Bukan Alat Kopi, Tapi Inovasi Solana
Nama “Percolator” mungkin bikin kamu teringat alat seduh kopi klasik yang ada di dapur nenek. Tapi tunggu dulu—Percolator yang satu ini sama sekali bukan peralatan rumah tangga. Ini adalah proyek ambisius dari Anatoly Yakovenko, co-founder Solana yang terkenal dengan inovasi teknologi blockchain-nya.
Kalau kamu penasaran kenapa nama yang terdengar begitu domestik ini dipilih untuk sebuah protokol DeFi canggih, jawabannya justru menarik: sama seperti percolator kopi yang memfilter dan mensirkulasi air panas berkali-kali untuk menghasilkan seduhan sempurna, Percolator DEX dirancang untuk “mensirkulasikan” likuiditas dan order secara efisien melalui arsitektur sharded-nya. Nama yang unik memang, tapi inovasi di baliknya sungguh serius. Mari kita selami lebih dalam apa sebenarnya Percolator ini dan mengapa kehadirannya bisa mengubah lanskap DeFi di Solana.
Apa Itu Percolator Solana?
Secara sederhana, Percolator adalah protokol “sharded perpetual exchange” yang dibangun di atas blockchain Solana. Artinya, ini adalah sistem DEX (decentralized exchange) khusus untuk perdagangan perpetual futures—kontrak derivatif tanpa tanggal kedaluwarsa yang memungkinkan kamu berspekulasi pada pergerakan harga aset kripto dengan leverage tinggi, semuanya berjalan cepat dan sepenuhnya on-chain. Kalau kamu masih baru dengan konsep ini, kamu bisa baca panduan lengkap di artikel Perpetual Futures Crypto: Cuan Tanpa Batas Waktu untuk memahami dasarnya.
Proyek ini lahir dari eksperimen Anatoly Yakovenko yang dipublikasikan di GitHub pada pertengahan Oktober 2025. Yang menarik, Anatoly secara terbuka mengaku bahwa dia “hanya bermain-main dengan Claude AI untuk melihat seberapa baik AI bisa menghasilkan” protokol semacam ini. Pernyataan jujur ini justru membuat komunitas kripto terkesima—seorang founder blockchain terkemuka menggunakan bantuan AI untuk mendesain infrastruktur DeFi tingkat lanjut.
Percolator bukan sekadar ide di atas kertas. Dokumentasi teknis yang diunggah Yakovenko sudah mencapai status “implementation-ready”, artinya cetak biru lengkap sudah tersedia dan siap diimplementasikan oleh para engineer. Proyek ini merespons kebutuhan mendesak Solana untuk memiliki perpetual DEX berkinerja tinggi yang dapat bersaing dengan platform seperti Hyperliquid, Aster, dan Lighter yang saat ini mendominasi pasar.
Kalau baru dengar sekilas mungkin belum kebayang, tapi arsitekturnya ternyata cukup canggih—dan itulah yang akan kita bahas selanjutnya.
Cara Kerja Percolator: Router dan Slab
Untuk memahami Percolator, kamu perlu mengenal dua komponen inti yang menjadi jantung sistem ini:
1. Router Program
Router Program berfungsi sebagai pusat kendali yang mengatur dana, risiko, dan posisi pengguna. Bayangkan Router seperti margin engine yang pintar—dia yang memutuskan bagaimana collateral kamu dialokasikan, bagaimana posisi trading kamu di-net secara portfolio, dan bagaimana order diarahkan ke berbagai “slab” secara optimal.
Router juga menjamin settlement yang deterministik melalui atomic routing, artinya semua bagian dari transaksi kamu dijamin berhasil semuanya atau gagal semuanya—tidak ada eksekusi parsial yang bisa melanggar persyaratan margin kamu. Transparansi penuh tetap dijaga karena semua token position, balance, dan profit-and-loss (PnL) tersimpan on-chain, membuatnya dapat diaudit dan composable dengan program Solana lainnya.
