Dulu, ada masa di mana menambang kripto bisa dilakukan dengan laptop sederhana di rumah. Kamu tidak perlu GPU mahal, apalagi mesin ASIC raksasa yang hanya dimiliki pemain besar. Algoritma yang memungkinkan hal itu bernama CryptoNight, dan ia sempat jadi simbol keadilan dalam dunia mining. Namun, seperti banyak teknologi di kripto, apa yang dulu dianggap solusi akhirnya tergeser oleh perkembangan zaman. Pertanyaannya sekarang: apa sebenarnya CryptoNight Mining, kenapa ia ditinggalkan, dan pelajaran apa yang bisa kamu ambil di 2025?
Apa Itu CryptoNight Mining?
Sebelum membahas kenapa algoritma ini ditinggalkan, kamu perlu paham dulu apa yang membuatnya unik. CryptoNight adalah sebuah algoritma konsensus berbasis Proof-of-Work (PoW) yang dirancang agar bisa dijalankan di CPU dan GPU biasa. mirip seperti konsep yang juga dipakai Bitcoin dalam memastikan keamanan jaringannya. Tujuannya sederhana: mencegah dominasi mesin ASIC yang mahal, sehingga proses mining bisa tetap inklusif dan desentralisasi.
Secara teknis, CryptoNight menggunakan metode memory-hard dengan scratchpad berukuran 2 MB. Artinya, untuk melakukan mining, perangkat harus banyak membaca dan menulis data ke memori. Desain ini sengaja dibuat agar ASIC tidak bisa mendapatkan keunggulan besar dibanding CPU standar. Pada akhirnya, setiap perhitungan akan menghasilkan hash 256-bit sebagai bukti kerja.
Dengan pendekatan ini, CryptoNight dianggap sebagai inovasi yang memberi “kesempatan kedua” bagi penambang kecil untuk ikut serta dalam jaringan kripto. Tetapi, seperti yang akan kamu lihat, tantangan berikutnya muncul dari arah yang tidak diduga.
Sejarah & Koin yang Pernah Memakainya
Setiap algoritma punya asal-usul, dan CryptoNight lahir dari protokol CryptoNote. Protokol ini diperkenalkan oleh sosok anonim bernama Nicolas van Saberhagen, figur misterius yang sering disamakan dengan Satoshi Nakamoto. Dari CryptoNote inilah lahir Bytecoin pada 2012, koin pertama yang menggunakan CryptoNight sebagai algoritmanya.
Keberhasilan Bytecoin segera diikuti oleh proyek yang lebih besar: Monero pada 2014. Monero mengadopsi CryptoNight karena sifatnya yang CPU-friendly sekaligus mendukung privasi, sebuah fitur yang sering dibandingkan dengan penggunaan teknologi blockchain secara umum dalam menjaga transparansi dan keamanan. Dengan itu, ribuan penambang individu bisa berkontribusi tanpa harus mengandalkan hardware mahal. Popularitas ini kemudian menarik koin lain seperti Electroneum dan AEON.
Pada puncak kejayaannya antara 2014 hingga 2018, CryptoNight Mining dianggap simbol keadilan. Banyak orang percaya inilah bentuk desentralisasi sejati, di mana siapa pun bisa ikut ambil bagian. Namun, kejayaan itu tidak bertahan lama karena realitas industri hardware bergerak lebih cepat.
Kenapa CryptoNight Ditinggalkan?
Di dunia kripto, tidak ada algoritma yang kebal terhadap inovasi. Meskipun CryptoNight dirancang anti-ASIC, kenyataannya produsen hardware menemukan cara untuk membuat ASIC khusus CryptoNight. Begitu mesin-mesin ini masuk pasar, keunggulan CPU mining langsung runtuh.
Komunitas Monero mencoba melawan dengan hard fork berkali-kali untuk mengubah algoritma CryptoNight agar tetap aman dari ASIC. Tetapi setiap langkah hanya bertahan sementara. Produsen ASIC dengan cepat menyesuaikan desain mereka, dan dominasi hardware khusus tidak bisa dibendung lagi.
Akhirnya pada 2019, Monero mengambil langkah drastis: meninggalkan CryptoNight dan beralih ke algoritma baru bernama RandomX, sementara banyak koin lain justru beradaptasi dengan model konsensus berbeda seperti Proof of Stake (PoS) untuk mengurangi dominasi hardware. Algoritma ini lebih kompleks, tapi jauh lebih efektif menjaga mining tetap adil bagi pengguna CPU. Keputusan itu menjadi penanda berakhirnya era CryptoNight di koin besar, dan semenjak itu popularitasnya merosot tajam.
Perubahan ini memberikan pelajaran penting: dalam industri kripto, inovasi algoritma selalu jadi ajang kejar-kejaran antara developer dan produsen hardware. Dan dalam kasus CryptoNight, produsen hardware lah yang menang.
CryptoNight dan Isu Keamanan
Meski ditinggalkan oleh koin besar, CryptoNight ternyata tidak hilang dari radar. Justru, ia sering muncul di ranah keamanan siber. Kenapa? Karena sifatnya yang CPU-friendly membuat algoritma ini mudah disalahgunakan.
