Di samping istilah FOMO (Fear of Missing Out) yang sudah akrab di telinga, terdapat satu istilah lain yang menggambarkan hal sebaliknya dari FOMO, yaitu Joy of Missing Out (JOMO).
Konsep dasar dari istilah JOMO merujuk pada perasaan yang berlawanan dengan FOMO. Penerapan konsep JOMO ini dianggap mampu meningkatkan tingkat kebahagiaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu, JOMO juga mencerminkan kegembiraan karena tidak mengikuti acara atau kegiatan yang dianggap kurang penting atau kurang menarik.
Berbeda dengan FOMO, penerapan JOMO dapat membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan, serta meningkatkan kesejahteraan, keseimbangan, dan ketenangan emosional seseorang. Penerapan JOMO dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan dampak positif, terutama ketika dihubungkan dengan pengelolaan investasi.
Dalam konteks investasi, JOMO berarti merasa puas dengan rencana investasi sendiri dan tidak terpengaruh oleh keputusan investasi orang lain yang mungkin terlihat menggiurkan.
Nah, untuk lebih memahami tentang apa itu JOMO, mulai dari pengertiannya dalam konteks umum dan investasi crypto, dampak buruknya, perbedaannya dengan FOMO, hingga cara menerapkannya dalam kehidupan, simak ulasan selengkapnya berikut ini!
Dikutip dari Psychology Today, JOMO adalah perasaan puas dengan apa yang dimiliki dan hidup sepenuhnya pada saat ini. Adapun JOMO meliputi hal-hal seperti berhenti membandingkan diri dengan orang lain, lebih memperhatikan penggunaan waktu, dan mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang tidak diinginkan.
Pada dasarnya, JOMO adalah perasaan kebahagiaan dan kepuasan saat melewatkan acara atau pengalaman tertentu, terutama yang dianggap penting oleh orang lain, terutama di media sosial.
JOMO muncul sebagai respons terhadap tekanan sosial yang dapat menyebabkan kecemasan karena merasa diharuskan untuk ikut serta dalam acara yang dianggap penting oleh orang lain. Hal ini merupakan upaya untuk menghindari perasaan tertinggal dan tekanan untuk selalu mengikuti arus tanpa keinginan.
Berbeda dengan FOMO, JOMO menekankan penggunaan waktu untuk diri sendiri, bersantai, dan menyadari bahwa tidak semua pengalaman sosial atau tren populer harus dikejar dan diikuti.
Dalam dunia perdagangan (trading) dan investasi kripto, istilah JOMO digunakan untuk menggambarkan keputusan trader yang tidak mengikuti massa trader kripto lainnya. Sebagian besar trader memiliki potensi untuk membuat keputusan yang tidak tepat dalam perdagangan, terutama karena terpengaruh oleh ke-hype-an sesaat, dengan tujuan menghindari potensi kerugian yang signifikan.
Sebagai contoh, dalam masa bull run Bitcoin pada tahun 2020—2021, terjadi pergerakan bullish yang signifikan. Dalam konteks ini, banyak orang mungkin tergoda untuk membeli Bitcoin pada puncak harga dan berharap mendapatkan keuntungan lebih lanjut dari kenaikan tersebut. Namun, setelah Bitcoin mencapai harga tertinggi pada November 2021 sebesar $69.000 atau setara dengan hampir Rp1.000.000.000, harga Bitcoin kemudian mengalami penurunan hingga 60%. Para trader JOMO, yang menjual atau tidak membeli Bitcoin selama reli tersebut, kemudian menjadi pihak yang menguntungkan. Mereka memiliki pendirian dengan berhasil mempertahankan modal mereka untuk kemudian masuk kembali ke perdagangan Bitcoin pada level yang lebih rendah, ketika FOMO tidak lagi mendominasi pasar. Peristiwa ini terjadi pada Juni 2022, yang menandai titik harga terendah terbaru Bitcoin.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, FOMO berfokus pada apa yang dimiliki orang lain, mengarahkan perhatian individu pada hal di luar dirinya sendiri.
Orang yang mengalami FOMO cenderung melibatkan diri dalam perbandingan eksternal daripada refleksi internal. Dapat disimpulkan bahwa FOMO dapat menyebabkan seseorang berusaha menampilkan dirinya sebagai orang lain, bukan sebagai diri sendiri. Pernyataan ini disampaikan oleh Assistant Professor Darlene McLaughlin, seorang psikiater di Texas A&M Health Science Centre College of Medicine, seperti yang dikutip oleh Women’s Weekly. Namun, bukan hanya itu yang perlu diperhatikan. Pada dasarnya, selalu akan ada orang lain yang memiliki hal-hal yang tidak dimiliki oleh seseorang. Meskipun berusaha mengejar hal tersebut, seseorang mungkin tidak pernah merasa cukup. Situasi ini tentu tidak menguntungkan bagi kesehatan mental.
Di sisi lain, JOMO menekankan perasaan puas terhadap apa yang dimiliki seseorang. Secara otomatis, individu dengan JOMO akan selalu merasa cukup dengan kondisinya saat ini. Tentu saja, merasa cukup tidak berarti berhenti mengejar tujuan atau berhenti berusaha menjadi lebih baik. Seseorang tetap dapat melakukan keduanya, tetapi dengan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki pada saat ini.
Selain itu, ada Michael Gogol, seorang pengamat pasar, yang termasuk sebagai salah satu dari sedikit trader yang menganut pendekatan JOMO dan tidak terbuai oleh prediksi Bitcoin yang terlalu optimistis pada akhir tahun 2021. Sebulan sebelum harga Bitcoin mencapai puncaknya pada Oktober 2021, ia mengurangi eksposur kripto miliknya, dan pada Mei 2022, ia menyatakan kelegaannya atas keputusan tersebut.