2. Slab Program
Slab Program adalah inovasi paling unik dari Percolator. Setiap “slab” beroperasi sebagai matching engine independen yang menangani order book untuk token atau market tertentu. Bayangkan kamu punya beberapa mesin kecil yang masing-masing bertanggung jawab atas satu pasar—misalnya satu slab untuk SOL/USD, slab lain untuk BTC/USD, dan seterusnya.
Konsep “single memory slab” ini memungkinkan efisiensi tinggi karena setiap liquidity provider (LP) dapat menjalankan slab mereka sendiri dengan risk management yang terisolasi. Jika satu slab bermasalah atau bahkan malicious, dia tidak akan mengontaminasi pengguna yang tidak pernah berinteraksi dengannya. Mekanisme capability-scoping pada Router membatasi risiko lintas komponen.
Kelebihan lain? Capital efficiency yang setara dengan DEX monolitik konvensional, bahkan sering dengan kualitas eksekusi yang lebih baik berkat selective routing. Sistem ini juga memungkinkan slab-slab untuk berjalan secara paralel, meningkatkan throughput secara signifikan—sangat cocok dengan model eksekusi paralel yang menjadi keunggulan Solana.
Sistem ini berusaha meniru kecepatan CEX (centralized exchange) tanpa kehilangan transparansi DEX, sebuah holy grail di dunia DeFi derivatives. Pendekatan seperti ini juga pernah diterapkan oleh proyek Perpetual Trading di dYdX – DEX yang sukses menunjukkan potensi DEX modern bisa menyaingi platform terpusat.
Kalau konsepnya terdengar rumit, ingat: inilah cara Solana mengejar kecepatan CEX tanpa mengorbankan transparansi blockchain.
Kenapa Disebut Eksperimen AI?
Salah satu aspek paling menarik dari Percolator adalah bagaimana AI berperan dalam pengembangannya. Anatoly Yakovenko secara terbuka menyatakan di media sosial bahwa dia menggunakan Claude AI dari Anthropic untuk membantu mendesain dan menguji konsep Percolator. Dia bahkan mengatakan, “just messing around with Claude to see how well it can generate” protokol ini.
Pendekatan ini mencerminkan tren yang berkembang: AI-assisted development di ekosistem kripto. Bayangkan seorang engineer berdiskusi dengan AI untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan arsitektur, mengidentifikasi edge cases, atau bahkan menghasilkan boilerplate code untuk protokol smart contract. Claude AI, dengan kemampuan reasoning dan code generation-nya, bisa mempercepat siklus ideation dan prototyping secara dramatis.
Tren serupa juga terlihat di ekosistem lain. Misalnya, tim developer di Starknet dan beberapa proyek DeFi lainnya mulai mengadopsi AI tools untuk audit kode otomatis, bug detection, dan bahkan optimisasi gas fee. Percolator menjadi salah satu contoh paling high-profile dari seorang founder blockchain terkemuka yang secara terbuka mengeksplorasi kolaborasi manusia-AI dalam membangun infrastruktur DeFi.
Yang menarik, Yakovenko tidak menyembunyikan fakta ini—dia justru mendorong orang lain untuk “steal the idea” dan membangun implementasi mereka sendiri. Transparansi dan pendekatan open-source ini kontras dengan banyak proyek kripto yang menjaga pengembangan di balik pintu tertutup. Setidaknya dua developer eksternal sudah mengajukan pull request untuk berkontribusi ke Percolator, menunjukkan minat awal komunitas.
Tapi eksperimen ini bukan sekadar bermain dengan AI—ada motivasi strategis yang besar di baliknya.
Alasan Solana Membuat Percolator
Kenapa Anatoly Yakovenko tiba-tiba memutuskan untuk membangun perpetual DEX di Solana? Jawabannya terletak pada dinamika kompetitif yang sedang terjadi di pasar DeFi derivatives.
Kompetisi Ketat di Pasar Perpetual DEX
Pasar perpetual DEX sedang mengalami pertumbuhan eksplosif. Volume trading bulanan di perpetual protocols melampaui $1 triliun pada September 2025 untuk pertama kalinya—naik 48% dari $707,6 miliar pada Agustus. Platform-platform seperti Hyperliquid, Aster, dan Lighter kini menguasai pangsa pasar yang signifikan, dan yang paling menyakitkan bagi Solana: banyak dari pengguna ini berasal dari ekosistem Solana sendiri.
