Dari Dunia Bank ke Blockchain, Kini Tanpa Sekat
Bayangkan dunia keuangan di mana kamu bisa memindahkan uang dari rekening bank ke dompet kripto tanpa perantara, tanpa jeda, dan tanpa risiko diretas.
Selama ini, sistem keuangan tradisional (TradFi) dan dunia desentralisasi (DeFi) seperti hidup di dua ekosistem terpisah. Bank sibuk dengan regulasi, sementara blockchain bergerak cepat dengan inovasi yang melahirkan tren seperti DeFi dan cara kerjanya di ekosistem kripto.
Namun di tengah jurang besar itu, muncul satu proyek yang berani menyatukan keduanya: Kima Network.
Kima bukan sekadar proyek kripto baru. Ia hadir sebagai jembatan modern yang mencoba menghubungkan dua sistem besar tanpa menggunakan smart contract atau bridge konvensional yang selama ini rawan diserang.
Sebelum kamu menganggapnya hanya sekadar inovasi teknis, mari pahami mengapa Kima bisa jadi fondasi baru bagi masa depan keuangan global.
Apa Itu Kima Network dan Mengapa Penting di 2025
Kima Network adalah protokol interoperabilitas lintas ekosistem yang memungkinkan transfer aset secara aman antara sistem keuangan tradisional dan blockchain tanpa smart contract.
Konsep ini sederhana tapi berani: menghadirkan konektivitas lintas ekosistem yang cepat, murah, dan patuh regulasi.
Proyek ini lahir pada 2021 di Tel Aviv, didirikan oleh Eitan Katz, Guy Vider, dan Tzahi Kanza — tiga sosok dengan latar belakang kuat di fintech dan keamanan siber. Visi mereka adalah membangun sebuah “universal settlement layer” yang dapat menjadi jalur utama bagi aset keuangan digital dan fiat.
Di tahun 2025, tren interoperabilitas menjadi fokus besar dalam dunia Web3. Semakin banyak proyek berlomba-lomba menghubungkan blockchain yang berbeda, tapi hanya sedikit yang berani menjembatani dunia TradFi dan DeFi secara bersamaan. Di sinilah Kima menempati posisi unik: bukan hanya menghubungkan blockchain, tapi juga menyatukan dua paradigma keuangan yang selama ini berjalan sendiri-sendiri.
Dengan pendekatan itu, Kima menjadi proyek yang tak hanya menarik bagi pengembang Web3, tetapi juga bagi lembaga finansial konvensional yang ingin bereksperimen di dunia blockchain tanpa harus kehilangan kendali atas kepatuhan regulasi.
Cara Kerja Kima Network: Transfer Tanpa Smart Contract
Untuk memahami keunggulan Kima, kamu perlu tahu dulu bagaimana interoperabilitas biasanya bekerja.
Kebanyakan sistem lintas blockchain menggunakan bridge dan smart contract untuk memindahkan aset, konsep yang mirip dengan mekanisme cross-chain bridge di dunia kripto yang sering dibahas dalam konteks interoperabilitas. Ketika kamu mengirim token dari satu jaringan ke jaringan lain, aset aslimu biasanya “terkunci” dan diganti dengan token baru dalam bentuk wrapped. Masalahnya, smart contract ini sering kali jadi titik lemah — ratusan juta dolar telah hilang karena bug atau eksploitasi di sistem seperti Ronin Bridge dan Wormhole.
Kima memilih jalan berbeda. Ia tidak mengandalkan smart contract sama sekali. Sebagai gantinya, Kima menggunakan dua teknologi keamanan tingkat tinggi: TEE (Trusted Execution Environment) dan TSS (Threshold Signature Scheme).
Melalui kombinasi keduanya, transaksi diproses di dalam enclave — lingkungan hardware aman yang tidak bisa dimanipulasi dari luar — sehingga risiko eksploitasi nyaris nol.
Selain itu, Kima mengoperasikan sistem bernama Universal Payment Rail (UPR), semacam “jalur universal” yang mampu menyalurkan berbagai jenis aset: fiat, stablecoin, hingga token kripto.
Transaksi di dalam jaringan Kima mengikuti model Delivery vs Payment (DvP) dan Payment vs Payment (PvP), memastikan nilai dan aset berpindah secara bersamaan tanpa perlu perantara pihak ketiga.
Pendekatan ini bukan hanya lebih aman, tapi juga lebih efisien. Semua proses berlangsung dalam satu sistem internal tanpa harus menunggu konfirmasi lintas chain yang panjang.
Dengan model ini, Kima tidak hanya mengurangi risiko, tapi juga mempercepat interoperabilitas antar ekosistem. Sebuah langkah yang menjadikannya berbeda dari solusi bridge tradisional yang selama ini menjadi “lubang keamanan” dunia DeFi.