CryptoNight menjadi pilihan favorit bagi cryptojacking, yaitu serangan di mana malware disusupkan ke komputer, server, atau bahkan perangkat IoT—fenomena ini mirip dengan berbagai kasus keamanan siber lain yang sering mengancam dunia kripto lalu secara diam-diam memanfaatkan CPU korban untuk menambang koin. Korban biasanya hanya merasakan gejala seperti komputer melambat, suhu meningkat, atau listrik jadi boros—tanpa sadar mesin mereka dipaksa bekerja untuk menambang.
Kasus cryptojacking dengan CryptoNight cukup marak di era 2017–2020, dan jejaknya masih ada hingga sekarang. Inilah kenapa banyak literatur keamanan masih membahas CryptoNight, bukan sebagai peluang cuan, tapi sebagai contoh algoritma yang rawan disalahgunakan.
Bagi kamu, sisi keamanan ini jadi pelajaran penting: teknologi mining bukan hanya soal profit, tapi juga bisa membawa risiko baru yang harus diantisipasi.
Apakah CryptoNight Masih Relevan di 2025?
Kalau kamu bertanya, “bisakah saya masih mining dengan CryptoNight hari ini?”, jawabannya: bisa, tapi hampir tidak ada artinya. Beberapa altcoin kecil memang masih menggunakan algoritma ini, tapi reward-nya rendah, komunitasnya kecil, dan likuiditasnya nyaris tidak ada.
Relevansi utama CryptoNight di 2025 bukan lagi soal keuntungan finansial, tapi soal edukasi. Algoritma ini adalah bagian dari sejarah perkembangan kripto, dan memahaminya membuat kamu lebih mengerti kenapa koin besar seperti Monero harus berinovasi. Selain itu, CryptoNight juga menjadi bahan pelajaran dalam konteks keamanan siber, karena kasus cryptojacking yang melibatkan algoritma ini masih sering dijadikan studi kasus.
Dengan kata lain, CryptoNight mungkin sudah mati sebagai mesin pencetak uang, tapi masih hidup sebagai bagian dari literasi kripto yang penting buat kamu pahami, sama seperti mempelajari dasar-dasar altcoin lain yang mungkin tampak kecil hari ini namun tetap punya nilai edukatif.
Kesimpulan
CryptoNight Mining adalah salah satu bab penting dalam sejarah kripto. Ia lahir dengan niat mulia: mengembalikan mining ke tangan banyak orang lewat CPU-friendly algorithm. Selama beberapa tahun, ia berhasil menciptakan ekosistem mining yang terasa adil. Namun, begitu ASIC berhasil menembus pertahanan, keadilan itu hilang.
Kini di 2025, CryptoNight lebih tepat dilihat sebagai pelajaran sejarah dan peringatan keamanan, bukan alat untuk mencari profit. Untuk kamu, memahaminya berarti belajar bahwa di dunia kripto, tidak ada yang abadi. Algoritma, tren, bahkan koin sekali pun bisa usang. Tetapi pengetahuan yang kamu dapat dari sejarah itulah yang akan membuatmu lebih siap menghadapi tantangan baru.
Itulah informasi menarik tentang “cryptonight mining” yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa itu CryptoNight Mining?
CryptoNight Mining adalah proses menambang kripto menggunakan algoritma PoW bernama CryptoNight yang dirancang agar ramah CPU dan tahan terhadap ASIC.
2. Koin apa saja yang pernah memakai CryptoNight?
Beberapa koin besar yang pernah memakai CryptoNight adalah Bytecoin, Monero, Electroneum, dan AEON.
3. Siapa pencipta CryptoNight?
Algoritma ini lahir dari protokol CryptoNote yang diperkenalkan oleh sosok anonim bernama Nicolas van Saberhagen.
4. Kenapa Monero meninggalkan CryptoNight?
Karena munculnya ASIC khusus yang bisa menambang CryptoNight dengan lebih efisien, sehingga tujuan fairness gagal. Monero akhirnya beralih ke RandomX pada 2019.
5. Apakah CryptoNight masih bisa ditambang di 2025?
Ya, tapi hanya di altcoin kecil dengan potensi profit yang sangat terbatas.
6. Apa kaitannya dengan keamanan siber?
CryptoNight sering dipakai dalam serangan cryptojacking, di mana malware memaksa komputer korban menambang secara diam-diam.
7. Apa bedanya CryptoNight dengan RandomX?
CryptoNight berfokus pada penggunaan memori untuk menghambat ASIC, sementara RandomX dirancang lebih kompleks untuk benar-benar menjaga mining CPU tetap adil.
8. Apakah CryptoNight Mining legal?
Secara umum legal, tetapi penyalahgunaan seperti cryptojacking jelas ilegal.
9. Apa pelajaran yang bisa kamu ambil dari CryptoNight?
Bahwa algoritma mining selalu berhadapan dengan tantangan hardware. Tidak ada sistem yang sempurna, dan inovasi harus terus dilakukan untuk menjaga keadilan.
10. Apakah ada altcoin baru yang masih pakai algoritma ini?
Ada beberapa altcoin kecil, tapi mayoritas tidak punya ekosistem besar dan likuiditas rendah, sehingga kurang menarik untuk ditambang.