Laporan dari VanEck pada Juli 2025 mengungkapkan bahwa Hyperliquid berhasil menarik “high-value users dari Solana” dengan menawarkan pengalaman trading yang streamlined dan efektif. Hyperliquid bahkan mencatatkan 35% dari seluruh revenue blockchain pada bulan tersebut, dengan pertumbuhan yang datang spesifik dari kerugian Solana, Ethereum, dan BNB Chain. Volume trading bulanan Hyperliquid mencapai lebih dari $280 miliar, dan token HYPE mereka menembus kapitalisasi pasar $16,38 miliar, menempatkannya di antara 15 cryptocurrency teratas secara global.
Aster: Ancaman Baru dengan Backing Binance
Hyperliquid bukan satu-satunya ancaman. Aster, platform perpetual DEX yang berjalan di BNB Chain dan didukung oleh YZi Labs (keluarga kantor yang dijalankan oleh co-founder Binance CZ dan Yi He), muncul dari hampir nol untuk memimpin volume trading pada September 2025 dengan lebih dari $420 miliar aktivitas—hampir menggandakan angka Hyperliquid di bulan yang sama.
Aster juga menawarkan fitur “hidden orders” yang memungkinkan pengguna menempatkan limit order yang tidak terlihat di order book—sebuah diferensiasi menarik dari transparansi penuh yang biasanya ada di perp DEX on-chain. Dengan leverage hingga 1.001x dan dukungan multi-chain (Ethereum, Solana, Arbitrum, BNB Chain), Aster menjadi pesaing formidable.
Lighter dan EdgeX: Disruptor Baru
Lighter, perpetual DEX berbasis Ethereum Layer 2 yang masih dalam private beta hingga Oktober 2025, diam-diam membangun presence yang kuat dengan model zero-fee untuk retail traders. Lighter mencatatkan $164,4 miliar volume pada September, mengklaim posisi ketiga—dengan hanya 188.000 unique accounts. Didukung oleh a16z dan didirikan oleh mantan engineer Citadel, Lighter menawarkan verifikasi zk-proof untuk fairness eksekusi dan Lighter Liquidity Pool (LLP) yang menghasilkan rata-rata 60% APY sejak awal 2025.
Sementara itu, EdgeX dan platform lainnya juga mulai mengambil bagian dari pie yang dulunya hampir monopoli Hyperliquid. Pangsa pasar Hyperliquid sendiri turun dari 71% di Mei 2025 menjadi sekitar 38% pada akhir September—bahkan sempat jatuh ke 8% di minggu-minggu tertentu karena persaingan yang intensif.
Solana Ingin Rebut Kembali Posisinya
Dengan melihat exodus pengguna dan volume yang berpindah ke chain lain, Percolator menjadi cara Solana untuk rebut kembali pengguna yang keluar. Hal ini mirip dengan strategi beberapa protokol DeFi di Solana seperti Drift atau Jupiter yang sebelumnya juga berupaya menarik kembali likuiditas lewat inovasi fitur trading dan insentif LP. Solana memiliki keunggulan teknis yang jelas: kemampuan memproses hingga 65.000 transaksi per detik, biaya transaksi rata-rata hanya $0,02, dan arsitektur paralel yang sempurna untuk aplikasi high-frequency seperti perpetual trading.
Namun, keunggulan teknis saja tidak cukup jika tidak ada aplikasi killer yang memanfaatkannya. Percolator dirancang untuk menjadi aplikasi tersebut—sebuah perpetual DEX yang fully on-chain, cepat, dan native di Solana, menghilangkan kebutuhan bridging atau kompleksitas multi-chain yang dialami pengguna di platform lain.
Namun, seperti semua eksperimen di dunia DeFi, potensi selalu datang bersama risiko.