Fungsi dan Kelebihan Kima Network untuk Ekosistem Keuangan
Setelah tahu bagaimana Kima bekerja, kamu mungkin bertanya: seberapa besar manfaatnya bagi dunia keuangan? Jawabannya: besar sekali.
Kima dirancang bukan hanya untuk pengguna kripto, tapi juga untuk lembaga keuangan yang ingin masuk ke Web3 tanpa harus menanggung risiko tinggi dari smart contract. Dengan menghilangkan ketergantungan pada kode publik, Kima mampu meminimalkan potensi bug dan serangan siber.
Beberapa keunggulan Kima yang paling relevan di 2025 antara lain:
- Keamanan tinggi: tanpa smart contract berarti tanpa titik rawan exploit.
- Patuh regulasi: arsitekturnya mendukung standar compliance yang penting untuk bank dan institusi.
- Efisiensi biaya: biaya transaksi hanya sekitar 0,05%, jauh di bawah rata-rata transaksi lintas blockchain konvensional.
- Multi-aset dan lintas ekosistem: Kima bisa menangani berbagai jenis aset, mulai dari fiat hingga token kripto.
- Kompatibilitas luas: mendukung blockchain besar seperti Ethereum, Polygon, dan BNB Chain.
Kombinasi semua faktor itu membuat Kima berpotensi menjadi tulang punggung interoperabilitas finansial global.
Dan seperti semua jaringan yang solid, sistem ekonominya didorong oleh token bawaan: KIMA.
Token KIMA: Jantung Ekosistem Kima Network
Token KIMA adalah bahan bakar utama ekosistem ini. Ia digunakan untuk membayar biaya transaksi, memberi insentif kepada validator dan liquidity provider, serta menjadi alat voting dalam tata kelola jaringan — fungsi yang mirip dengan token utilitas di berbagai proyek kripto lainnya.
Secara teknis, token ini memiliki total suplai maksimum 210 juta. Dari setiap transaksi yang terjadi, Kima menerapkan biaya jaringan sebesar 0,05%, yang kemudian didistribusikan secara transparan: 50% untuk liquidity provider, 25% untuk validator (disebut wardens), dan 25% untuk foundation.
Selain itu, token KIMA juga bisa digunakan untuk staking, memastikan stabilitas jaringan dan memberi imbalan bagi kontributor aktif.
Sejak IDO-nya di Polkastarter, token KIMA kini sudah diperdagangkan di bursa seperti LBank dan Bitpanda, dengan harga sekitar US$0,06–0,07 pada Oktober 2025 dan volume perdagangan harian mencapai US$400.000.
Ekosistem ekonominya sederhana tapi solid — token ini memastikan jaringan tetap hidup, validator aktif, dan likuiditas selalu terjaga.
Dan di balik semua stabilitas itu, ada tim dengan reputasi nyata yang menjadi penggerak utamanya.
Tim dan Investor di Balik Kima Network
Tak seperti banyak proyek DeFi yang menutupi identitas pendirinya, Kima justru menonjol karena keterbukaannya.
Tiga sosok utamanya adalah Eitan Katz (CEO), Guy Vider (CTO), dan Tzahi Kanza (COO). Mereka semua memiliki pengalaman panjang di sektor fintech, perbankan digital, dan keamanan siber — sebuah kombinasi ideal untuk proyek yang menjembatani TradFi dan DeFi.
Selain tim internal, Kima juga didukung oleh sejumlah investor ternama seperti Blockchange, FinSec Innovation Lab, dan beberapa venture capital fintech Eropa.
Dukungan ini memperkuat legitimasi proyek dan membuka pintu kerja sama dengan berbagai institusi besar.
Dan benar saja, di tahun 2025 ini, Kima mulai aktif berkolaborasi dengan proyek Web3 lain yang punya visi serupa: membangun ekosistem digital yang lebih aman dan inklusif.
Kolaborasi Terbaru: Kima Network Gandeng Humanode
Langkah besar terbaru datang pada 14 Oktober 2025, saat Kima Network resmi mengumumkan kemitraan strategis dengan Humanode, platform identitas desentralisasi berbasis biometrik.
Kolaborasi ini menjadi tonggak penting karena menggabungkan dua inovasi berbeda: interoperabilitas lintas keuangan dan verifikasi manusia di dunia Web3.
Humanode dikenal lewat teknologi BotBasher, sistem verifikasi yang memastikan hanya manusia asli yang bisa ikut serta dalam kegiatan komunitas atau airdrop. Integrasi ini digunakan Kima dalam program Airdrop Season 2 untuk memastikan distribusi token yang lebih adil dan tahan terhadap serangan Sybil — aktivitas curang yang dilakukan oleh bot dengan banyak akun palsu.
Selain meningkatkan keamanan, kerja sama ini juga memperkuat privasi pengguna. Teknologi biometrik Humanode memvalidasi identitas tanpa harus mengungkap data pribadi — mirip dengan konsep identitas digital di Web3 yang kini mulai diterapkan oleh berbagai protokol blockchain untuk menjaga privasi pengguna. Hasilnya, komunitas Kima kini bisa berinteraksi secara lebih transparan, jujur, dan terverifikasi.
