Pegang Terus atau Jual Aja? Jawaban Ada di Core Position
Pasar kripto memang terkenal dengan volatilitas ekstremnya. Dalam satu minggu, kamu bisa melihat harga melonjak tajam, lalu tiba-tiba terjun bebas ke titik terendah. Situasi seperti ini sering bikin investor—terutama pemula bingung harus ambil keputusan apa: hold, jual, atau malah beli lebih banyak?
Di tengah kebingungan itu, ada satu pendekatan yang terbukti ampuh bikin investor lebih tenang dan tetap fokus pada tujuan jangka panjang. Namanya core position. Konsep ini bukan sekadar istilah keren, tapi strategi dasar yang bisa bantu kamu membangun portofolio kuat, tahan guncangan market, dan tetap berpotensi menghasilkan cuan maksimal dalam jangka panjang. Mari kita kupas tuntas dari awal sampai tuntas.
Apa Itu Core Position dalam Investasi Kripto?
Core position bukanlah nama token, bukan pula fitur di aplikasi tertentu. Ini adalah strategi investasi yang menempatkan sebagian aset kamu sebagai “inti” portofolio—yang dipilih dengan pertimbangan matang dan ditahan untuk jangka panjang. Aset dalam core position biasanya punya fundamental kuat, dipercaya akan bertahan dalam siklus bull dan bear market, serta punya potensi pertumbuhan nilai dari waktu ke waktu.
Misalnya, kamu percaya bahwa Bitcoin akan terus menjadi aset utama di dunia kripto selama 5–10 tahun ke depan. Maka, kamu bisa menjadikan sebagian alokasi BTC sebagai core position dan menyimpannya tanpa tergoda menjual saat ada gejolak harga. Di saat bersamaan, kamu tetap bisa melakukan aktivitas trading dengan aset lain tanpa mengganggu bagian core ini.
Strategi ini membantumu untuk tetap rasional dan terarah dalam berinvestasi, karena kamu tahu mana aset yang “ditahan untuk masa depan”, dan mana yang digunakan untuk aktivitas jangka pendek.
Kenapa Core Position Penting untuk Investor Kripto?
Setelah memahami konsep dasarnya, kamu mungkin mulai bertanya, “Kenapa harus repot-repot membuat core position?” Jawabannya simpel: karena market kripto sangat fluktuatif, dan tanpa strategi yang jelas, kamu bisa terombang-ambing oleh emosi pasar.
Core position memberikan kamu jangkar psikologis—sebuah pegangan yang bikin kamu tidak panik saat harga turun atau terlalu rakus saat harga naik. Dengan memiliki aset yang memang diniatkan untuk disimpan jangka panjang, kamu akan lebih disiplin, tidak terburu-buru mengambil keputusan emosional, dan tetap punya tujuan yang terukur.
Selain itu, core position juga menjadi penyeimbang portofolio, terutama jika kamu aktif trading. Saat aset lain sedang rugi karena kesalahan analisis atau timing, core position tetap bisa jadi sumber ketenangan karena nilainya bertumbuh secara perlahan namun stabil.
Perbedaan Core Position dan Trading Position
Banyak investor pemula masih menyamakan semua posisi di portofolio sebagai hal yang sama. Padahal, membedakan antara core position dan trading position adalah kunci pengelolaan portofolio yang sehat dan terarah.
Core position adalah posisi yang kamu simpan jangka panjang, berdasarkan keyakinan terhadap nilai dan prospek aset tersebut. Di sisi lain, trading position adalah alokasi yang kamu gunakan untuk aktivitas jangka pendek—baik itu swing trading, scalping, atau spekulasi.
Contohnya begini: kamu memegang 1 BTC sebagai bagian dari core position. Di waktu yang sama, kamu membeli token altcoin seperti PEPE atau BONK untuk trading jangka pendek. Saat market sedang bergejolak, kamu bisa cut loss atau take profit dari token altcoin itu tanpa harus menyentuh core position kamu. Ini membantu kamu menjaga stabilitas portofolio, sekaligus tetap fleksibel dalam mengambil peluang.
Memisahkan kedua jenis posisi ini juga membantu kamu lebih fokus dalam mengevaluasi performa. Kamu bisa tahu mana hasil dari investasi jangka panjang, dan mana dari aktivitas trading harian.
Cara Menentukan Aset untuk Core Position
Memilih aset untuk core position nggak bisa sembarangan. Kamu harus berpikir layaknya investor jangka panjang, bukan sekadar ikut-ikutan tren.
Ada beberapa ciri aset yang cocok jadi core position:
- Punya fundamental kuat — seperti BTC yang diakui sebagai store of value, atau ETH sebagai backbone dari ekosistem DeFi.
- Adopsi luas — semakin banyak developer, pengguna, dan institusi yang menggunakan aset tersebut, semakin besar peluangnya bertahan lama.
- Likuiditas tinggi — kamu harus bisa keluar dari posisi itu dengan mudah jika dibutuhkan.
- Reputasi dan histori yang jelas — hindari token baru yang belum teruji waktu.
Kalau kamu baru mulai, pilih satu atau dua aset inti sebagai core position. Jangan terlalu banyak, agar fokus dan mudah dikelola.