Tapi seperti semua inovasi besar, keberhasilan Percolator tak hanya soal teknologi—melainkan juga soal timing dan adopsi.
Risiko & Tantangan Percolator
Meskipun Percolator menawarkan konsep yang menarik, penting bagi kamu untuk memahami berbagai risiko dan tantangan yang masih menghadang proyek ini:
1. Belum Ada Audit Independen
Percolator masih berupa prototype di GitHub tanpa audit keamanan independen. Audit sangat krusial di dunia DeFi—bahkan protokol yang sudah matang pun sering menemukan critical vulnerabilities setelah diaudit oleh firma keamanan terkemuka. Tanpa audit, risiko smart contract vulnerability tetap signifikan, terutama mengingat kompleksitas arsitektur sharded yang diusulkan.
2. Potensi Bug pada Arsitektur Sharded Memory Slab
Konsep “single memory slab” dan arsitektur sharded memang inovatif, tetapi juga memperkenalkan kompleksitas teknis baru. Bagaimana memastikan sinkronisasi antar slab? Bagaimana menangani race conditions atau edge cases ketika Router harus melakukan atomic routing lintas multiple slabs? Bug pada level ini bisa berakibat fatal—dari kehilangan dana pengguna hingga manipulasi harga.
3. Risiko Adopsi Rendah
Pasar perpetual DEX sudah sangat kompetitif. Hyperliquid memiliki first-mover advantage yang kuat dengan likuiditas dalam dan user base loyal. Aster memiliki backing finansial dari ekosistem Binance. Lighter menawarkan zero-fee dan zk-proof verifiability. Percolator harus tidak hanya setara, tetapi unggul dari platform-platform ini untuk menarik pengguna.
Tanpa testnet publik yang segera dan strategi go-to-market yang jelas, risiko Percolator tenggelam di antara kompetitor cukup nyata. Dokumentasi “implementation-ready” bukan jaminan kesuksesan—eksekusi, marketing, dan liquidity bootstrapping akan menjadi kunci.
4. Ketergantungan pada Reputasi Anatoly dan Solana Labs
Percolator sangat bergantung pada reputasi Anatoly Yakovenko dan ekosistem Solana Labs. Jika proyek ini tidak menunjukkan progress signifikan atau gagal memenuhi ekspektasi komunitas, bisa berdampak negatif pada persepsi terhadap kemampuan Solana untuk berinovasi di space DeFi derivatives.
5. Komponen Kritikal Masih Belum Selesai
Meskipun core data structures seperti Router dan Slab sudah di-list sebagai “completed”, beberapa komponen kritikal masih dalam daftar “to-do”, termasuk:
- Liquidation engine (sangat krusial untuk mengelola posisi under-margined)
- Beberapa modul risk dan monitoring
- End-to-end integrations
Tanpa liquidation engine yang robust, perp DEX tidak bisa beroperasi dengan aman—ini adalah komponen yang menentukan apakah protokol dapat menghindari bad debt dan cascade liquidations yang bisa menghancurkan platform.
Meski begitu, jika berhasil, efeknya bisa besar untuk seluruh ekosistem DeFi Solana.
Namun setiap risiko juga membuka peluang bagi pengembangan versi yang lebih matang dari komunitas.
Potensi Dampak bagi Ekosistem Solana
Kalau Percolator berhasil diluncurkan dan mencapai product-market fit, dampaknya bisa sangat signifikan untuk ekosistem Solana secara keseluruhan:
1. Lonjakan TVL di Sektor Derivatif
Perpetual DEX yang sukses bisa memicu lonjakan Total Value Locked (TVL) di sektor derivatif Solana. sama seperti bagaimana pertumbuhan TVL di sektor DeFi Lending memacu adopsi proyek seperti Kamino dan Marinade di jaringan yang sama. Saat ini, sebagian besar TVL Solana terkonsentrasi di DEX spot seperti Jupiter dan Raydium, serta lending protocol seperti Marinade dan Kamino. Dengan Percolator, Solana bisa membuka kategori TVL baru yang substansial.
