Gresham Law di Crypto: Kenapa Investor Kabur Massal?
icon search
icon search

Top Performers

Gresham Law di Crypto: Kenapa Investor Kabur Massal?

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Gresham Law di Crypto: Kenapa Investor Kabur Massal?

Gresham Law di Crypto Kenapa Investor Kabur Massal?

Daftar Isi

Setiap kali pasar crypto gonjang-ganjing, pola yang sama hampir selalu muncul. Altcoin berdarah duluan, beberapa stablecoin mulai diragukan, lalu arus modal mengalir ke aset yang dianggap lebih aman seperti Bitcoin atau stablecoin tertentu yang likuid dan sudah lama dipakai di pasar Dari jauh, semua ini terlihat seperti reaksi spontan investor. Kalau kamu telusuri lebih dalam, ada teori ekonomi klasik yang sudah berumur ratusan tahun yang masih bekerja rapi di balik layar: Gresham Law.

Artikel ini mengajak kamu memahami bagaimana Gresham Law menjelaskan perilaku investor yang seolah kompak kabur massal dari aset berisiko, dan apa dampaknya untuk strategi kamu di pasar crypto hari ini.

 

Apa Itu Gresham Law dalam Konteks Uang Modern

Gresham Law sering diringkas dengan kalimat sederhana: “bad money drives out good money”. Secara praktis, hukum ini menggambarkan situasi ketika dua jenis uang dengan nilai nominal yang sama beredar, tetapi kualitasnya berbeda. Uang yang kualitasnya buruk justru lebih sering dipakai transaksi, sementara uang yang kualitasnya lebih baik disimpan.

Pada masa koin logam, kualitas di sini merujuk pada kandungan logam mulia. Koin yang logam mulianya dikurangi akan dianggap lebih buruk. Masyarakat akan menghabiskan koin berkualitas rendah dan menyimpan koin berkualitas tinggi karena nilai intrinsiknya lebih besar.

Di era modern, terutama ketika uang sudah berbentuk fiat dan aset digital, konsep “baik” dan “buruk” bergeser. Nilai intrinsik tidak lagi sekadar soal logam, tetapi soal kepercayaan, stabilitas, dan kemampuan mempertahankan daya beli. Di sinilah Gresham Law tetap relevan, meski bentuk uang sudah sangat berbeda.

 

Sejarah Singkat Gresham Law dan Relevansinya Hingga 2025

Nama Gresham Law berasal dari Sir Thomas Gresham, seorang penasihat keuangan Ratu Inggris pada abad ke-16. Ia mengamati bahwa ketika pemerintah mengurangi kadar perak dalam koin, koin lama yang kandungan logamnya lebih tinggi pelan-pelan menghilang dari peredaran. Masyarakat menyimpan koin lama dan membelanjakan koin baru yang kualitasnya lebih rendah.

Fenomena ini berulang di banyak negara ketika pemerintah melakukan debasement, yaitu mengurangi kualitas atau kandungan nilai dalam koin tetapi tetap memaksakan nilai nominal yang sama melalui aturan legal tender. Dalam situasi seperti ini, hukum Gresham muncul secara alami: uang yang kualitasnya dianggap buruk tetap beredar karena dipaksa hukum, sementara uang yang dianggap baik disimpan atau dibawa keluar dari sistem.

Ketika sistem moneter beralih ke uang kertas dan akhirnya ke sistem fiat, pola serupa masih muncul. Di negara dengan inflasi tinggi atau hiperinflasi, masyarakat cenderung menyingkirkan mata uang lokal dan menyimpan mata uang asing yang lebih stabil sebagai cara melindungi daya beli mereka. Pengalaman Zimbabwe di 2008 dan beberapa negara dengan inflasi sangat tinggi beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap uang adalah inti dari seluruh cerita, bukan sekadar logam di dalam koin.

Masuk ke fase berikutnya, aset digital dan crypto menambah lapisan baru. Di satu sisi, crypto menawarkan bentuk “uang” alternatif. Di sisi lain, perilaku investor saat memilih dan meninggalkan aset memperlihatkan pola Gresham Law dalam versi yang jauh lebih cepat dan transparan.

 

Good Money vs Bad Money: Cara Investor Menilai Uang

Supaya Gresham Law terasa relevan untuk kamu yang aktif di crypto, pertanyaan pentingnya sederhana: apa yang membuat satu jenis uang dianggap baik, dan yang lain dianggap buruk?

 

Good money biasanya punya ciri seperti:

  • Daya beli yang relatif stabil dalam jangka waktu tertentu.

