang beli saat rame, lalu nyangkut. Tapi pernah kepikiran nggak? Gimana kalau cara cuan justru datang dari strategi yang beda: lawan arus pasar?
Salah satu pendekatan yang mulai dilirik di 2025 adalah contrarian investing. Yuk, bahas tuntas cara kerja dan peluangnya!
Apa Itu Contrarian Investing?
Sebelum menerapkan strategi ini, kamu perlu tahu dulu prinsip dasarnya.
Contrarian investing adalah strategi investasi dengan cara melawan sentimen mayoritas pasar. Ketika mayoritas investor berlomba-lomba membeli (bullish), seorang contrarian justru mempertimbangkan untuk menjual. Sebaliknya, saat pasar dipenuhi kepanikan dan banyak orang menjual aset dengan harga murah, contrarian melihatnya sebagai peluang untuk membeli.
Filosofi utama strategi ini dirangkum dengan baik oleh Warren Buffett: “Takut saat orang serakah, serakah saat orang takut.” Ini bukan sekadar nasihat keren, tapi prinsip yang berdasarkan observasi siklus pasar selama puluhan tahun.
Berbeda dengan strategi momentum yang mengikuti tren kenaikan atau trend following yang memanfaatkan pergerakan harga jangka panjang, contrarian investing secara langsung menantang “kebijaksanaan massa” dengan asumsi bahwa kerumunan sering kali salah, terutama di puncak optimisme atau pesimisme.
Tapi sekadar tahu teorinya aja nggak cukup. Kamu juga perlu tahu kenapa strategi ini bisa relevan banget khususnya di kripto.
Kenapa Relevan Buat Investor Kripto di Tahun 2025?
Tahun ini banyak investor besar justru ambil posisi saat pasar sepi. Kenapa?
Pasar kripto terkenal dengan volatilitasnya yang ekstrem. Dalam satu hari, harga bisa naik 20% dan turun 30% tanpa peringatan. Volatilitas ini sering didorong oleh emosi para pelaku pasar, bukan selalu oleh perubahan fundamental. Ini membuat kripto jadi lahan sempurna untuk strategi contrarian.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Bappebti dan platform kripto lokal, sebagian besar investor ritel masih sangat reaktif terhadap pergerakan harga. Mereka cenderung membeli saat harga sudah naik tinggi (FOMO) dan menjual panik saat koreksi, yang justru menciptakan peluang bagi contrarian yang berpikir jernih.
Data riset dari Morningstar periode 2020-2024 menunjukkan bahwa sektor yang “tidak disukai” (memiliki outflow terbesar) secara konsisten memberikan imbal hasil lebih tinggi dalam periode 12-18 bulan berikutnya dibanding sektor favorit. Fenomena serupa juga terkonfirmasi di pasar kripto berdasarkan penelitian Nasdaq Digital Assets yang dirilis Januari 2025.
Neuberger Berman, salah satu manajer aset global yang mulai memasuki kripto tahun lalu, melaporkan bahwa strategi contrarian mereka di aset digital menghasilkan return 27% lebih tinggi dibanding strategi konvensional selama periode bear market 2023-2024.
Yang menarik, Fear & Greed Index untuk Bitcoin dan altcoin menunjukkan korelasi negatif yang konsisten dengan performa 3 bulan ke depan. Saat indeks menunjukkan “Extreme Fear” (di bawah 25), rata-rata return 90 hari berikutnya adalah +31,8%.
Nah, dari sini kamu bisa mulai melihat peluang. Sekarang, yuk bahas langsung bagaimana strategi contrarian bisa diterapkan secara nyata.
Contoh Nyata Strategi Contrarian di Kripto
Biar makin paham, kita bahas studi kasus kripto beberapa tahun terakhir.
Salah satu contoh paling dramatis adalah Bitcoin pada periode FUD (Fear, Uncertainty, Doubt) seputar persetujuan ETF di AS antara 2023-2024. Ketika SEC berkali-kali menolak aplikasi ETF dan sentimen pasar sangat negatif, Bitcoin diperdagangkan di kisaran $16.000-$20.000. Para contrarian yang membeli di level tersebut menyaksikan kenaikan hingga $59.000 pada April 2024 dan terus ke $65.000+ pada awal 2025.
Contoh lain yang tak kalah menarik adalah Solana (SOL). Ketika FTX bangkrut pada November 2022, SOL anjlok dari $30+ ke sekitar $8 karena hubungan dekatnya dengan Sam Bankman-Fried. Mayoritas analis memprediksi kematian ekosistem Solana. Namun, investor-investor contrarian seperti Multicoin Capital dan Dragonfly justru menambah posisi mereka. Hasilnya? SOL meroket ke $180+ pada Maret 2025, memberikan return 20x+ bagi mereka yang berani “tampar arus”.