Langkah ini menegaskan bahwa Kima tidak hanya fokus pada transfer aset, tapi juga membangun fondasi identitas dan kepercayaan di era Web3.
Dengan arah pengembangan yang progresif seperti ini, masa depan Kima terlihat semakin menarik untuk diikuti.
Masa Depan dan Tantangan Kima Network (Versi Revisi)
Masa depan Kima Network penuh potensi, tapi juga sarat ujian. Menghubungkan sistem bank global dengan jaringan blockchain bukanlah sekadar inovasi teknologi — ini juga perjuangan menghadapi aturan lintas negara, birokrasi, hingga persepsi publik soal kepercayaan pada sistem terdesentralisasi.
Tantangan terbesarnya justru bukan pada kode, melainkan pada adopsi. Banyak lembaga keuangan masih berhati-hati saat bicara soal interoperabilitas. Mereka tahu blockchain menjanjikan efisiensi, tapi masih ragu menyerahkan kontrol pada sistem yang sepenuhnya terbuka. Di sinilah Kima harus menunjukkan keunggulannya: keamanan tinggi tanpa kehilangan kepatuhan regulasi.
Namun dibalik itu, peluang Kima justru semakin besar. Dengan pendekatan berbasis Trusted Execution Environment dan desain tanpa smart contract, Kima berpotensi menjadi SWIFT versi blockchain — sebuah jaringan global yang menyatukan bank, perusahaan, dan pengguna kripto dalam satu bahasa transaksi yang sama.
Persaingannya memang ketat. LayerZero, Chainlink CCIP, dan Axelar sama-sama mengejar panggung interoperabilitas. Tapi ada satu hal yang membedakan Kima: proyek ini tidak hanya membangun jembatan antar blockchain, melainkan menghubungkan dua dunia finansial yang belum pernah bersentuhan secara langsung — TradFi dan DeFi.
Ke depan, keberhasilan Kima akan bergantung pada seberapa cepat mereka bisa memikat lembaga finansial nyata, sembari menjaga idealisme dunia desentralisasi yang transparan. Jika keduanya bisa bersinergi, Kima tak hanya akan menjadi proyek DeFi, tapi juga fondasi dari era baru keuangan global yang saling terhubung dan saling percaya.
Dan di titik inilah, kita bisa melihat arah yang lebih besar dari sekadar interoperabilitas — yaitu upaya membangun keuangan yang bukan hanya efisien, tapi juga manusiawi.
Kesimpulan
Kima Network bukan sekadar eksperimen teknologi blockchain; ia adalah jembatan yang membawa dua dunia menuju masa depan yang sama. Dengan arsitektur tanpa smart contract, biaya rendah, dan keamanan berbasis TEE serta TSS, Kima menawarkan fondasi baru bagi interoperabilitas keuangan yang lebih aman dan patuh aturan.
Kolaborasinya dengan Humanode semakin menegaskan visi besar mereka: menghadirkan identitas manusia nyata di dunia digital yang tanpa wajah.
Ketika transaksi bisa diverifikasi bukan hanya oleh sistem, tapi juga oleh keaslian manusia di baliknya, keuangan digital akhirnya punya elemen yang selama ini hilang — trust.
Jika visi ini terus berkembang, Kima Network bisa menjadi simbol dari fase baru integrasi global: di mana lembaga keuangan dan pengguna kripto berdiri di satu jalur yang sama, dengan transparansi sebagai pondasinya.
Dan buat kamu yang mengikuti arah transformasi Web3, Kima bukan sekadar proyek untuk diulas — ia adalah cermin tentang bagaimana keuangan, teknologi, dan manusia bisa kembali terhubung dalam satu ekosistem yang setara.
Itulah informasi menarik tentang Kima Network yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa itu Kima Network?
Kima Network adalah protokol interoperabilitas yang memungkinkan transfer aset antar blockchain dan sistem keuangan tradisional tanpa menggunakan smart contract.
2. Siapa pendiri Kima Network?
Tiga pendiri utamanya adalah Eitan Katz, Guy Vider, dan Tzahi Kanza dari Tel Aviv, Israel.
3. Apa fungsi token KIMA?
Token ini digunakan untuk biaya transaksi, staking validator, dan tata kelola (governance) dalam ekosistem Kima.
4. Apa tujuan kolaborasi Kima dengan Humanode?
Kolaborasi ini bertujuan memastikan keamanan komunitas Web3 dengan verifikasi biometrik yang tahan terhadap bot dan akun palsu.
5. Apakah Kima bisa menyaingi proyek seperti LayerZero atau Chainlink CCIP?
Bisa, karena Kima fokus pada jembatan antara keuangan tradisional dan DeFi, bukan hanya transfer antar blockchain.