  • Kepercayaan tinggi dari pengguna, institusi, dan pasar.

  • Likuiditas kuat, sehingga mudah diperdagangkan dalam jumlah besar.

  • Risiko teknis, regulasi, dan operasional yang relatif terkendali.

 

Sebaliknya, bad money cenderung memiliki:

  • Daya beli yang terus turun secara agresif.

  • Kepercayaan yang rapuh, mudah diguncang rumor atau sentimen negatif.

  • Likuiditas tipis sehingga sulit keluar ketika kondisi krisis.

  • Risiko teknis atau struktural yang sering diabaikan saat kondisi sedang euforia.

Di pasar crypto, penilaian ini tidak hanya terjadi pada level teori. Setiap kali ada krisis, kamu bisa melihat dengan jelas aset mana yang dianggap pasar sebagai good money, dan mana yang perlahan didorong keluar dari peredaran praktis karena dianggap tidak layak disimpan.

 

Penerapan Gresham Law di Ekonomi Modern dan Pasar Crypto

Dalam ekonomi fiat modern, Gresham Law sering terlihat ketika pemerintah memaksa satu bentuk uang tetap beredar melalui aturan legal tender, meskipun masyarakat sudah kehilangan kepercayaan. Awalnya, uang yang lebih lemah masih digunakan karena tidak ada pilihan lain. Namun ketika kontrol melemah, perilakunya sering berbalik. Aset yang lebih kuat perlahan menggantikan uang yang rapuh.

Pasar crypto mempercepat seluruh proses ini. Tidak ada kewajiban legal tender, sehingga perpindahan dari satu aset ke aset lain murni digerakkan oleh kepercayaan dan likuiditas. Saat sebuah token, koin, atau stablecoin mulai diragukan, perpindahan modal bisa terjadi dalam hitungan jam.

Di sinilah aspek menariknya muncul. Gresham Law di crypto tidak hanya soal dua jenis uang yang bernilai sama di atas kertas, tetapi juga tentang bagaimana pasar mengkategorikan suatu aset sebagai alat simpan nilai, alat tukar, atau sekadar instrumen spekulasi jangka pendek. Ketika kepercayaan bergeser, peran masing-masing aset juga ikut berubah.

 

Gresham Law di Stablecoin: Ketika Janji Stabilitas Mulai Diragukan

Stablecoin adalah contoh paling jelas bagaimana konsep good money dan bad money bertabrakan di ekosistem crypto, karena banyak orang mengandalkan aset ini sebagai pengganti uang tunai versi on-chain. Secara teori, semua stablecoin yang dipatok ke dolar seharusnya memberikan fungsi yang sama. Namun praktik di lapangan menunjukkan cerita lain.

Beberapa tahun terakhir, stablecoin menjadi salah satu pilar utama ekosistem crypto. Total kapitalisasi pasar stablecoin sempat berada di kisaran ratusan miliar dolar, dengan Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) menguasai mayoritas pangsa pasar. Data 2025 menunjukkan bahwa pangsa pasar stablecoin sangat terkonsentrasi pada dua nama besar ini, dengan porsi yang mendominasi total kapitalisasi stablecoin global. 

Di atas kertas, banyak stablecoin menawarkan janji yang sama: nilai stabil, mudah digunakan, dan didukung cadangan yang memadai. Namun beberapa peristiwa besar memperlihatkan bagaimana pasar mengevaluasi janji tersebut.

Kasus TerraUSD (UST) di 2022 menjadi contoh ekstrem. Stablecoin algoritmik yang tadinya digadang-gadang sebagai inovasi berakhir runtuh dan menghapus nilai puluhan miliar dolar. Ketika peg UST mulai goyah, pasar tidak menunggu lama. Investor berbondong-bondong menukar UST ke stablecoin lain seperti USDT dan USDC, atau langsung keluar ke Bitcoin dan aset lain yang dianggap lebih kuat. Pada titik itu, UST secara praktis berperan sebagai bad money yang perlahan ditinggalkan sistem. The Currency analytics

Kejadian lain yang memberi pelajaran penting adalah depeg USDC pada Maret 2023 ketika Silicon Valley Bank kolaps. Walaupun depeg ini berlangsung singkat dan akhirnya kembali ke satu dolar setelah regulator menjamin dana nasabah, momen itu cukup untuk memperlihatkan betapa cepatnya sentimen pasar berubah. Trader dan investor yang sebelumnya menganggap USDC sangat aman tiba-tiba mempertimbangkan risiko baru, dan sebagian mengalihkan dana ke stablecoin lain. 