FOMO, yang timbul dari dorongan untuk menghasilkan uang dengan cepat, mendorong banyak trader meyakini bahwa mereka dapat menggandakan atau melipatgandakan investasi mereka dalam hitungan hari, minggu, atau bulan dengan berinvestasi dalam aset crypto. Perdagangan berisiko tinggi semacam ini dapat memberikan dampak negatif pada kesejahteraan mental para trader, menciptakan stres dan menyebabkan kurangnya tidur.
Untuk menghindari terjebak dalam FOMO, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh trader untuk mengubahnya menjadi JOMO, di antaranya:
Hal sebaliknya dari Joy of Missing Out (JOMO) adalah Fear of Missing Out yang biasa disebut FOMO. Menurut laporan TIME, FOMO merujuk pada rasa takut tertinggal terhadap aktivitas atau kepemilikan orang lain pada saat ini. FOMO sering kali muncul dengan keyakinan bahwa apa yang dimiliki orang lain lebih baik daripada apa yang dimiliki oleh diri sendiri. Hal ini berbeda dengan JOMO yang lebih fokus pada kepuasan terhadap apa yang dimiliki pada hari ini.
Sebagai contoh, ketika seseorang naik jabatan (si A), kembali dari liburan luar negeri (si B), atau baru saja memiliki anak kembar (si C), seseorang yang merasa takut tertinggal (si D) mungkin mengalami FOMO. Dapat disimpulkan bahwa si D merasakan FOMO karena merasa takut tertinggal dari pencapaian si A, B, dan C, yang semuanya terjadi pada saat yang bersamaan.
Menerapkan JOMO (Joy of Missing Out) dalam kehidupan memiliki berbagai keuntungan dan dampak positif bagi siapa pun. Hal tersebut tidak terlepas dari kemampuan JOMO untuk menciptakan suasana kehidupan yang lebih positif, membangun ketenangan batin, dan memberikan ruang bagi individu untuk mengejar apa hal yang benar-benar bermakna. Berikut ini beberapa cara menerapkan JOMO dalam kehidupan, yaitu:
Ketika orang di sekitarmu meraih suatu pencapaian, rasa takut ketinggalan seringkali muncul. Kamu dapat mencegah perasaan ini dengan memiliki pemahaman yang mendalam tentang apa yang sebenarnya kamu inginkan, bukan hanya mengikuti arus.
Penting untuk tidak hanya mengetahui keinginanmu, tetapi juga fokus untuk mengejarnya. Rincikan keinginanmu menjadi langkah-langkah konkret, kemudian lakukan langkah-langkah tersebut secara konsisten untuk mencapai tujuanmu.
Sebagai contoh, jika kamu ingin mengubah arah karier maka tentukanlah langkah-langkah seperti mempelajari keterampilan yang diperlukan, memperbarui portofolio, mencari pekerjaan, dan berlatih wawancara.
Ketika orang di sekitar kamu meraih pencapaian, contohnya promosi, kamu tidak perlu merasa tertinggal karena kamu tahu bahwa tujuan sebenarnya adalah mengubah arah karier, bukan mendapatkan promosi.
FOMO sering kali muncul melalui media sosial. Di platform ini, orang cenderung menampilkan sisi terbaik dari kehidupan mereka, yang bisa memicu perasaan ketinggalan. Penting untuk diingat bahwa semua orang memiliki sisi kurang baik yang tidak selalu terlihat.
Jika media sosial menjadi pemicu FOMO, maka pertimbangkan untuk mengurangi frekuensi membukanya. Fokuslah pada diri sendiri, lakukan hobi, atau kejar impian tanpa terpengaruh oleh pencapaian orang lain yang mungkin hanya terlihat di permukaan.
Sebagai kesimpulan, JOMO adalah perasaan kebahagiaan dan kepuasan saat melewatkan acara atau pengalaman tertentu, terutama yang dianggap penting oleh orang lain, terutama di media sosial. Dalam konteks investasi, JOMO berarti merasa puas dengan rencana investasi sendiri dan tidak terpengaruh oleh keputusan investasi orang lain yang mungkin terlihat menggiurkan.
Sementara itu, cara menerapkan JOMO dalam kehidupan, di antaranya adalah ketahui apa yang kamu mau dan hindari media sosial. Lebih jauh, penting juga untuk diingat kembali bahwa pendekatan JOMO perlu dipertimbangkan dalam perjalanan investasi kripto seseorang. Pasalnya, melalui penerapan konsep JOMO, investor bisa menciptakan suasana yang lebih positif, meningkatkan keseimbangan emosional, dan mencapai tujuan investasi dengan lebih tenang dan puas.
Nah, sekarang kamu sudah memahami tentang apa itu JOMO, mulai dari pengertiannya dalam konteks umum dan investasi crypto, dampak buruknya, perbedaannya dengan FOMO, hingga cara menerapkannya dalam kehidupan.
Selanjutnya, kamu bisa memulai investasi pada aset kripto dengan fitur staking crypto (Earn) di INDODAX. Pada dasarnya, dengan fitur staking crypto, kamu dapat mengamankan aset kripto milikmu dengan cara yang mirip dengan menyimpan dana di rekening tabungan. Adapun aset kripto yang dikunci melalui fitur INDODAX Earn ini nantinya akan memberikan imbalan seperti yang diperoleh dari bunga tabungan.
Perlu diketahui, fitur staking crypto INDODAX Earn dapat diakses dengan mudah kapan saja dan di mana saja melalui INDODAX Mobile App atau melalui desktop di situs web INDODAX, tepatnya di halaman INDODAX Earn staking crypto.
Yuk, mulai berinvestasi aset kripto di INDODAX dengan fitur staking crypto sekarang juga!