Di luar kripto, kita juga melihat fenomena contrarian di sektor REITs (Real Estate Investment Trusts) dan logam mulia yang mulai naik signifikan pada awal 2024 saat sektor teknologi mengalami bubble. Para contrarian yang mengalihkan sebagian portofolio mereka ke sektor “membosankan” ini mendapatkan perlindungan yang baik ketika koreksi tech terjadi di akhir 2024.
Jika kita lihat data Fear & Greed Index, pembelian Bitcoin saat indeks menunjukkan “Extreme Fear” (<20) di sepanjang 2023-2024 menghasilkan rata-rata keuntungan 43% dalam 6 bulan berikutnya. Bahkan mereka yang membeli ETH saat crash Terra/Luna (Mei 2022) dengan indeks di level 10, menikmati kenaikan 4x+ hingga saat ini.
Contoh-contoh tadi bukti kalau contrarian investing bukan cuma teori. Tapi tentu saja, kamu harus siap mental dan punya strategi matang.
Ciri-Ciri Investor Contrarian yang Sukses
Gaya ini nggak cocok buat semua orang. Kamu perlu punya karakter tertentu.
Investor contrarian yang sukses punya keberanian untuk berbeda, tapi bukan asal beda. Mereka mendasarkan keputusan pada analisis data komprehensif, bukan sekedar naluri atau keinginan untuk melawan arus. Mereka mempelajari siklus pasar, memahami psikologi massa, dan mengidentifikasi kapan pasar bergerak berdasarkan emosi bukan fundamental.
Kesabaran adalah kualitas penting lainnya. Setelah mengambil posisi contrarian, sering kali dibutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan sebelum pasar “menyadari kesalahannya” dan bergerak menguntungkan. Selama periode ini, posisi mereka mungkin terus merugi dan menghadapi tekanan psikologis berat. Menurut sebuah studi dari CryptoQuant, 78% trader kripto menutup posisi mereka terlalu cepat karena tidak sabar atau takut tepat sebelum pembalikan tren.
Investor contrarian juga memiliki kekebalan terhadap FOMO (Fear of Missing Out). Mereka tidak tergoda untuk masuk ketika semua orang membicarakan “roket kripto” tertentu. Sebaliknya, mereka punya rencana masuk dan keluar yang jelas, biasanya dengan target harga atau indikator teknikal spesifik, bukan berdasarkan hype media sosial atau “tips panas” dari influencer.
Kalau kamu merasa cocok dengan ciri-ciri di atas, mari kita bahas bagaimana cara menerapkannya dengan aman dan realistis.
Cara Praktis Menerapkan Strategi Contrarian di Kripto
Strategi ini bisa kamu jalankan dengan langkah-langkah yang jelas, bukan nekat.
Pertama, kamu perlu punya alat untuk menganalisis sentimen pasar. Salah satu indikator yang bisa kamu manfaatkan adalah Fear & Greed Index, sebuah metrik populer yang mengukur emosi pasar dari “Extreme Fear” hingga “Extreme Greed”. Alternatif lain termasuk melacak volume diskusi sosial media (Santiment menyediakan data ini), Google Trends untuk kata kunci kripto, dan aliran dana masuk/keluar di exchange besar. Kombinasi indikator ini membantu kamu mendeteksi kapan pasar bereaksi berlebihan.
Setelah mengidentifikasi periode fear ekstrem, kamu bisa menerapkan strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) alih-alih all-in langsung. Pendekatan ini bantu kamu beli aset kripto dalam beberapa tahap dan lebih tahan dari kesalahan timing.. Misalnya, alokasikan 30% dana untuk pembelian awal, lalu sisanya dibagi dalam 3-4 tahap pembelian jika harga terus turun. Pendekatan bertahap ini melindungi kamu dari kesalahan timing dan memberikan harga rata-rata yang lebih baik.
Sangat penting untuk membedakan antara koreksi sehat dan “falling knife” (pisau jatuh). Tunggu sinyal stabilisasi seperti divergensi RSI positif, pola candle pembalikan (hammer, engulfing), atau volume pembelian yang meningkat sebelum masuk. Data dari Glassnode menunjukkan bahwa menunggu konfirmasi teknikal bisa mengurangi drawdown rata-rata sebesar 18% dibanding langsung masuk saat pasar panik.