Dari dua contoh ini, kamu bisa melihat bahwa label good money dan bad money di stablecoin bukan sesuatu yang statis. Satu kesalahan desain atau satu insiden kepercayaan bisa membuat arus dana bergerak masif. Di permukaan, semua stablecoin terlihat mirip, tetapi di balik itu, pasar mengurutkannya berdasarkan kualitas cadangan, transparansi, dan rekam jejak saat menghadapi krisis.

 

Flight to Quality: Kenapa Investor Kabur ke Aset yang Dianggap Aman

Saat kondisi pasar memburuk, istilah flight to quality sering muncul. Istilah ini menggambarkan perpindahan modal besar-besaran dari aset berisiko ke aset yang dianggap lebih aman. Di pasar crypto, pola ini muncul hampir di setiap siklus besar.

 

Ketika sentimen melemah, kamu akan melihat beberapa hal terjadi hampir bersamaan:

  • Volume di altcoin yang sangat spekulatif menyusut.

  • Kapitalisasi pasar beberapa token kecil turun tajam.

  • Permintaan terhadap stablecoin besar dan Bitcoin meningkat.

  • Likuiditas terkonsentrasi pada beberapa pasangan utama saja.

Bitcoin sering menjadi tujuan utama saat flight to quality terjadi. Kehadiran spot ETF sejak 2024 membuat akses institusi ke Bitcoin semakin mudah, dan arus masuk ke ETF menambah lapisan legitimasi baru. Pada beberapa periode di 2024 dan 2025, data menunjukkan inflow miliaran dolar ke ETF Bitcoin dalam waktu singkat, yang memperkuat narasi bahwa Bitcoin mulai diperlakukan sebagai aset makro, bukan sekadar instrumen spekulasi jangka pendek.

Untuk investor ritel, flight to quality terasa pada level yang lebih praktis. Saat volatilitas meningkat, banyak orang yang awalnya mengejar token kecil beralih sementara ke pairing utama di exchange, misalnya ke BTC, ETH, atau stablecoin yang dianggap paling aman. Perilaku ini sejalan dengan pola yang dijelaskan Gresham Law: ketika kualitas suatu bentuk “uang” diragukan, arus peredaran akan bergerak ke aset yang dinilai lebih kuat.

 

Apakah Bitcoin Bisa Disebut Good Money?

Pertanyaan ini muncul berulang kali di tengah perubahan cara pandang terhadap Bitcoin. Di satu sisi, volatilitasnya masih tinggi. Di sisi lain, sifat suplai yang terbatas dan meningkatnya adopsi institusional membuat banyak analis menganggap Bitcoin sebagai kandidat kuat untuk kategori good money, setidaknya dalam ekosistem aset digital.

Ada beberapa alasan mengapa Bitcoin sering ditempatkan di posisi istimewa:

Pertama, suplai maksimum yang tetap memberi struktur jelas terhadap kelangkaan. Jumlah unit yang tidak bisa ditambah sekehendak kebijakan, berbeda dengan uang fiat yang sering dikaitkan dengan ekspansi moneter. Halving yang terjadi secara berkala mengurangi laju pasokan baru dan mendorong narasi kelangkaan jangka panjang.

Kedua, adopsi institusional semakin terlihat. Kehadiran ETF spot, produk keuangan yang diperdagangkan di bursa konvensional, menempatkan Bitcoin dalam portofolio banyak investor yang sebelumnya belum tersentuh. Perusahaan manajemen aset besar melaporkan bahwa produk berbasis Bitcoin menjadi salah satu sumber pendapatan penting, menunjukkan tingginya minat terhadap aset ini. 

Ketiga, dalam beberapa episode tekanan ekonomi, sebagian investor menggunakan Bitcoin sebagai salah satu instrumen diversifikasi ketika kepercayaan terhadap mata uang fiat turun. Meskipun belum bisa disamakan sepenuhnya dengan aset tradisional seperti emas, perannya sebagai penyimpan nilai alternatif semakin diperhatikan.

Namun, menyebut Bitcoin sebagai good money juga perlu diimbangi dengan pengakuan bahwa risiko masih ada. Volatilitas harga, ketergantungan terhadap sentimen global, dan dinamika regulasi membuat status ini masih terus diuji. Justru di titik ini Gresham Law menjadi alat bantu: ketika kepercayaan terhadap uang fiat tertentu melemah, kamu bisa mengamati apakah arus dana bergerak menuju Bitcoin, stablecoin kuat, atau kombinasi keduanya.

 

Contoh Kasus Gresham Law di Crypto 2022–2025

Untuk melihat bagaimana teori ini bekerja di lapangan, kamu bisa menelusuri beberapa peristiwa besar sejak 2022.