Strategi Core & Satellite: Kombinasi Cuan Maksimal
Core position akan semakin kuat jika kamu kombinasikan dengan pendekatan “Core & Satellite”—strategi yang banyak dipakai manajer investasi institusional, dan kini makin populer di kalangan investor retail.
Prinsipnya sederhana:
- Core (70–80% portofolio): aset kuat dan stabil, disimpan jangka panjang.
- Satellite (20–30% portofolio): aset dengan risiko tinggi dan potensi cuan cepat (biasanya altcoin atau proyek baru).
Strategi ini memungkinkan kamu menjaga pertumbuhan portofolio yang konsisten sambil tetap bisa mengejar peluang jangka pendek. Misalnya, kamu pegang BTC dan ETH sebagai core, lalu sesekali masuk ke proyek seperti Arbitrum, SUI, atau meme coin untuk eksplorasi.
Yang penting, tetap disiplin pada batas alokasi. Jangan sampai kamu tergoda mengubah satellite jadi core hanya karena FOMO sesaat.
Cara Menyusun Core Position di Portofolio Kamu
Membangun core position nggak perlu langsung besar. Justru lebih baik dilakukan secara bertahap dan konsisten. Berikut cara praktisnya:
- Tentukan persentase alokasi — misalnya 70% core, 30% trading.
- Gunakan strategi DCA (Dollar-Cost Averaging) — beli secara berkala agar dapat harga rata-rata yang lebih stabil.
- Pisahkan alokasi core dan trading secara mental dan teknis — bisa dengan dompet berbeda atau pencatatan portofolio yang jelas.
- Pantau secara berkala, tapi jangan terlalu sering sampai tergoda utak-atik posisi.
Dengan cara ini, kamu bisa punya portofolio yang lebih sehat dan nggak mudah goyah saat market berubah arah.
Risiko dan Kesalahan Umum soal Core Position
Meskipun terdengar aman, bukan berarti core position bebas dari risiko. Beberapa kesalahan umum yang sering terjadi di antaranya:
- Terlalu fanatik terhadap satu aset: bahkan BTC sekalipun tetap perlu evaluasi berkala.
- Mengabaikan rebalancing: jika core position kamu tumbuh terlalu besar, bisa mengubah profil risiko portofolio secara keseluruhan.
- Salah pilih aset: token yang terlihat kuat sekarang bisa saja kolaps di masa depan kalau tidak punya dukungan nyata.
- Tidak siap mental: kadang kamu perlu tetap kuat menghadapi drawdown yang dalam, walau sudah niat long-term.
Intinya, core position bukan berarti lepas tangan. Kamu tetap harus aktif mengelola dengan strategi yang bijak.
Contoh Core Position Sukses (2020–2025)
Mari kita lihat sedikit ke belakang. Investor yang membeli Bitcoin pada awal 2020 di harga sekitar $5.000 dan tetap menyimpannya hingga pertengahan 2025—meski sempat jatuh ke $15.000 di 2022—tetap mencatatkan return lebih dari 250%.
Hal yang sama terjadi pada investor Ethereum yang HODL sejak era DeFi Summer 2020. Meski ETH sempat anjlok di bear market, mereka yang tetap memegangnya kini menikmati pertumbuhan luar biasa, terutama setelah peluncuran Layer-2 dan Ethereum staking.
Kisah-kisah ini bukan hanya soal cuan, tapi juga soal ketekunan dan disiplin strategi. Dan semuanya berawal dari penempatan core position yang tepat.
Core Position, Senjata Utama Investor Cerdas
Kalau kamu ingin jadi investor kripto yang tahan banting, bukan spekulan yang mudah goyah, maka memiliki core position adalah langkah pertama yang wajib kamu ambil. Strategi ini bukan hanya membantumu tetap fokus, tapi juga membuka peluang cuan yang konsisten di tengah gejolak market.
Dengan memahami konsep ini, kamu bisa membangun portofolio yang terstruktur, bertahan menghadapi tekanan market, dan tetap tumbuh dalam jangka panjang. Pegang aset utama kamu dengan keyakinan, dan jadikan strategi ini sebagai pondasi investasi yang matang.
Karena dalam investasi, yang menang bukan yang paling cepat, tapi yang paling konsisten dan disiplin.
Itulah informasi menarik tentang core position yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa perbedaan core position dan HODL biasa?
HODL bisa jadi sekadar menahan aset tanpa strategi. Core position adalah bagian dari portofolio yang sengaja dipilih dan dirancang untuk jangka panjang dengan alokasi dan pengelolaan yang terukur.
2. Berapa persen alokasi yang ideal untuk core position?
Umumnya 60–80% dari total portofolio. Tapi kamu bisa sesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan kamu.
3. Apakah altcoin bisa masuk core position?
Bisa, asal punya fundamental kuat dan potensi jangka panjang. ETH, BNB, atau SOL adalah contoh yang bisa dipertimbangkan.
4. Kapan harus evaluasi core position?
Lakukan evaluasi rutin tiap 3–6 bulan, atau saat ada perubahan besar di ekosistem proyek tersebut.
5. Apakah core position bisa diganti?
Bisa, tapi hindari terlalu sering rotasi. Ganti hanya jika ada alasan fundamental yang jelas, bukan karena FOMO atau sentimen sesaat.