Untuk aset, fokus pada kripto top tier (Bitcoin, Ethereum, dan 5-10 altcoin teratas berdasarkan kapitalisasi pasar) saat menerapkan strategi contrarian. Hindari godaan membeli altcoin “micin” yang anjlok 90%+ karena banyak yang tidak pernah pulih. Analisis CoinMetrics menunjukkan bahwa 74% coin yang keluar dari top 100 tidak pernah kembali ke ATH-nya, bahkan setelah bull market berikutnya.
Terakhir, evaluasi keputusan investasimu berdasarkan data, bukan emosi. Set target profit yang realistis berdasarkan rata-rata historis (misalnya, Bitcoin biasanya naik 150-200% dari bottom bear market ke siklus bull berikutnya), dan jangan ragu mengambil profit parsial saat target tercapai.
Tapi walaupun strateginya masuk akal, tetap ada risiko. Yuk, lihat kesalahan umum yang sering terjadi.
Kesalahan Umum Gaya Contrarian yang Harus Dihindari
Jangan sampai niat cuan malah bikin kamu nyangkut lebih parah.
Kesalahan paling umum adalah membeli hanya karena harga turun drastis tanpa riset mendalam. Seperti yang dikatakan banyak trader veteran, “Harga turun 90% bisa turun lagi 90% dari harga sekarang.” Coinbase Research mencatat bahwa 65% investor ritel yang membeli “dip” pertama pada crash 2022 akhirnya cut loss dengan kerugian lebih besar karena tidak melakukan analisis fundamental tentang alasan di balik penurunan.
Banyak contrarian pemula juga gagal mempertimbangkan faktor makro yang lebih luas. Bahkan jika sentiment kripto lokal terlihat ekstrem takut, faktor seperti ketatnya regulasi global, kenaikan suku bunga, atau krisis likuiditas di pasar tradisional bisa memperpanjang periode bearish. Sebelum masuk, pastikan kamu memetakan risiko makro dan fundamental dengan komprehensif.
Kesalahan lain adalah terlalu cepat masuk sebelum harga menemukan support yang solid. Analisis teknikal menunjukkan bahwa aset yang jatuh cenderung mengkonsolidasikan dan membentuk pola dasar sebelum rebound yang berkelanjutan. Minimal, tunggulah konfirmasi volume pembelian yang meningkat dan penolakan (rejection) di level support sebelumnya. Data dari TradingView menunjukkan bahwa trader yang menunggu minimal dua candle harian konfirmasi sebelum masuk mengalami drawdown 27% lebih kecil dibanding yang langsung “menangkap pisau jatuh”.
Terakhir, kepercayaan diri berlebihan bisa membuat investor contrarian tidak siap cut loss ketika analisis mereka terbukti salah. Tidak semua kontrarian play berhasil. Tetapkan batasan kerugian maksimal (misalnya 15-20% dari harga masuk) dan patuhi dengan disiplin. Jika fundamental berubah secara signifikan setelah kamu masuk (seperti hack besar atau perubahan regulasi drastis), jangan ragu untuk keluar dan mengevaluasi ulang.
Kalau kamu bisa hindari jebakan-jebakan ini, strategi contrarian bisa jadi senjata jitu.
Apakah Strategi Ini Cocok Buat Kamu?
Nggak semua gaya cocok buat semua investor. Coba cek di bawah ini.
Checklist cepat:
- Kamu sabar dan nggak suka ikut tren?
- Punya kestabilan emosi saat posisimu berlawanan dengan konsensus pasar?
- Suka analisis dan nggak impulsif dalam pengambilan keputusan?
- Punya rencana jangka panjang dan tidak butuh dana investasimu dalam waktu dekat?
- Mampu menahan tekanan sosial saat teman atau media menganggap keputusanmu “gila”?
- Disiplin mengikuti sistem dan batas risiko yang telah ditetapkan?
Jika kamu menjawab “ya” untuk sebagian besar pertanyaan di atas, contrarian investing bisa menjadi strategi yang cocok untukmu. Terutama di pasar kripto yang sangat emosional, pendekatan objektif dan melawan arus bisa memberikan keunggulan kompetitif.
Psikolog investasi Dr. Daniel Crosby dalam bukunya “The Behavioral Investor” (2018) mengungkapkan bahwa investor dengan skor tinggi dalam “ketahanan terhadap konformitas sosial” secara konsisten mengungguli pasar dalam jangka panjang. Ini karena mereka mampu membuat keputusan rasional saat yang lain panik atau euforia.