Runtuhnya ekosistem Terra dan UST pada 2022 menjadi titik penting. Stablecoin algoritmik yang awalnya dianggap inovatif mengalami krisis kepercayaan beruntun. Begitu peg terhadap dolar pecah, permintaan jual membengkak dan sistem tidak mampu mempertahankan kestabilan. Investor memilih keluar dengan cepat, mencari perlindungan di stablecoin lain atau langsung ke Bitcoin dan aset besar lain. Dalam beberapa hari, UST berubah dari instrumen yang dianggap aman menjadi contoh ekstrem bad money di ekosistem crypto. 

Pada 2023, kolapsnya Silicon Valley Bank mengguncang salah satu stablecoin terbesar, USDC. Depeg yang terjadi memicu volatilitas singkat dan membuka diskusi luas tentang ketergantungan stablecoin pada sistem perbankan tradisional. Meskipun akhirnya peg kembali dan risiko dapat diredam, kejadian ini menjadi pengingat bahwa bahkan stablecoin yang sangat teratur pun tidak sepenuhnya bebas risiko. 

Memasuki 2024 dan 2025, perhatian bergeser ke peran ETF Bitcoin dan stabilitas pasar setelah harga menyentuh level tertinggi baru, kemudian mengalami koreksi signifikan. Arus keluar besar dari beberapa produk ETF di periode penurunan harga menunjukkan bahwa meskipun Bitcoin dinilai menarik jangka panjang, sebagian investor masih memperlakukannya sebagai aset yang siap dikurangi ketika risiko meningkat. Di sisi lain, kehadiran ETF memperkuat citra Bitcoin sebagai aset utama yang berada di puncak hierarki risiko dalam ekosistem crypto.

Jika kamu melihat rangkaian peristiwa ini secara utuh, pola yang muncul konsisten. Setiap kali kualitas atau kepercayaan terhadap satu aset terguncang, uang mengalir keluar dan mencari bentuk baru yang dirasa lebih aman. Gresham Law menyediakan lensa untuk membaca perpindahan ini dalam konteks yang lebih terstruktur.

 

Implikasi Gresham Law untuk Strategi Investor Crypto

Bagi kamu yang aktif di pasar crypto, memahami Gresham Law bukan sekadar pengetahuan teori. Ada beberapa implikasi praktis yang bisa membantu kamu mengelola risiko.

Pertama, kamu perlu lebih sadar terhadap kualitas aset yang dipegang. Bukan hanya soal potensi kenaikan harga, tetapi juga seberapa kuat fondasi kepercayaannya. Untuk stablecoin, ini berarti memahami model dukungan, transparansi cadangan, dan rekam jejak saat menghadapi tekanan. Untuk token dan koin lain, ini mencakup model ekonomi, tata kelola, dan likuiditas.

Kedua, kamu bisa mengamati arus perpindahan antar aset sebagai sinyal. Ketika terjadi lonjakan volume pada pasangan tertentu, atau ketika kapitalisasi pasar beberapa aset menurun tajam sementara aset lain menguat, ada indikasi bahwa pasar sedang mengklasifikasikan ulang mana yang dianggap good money dan mana yang mulai dilihat sebagai bad money.

Ketiga, penting untuk menyiapkan strategi manajemen risiko di pasar crypto rencana flight to quality versi pribadi, supaya kamu tidak baru panik ketika tekanan pasar sudah terlalu besar. Bukan berarti harus selalu berpindah ke aset paling konservatif, tetapi kamu bisa menentukan batasan yang jelas kapan portofolio harus dialihkan ke aset yang lebih kuat ketika risiko sistemik meningkat. Pendekatan ini membantu menjaga posisi kamu tetap terjaga tanpa harus menebak-nebak pada saat keadaan sudah terlalu panik.

Terakhir, memadukan pemahaman teori dengan data aktual akan memperkuat intuisi kamu. Mengikuti perkembangan stablecoin besar, ETF Bitcoin, regulasi, dan pergerakan kapitalisasi pasar memberi gambaran lebih utuh tentang bagaimana Gresham Law bekerja di ekosistem crypto hari ini.

 

Kesimpulan

Gresham Law lahir dari pengamatan terhadap koin logam ratusan tahun yang lalu, tetapi idenya masih terasa kuat di tengah ekosistem crypto yang serba cepat. Intinya tetap sama: ketika dua bentuk uang atau aset bersaing, kualitas dan kepercayaan akan menentukan siapa yang disimpan dan siapa yang dibuang.