Yang lebih penting lagi, penelitian menunjukkan bahwa investor yang cocok dengan gaya mereka cenderung bertahan lebih lama dan konsisten dalam strateginya, yang merupakan kunci kesuksesan investasi jangka panjang.
Kesimpulan
Contrarian investing bukan tentang nekat beli saat market jatuh. Tapi tentang membaca peluang saat mayoritas pasar salah arah.
Strategi ini bisa bantu kamu lebih cuan asal disiplin dan pakai data. Bukan sekadar “beli saat darah berceceran di jalan”, tapi membeli dengan perhitungan saat ketakutan berlebihan mendominasi pasar atau menjual saat keserakahan mencapai puncaknya.
Di pasar kripto, pendekatan ini makin relevan karena karakteristik pasar yang didominasi investor ritel dan tingginya volatilitas. Data historis konsisten menunjukkan bahwa mereka yang berani mengambil posisi berlawanan dengan sentimen massa dengan perhitungan matang—sering kali menuai hasil yang signifikan.
Kamu bisa mulai dari sekarang, dengan modal pengetahuan yang cukup, disiplin yang kuat, dan kesabaran untuk menunggu hasil. Mungkin tidak mudah pada awalnya untuk melawan arus, tapi seperti kata legenda investasi Howard Marks: “Kamu tidak bisa lebih baik dari pasar jika kamu berpikir seperti pasar.”
Itulah informasi menarik tentang Contrarian Investing yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa itu contrarian investing secara sederhana?
Contrarian investing adalah gaya investasi dengan cara melawan mayoritas pasar—beli saat yang lain takut, jual saat yang lain serakah. Ini bukan tentang asal berlawanan arah, tapi tentang memanfaatkan overreaction pasar yang didorong oleh emosi massa.
2. Apa bedanya contrarian investing dan value investing?
Value investing fokus pada mencari aset yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya berdasarkan analisis fundamental, sedangkan contrarian investing lebih menekankan pada memanfaatkan sentimen pasar yang ekstrem. Value investor mencari “diskon” terhadap nilai sebenarnya, contrarian mencari “diskon” yang disebabkan oleh ketakutan berlebihan pasar. Keduanya bisa saling melengkapi.
3. Apakah strategi ini cocok untuk kripto?
Ya, sangat cocok, karena pasar kripto sangat dipengaruhi emosi pasar dan FOMO. Volatilitas tinggi dan dominasi investor ritel membuat overreaction sering terjadi, menciptakan peluang bagi contrarian yang berpikir jernih dan berbasis data. Namun, diperlukan riset lebih mendalam karena beberapa penurunan harga di kripto memang disebabkan oleh masalah fundamental yang serius.
4. Kapan waktu terbaik menerapkan strategi ini?
Waktu terbaik adalah saat market fear (ketakutan pasar) ekstrem yang ditandai oleh indikator seperti Fear & Greed Index di bawah 20, kapitulasi volume (penjualan massal), berita negatif berlebihan, dan sentimen sosial media yang sangat pesimis. Namun, selalu pastikan bahwa ketakutan tersebut tidak didasari oleh perubahan fundamental fatal, seperti kegagalan teknologi atau regulasi yang melarang total.
5. Berapa persentase portofolio yang sebaiknya dialokasikan untuk strategi contrarian?
Untuk pemula, disarankan mengalokasikan maksimal 10-20% portofolio untuk pendekatan contrarian, terutama di aset berisiko tinggi seperti kripto. Seiring pengalaman dan track record yang terbukti, kamu bisa meningkatkannya hingga 30-40%, tapi selalu dengan manajemen risiko yang ketat dan diversifikasi yang baik.
6. Bagaimana cara membedakan antara aset yang turun karena overreaction dan yang turun karena masalah fundamental?
Penelitian mendalam tentang penyebab penurunan sangat penting. Tanyakan: Apakah ada perubahan fundamental dalam teknologi, tim, atau adopsi? Apakah penurunan disebabkan oleh faktor eksternal yang bersifat sementara? Bandingkan juga performa aset dengan sektor atau indeks yang lebih luas. Jika seluruh pasar turun tapi fundamentalnya tetap solid, kemungkinan ini adalah overreaction.
7. Apakah ada tools khusus untuk membantu strategi contrarian di kripto?
Ya, beberapa tools yang berguna antara lain Crypto Fear & Greed Index, Santiment (untuk analisis on-chain dan sentimen sosial), Glassnode (untuk data hodler behavior), dan CoinGecko Sentiment untuk mengukur sentimen komunitas. Kombinasikan dengan indikator teknikal seperti RSI dan MACD untuk timing yang lebih baik.
Author: RB