Peristiwa besar seperti runtuhnya stablecoin algoritmik, depeg salah satu stablecoin terbesar, dan naik turunnya peran Bitcoin sebagai aset utama menunjukkan bahwa teori klasik ini masih hidup dan memberi pola pada arus modal di crypto. Setiap kali investor kabur massal dari satu aset ke aset lain, kamu bisa melihat jejak Gresham Law yang bekerja di belakang layar.

Dengan memahami bagaimana pasar membedakan good money dan bad money, kamu punya bekal lebih kuat untuk menilai risiko, membaca arah perpindahan modal, dan menyusun strategi yang lebih matang di tengah ketidakpastian.

 

Itulah informasi menarik tentang Gresham Law yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

1. Apakah Gresham Law benar-benar berlaku di crypto?

Dalam banyak kasus, iya. Ketika satu aset mulai diragukan, investor cenderung mengurangi eksposur dan mengalihkan dana ke aset yang dianggap lebih kuat, baik itu stablecoin besar maupun Bitcoin. Pola ini sejalan dengan gagasan bahwa bentuk uang atau aset yang lebih lemah akan ditinggalkan.

2. Apa contoh paling jelas Gresham Law di ekosistem crypto?

Contoh yang sering dibahas adalah runtuhnya TerraUSD (UST) pada 2022. Ketika peg terhadap dolar mulai goyah, investor bergegas keluar dan memindahkan dana ke stablecoin lain yang dianggap lebih aman. Perpindahan cepat dan masif ini menunjukkan bagaimana pasar mengeluarkan aset yang kehilangan kepercayaan dari peredaran praktis.

3. Mengapa investor sering kabur ke Bitcoin atau stablecoin besar saat krisis?

Bitcoin dan beberapa stablecoin besar memiliki likuiditas tinggi, rekam jejak panjang, dan tingkat penerimaan pasar yang lebih luas. Dalam kondisi tidak pasti, sifat-sifat ini membuatnya lebih menarik sebagai tempat berlindung sementara dibandingkan altcoin kecil atau token yang struktur risikonya kurang jelas.

4. Apakah semua stablecoin bisa dianggap good money?

Tidak. Meskipun sama-sama dipatok ke dolar, kualitas masing-masing stablecoin sangat dipengaruhi model cadangan, transparansi, pengelolaan risiko, dan respons saat krisis. Stablecoin dengan desain rapuh atau cadangan yang tidak jelas berpotensi berubah cepat menjadi aset yang ditinggalkan ketika masalah muncul.

5. Bagaimana cara menggunakan konsep Gresham Law dalam strategi investasi pribadi?

Kamu bisa menjadikannya sebagai kerangka untuk menilai kualitas aset dan merencanakan langkah saat kondisi memburuk. Memahami mana aset yang cenderung menjadi tujuan flight to quality dan mana yang rawan ditinggalkan membantu kamu menentukan kapan perlu mengurangi risiko dan kapan kamu bisa kembali mengambil posisi lebih agresif.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Blockchain

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 8.90%
bnb BNB 0.83%
sol Solana 4.89%
eth Ethereum 2.37%
ada Cardano 1.18%
pol Polygon Ecosystem Token 2.18%
trx Tron 2.84%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
PRIME/IDR
Echelon Pr
17.900
30.02%
MAVIA/IDR
Heroes of
1.041
24.52%
BAL/IDR
Balancer
12.370
24.21%
HONEY/IDR
Hivemapper
217
20.56%
VOXEL/IDR
Voxies
536
18.85%
Nama Harga 24H Chg
H/IDR
Humanity P
1.338
-34.99%
MILK/IDR
Milkyway
204
-25.55%
RFC/IDR
Retard Fin
27
-19.7%
RED2/IDR
RED
2.513K
-17.29%
VRA/IDR
Verasity
5
-16.67%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Free Rider: Arti, Masalah, dan Relevansinya di Crypto
04/12/2025
Free Rider: Arti, Masalah, dan Relevansinya di Crypto

Free rider sering dibahas di kelas ekonomi, artikel perpajakan, atau

04/12/2025
Masa Depan Fair Trade Ada di Teknologi Blockchain
04/12/2025
Masa Depan Fair Trade Ada di Teknologi Blockchain

Saat Keadilan Dagang Bertemu Teknologi Kopi yang kamu nikmati setiap

04/12/2025
Lagging Indicator Adalah Panduan Baca Tren Tanpa Spekulasi
04/12/2025
Lagging Indicator Adalah Panduan Baca Tren Tanpa Spekulasi

Kalau kamu perhatikan, banyak hal penting di ekonomi, bisnis, sampai

04/12/2025