Hyperliquid, sebagai perbandingan, memiliki open interest lebih dari 62% dari total perp DEX market—setara dengan miliaran dollar likuiditas yang terkunci di platform. Jika Percolator bahkan hanya menangkap 10-15% dari market share tersebut, dampaknya terhadap Solana TVL akan sangat signifikan.
2. Memperkuat Narasi “Solana is DeFi-Ready”
Solana sering dipersepsikan sebagai “blockchain untuk meme coins dan NFT”, terutama setelah ledakan Solana meme coin season. Meskipun persepsi ini tidak sepenuhnya akurat (Solana memiliki DeFi protocols yang solid seperti Drift Protocol dan Jupiter Perps), Percolator bisa memperkuat narasi bahwa Solana bukan cuma cepat, tapi juga DeFi-ready untuk aplikasi-aplikasi sophisticated seperti perpetual futures trading.
Dengan co-founder sendiri yang membangun perpetual DEX native, Solana mengirimkan sinyal kuat bahwa mereka serius dalam bersaing di vertical DeFi derivatives—sebuah market yang bernilai ratusan miliar dollar.
3. Menarik Kembali Liquidity Provider dan Trader
Kalau Percolator menawarkan user experience yang superior dan fee structure yang kompetitif, dia bisa menarik kembali liquidity provider dan trader yang telah berpindah ke Ethereum, BNB Chain, atau blockchain lain. Liquidity adalah moat terbesar di dunia DeFi—semakin dalam liquidity pool, semakin rendah slippage, semakin banyak trader yang tertarik, menciptakan positive flywheel effect.
Percolator dengan arsitektur sharded-nya juga memungkinkan LPs untuk berinovasi secara independen dengan risk parameters mereka sendiri, yang bisa menarik sophisticated market makers yang mencari edge dalam strategi mereka.
4. Efek Spillover ke Ekosistem Solana Lebih Luas
Keberhasilan Percolator juga bisa memberikan efek spillover positif ke seluruh ekosistem Solana:
- Developer mindshare: Menunjukkan bahwa aplikasi DeFi tingkat lanjut bisa dibangun di Solana
- Institutional interest: Fund dan whale traders mengikuti likuiditas—jika Percolator sukses, institutional money akan mengalir ke Solana
- Composability: Protokol on-chain seperti Percolator bisa di-compose dengan DeFi protocols Solana lainnya, membuka use cases baru (misalnya, CDP collateralized dengan perp positions, yield strategies yang melibatkan delta-hedged perps, dll)
5. Kompetisi yang Lebih Sehat
Bahkan jika Percolator sendiri tidak menjadi market leader, kehadirannya akan menciptakan kompetisi yang lebih sehat di space perpetual DEX. Anatoly secara eksplisit mendorong orang lain untuk “steal the idea” dan membangun implementasi mereka sendiri. Ini bisa memicu proliferasi perp DEXs di Solana, yang pada akhirnya menguntungkan pengguna dengan pilihan yang lebih banyak, fee yang lebih rendah, dan inovasi yang lebih cepat.
Jadi, apakah ini langkah awal Solana kembali ke puncak DeFi? Waktu akan membuktikannya, tetapi fondasi yang diletakkan Percolator jelas menunjukkan ambisi yang tinggi.
Kesimpulan
Percolator memang masih eksperimen, tapi jadi simbol ambisi Anatoly Yakovenko untuk membawa Solana ke era baru—cepat, terbuka, dan sepenuhnya on-chain. Bukan sekadar DEX, tapi bukti bahwa inovasi tak selalu harus diseduh sempurna sejak awal.
Proyek ini mengingatkan kita bahwa di dunia kripto, eksperimen adalah fondasi kemajuan. Dari whitepaper Bitcoin Satoshi Nakamoto yang sederhana hingga kompleksitas protokol DeFi modern, semua dimulai dari ide yang berani dan eksekusi yang gigih. Kalau kamu ingin memahami perjalanan inovasi dari konsep Bitcoin hingga lahirnya ekosistem DeFi, kamu bisa baca juga artikel Apa Itu Blockchain dan Cara Kerjanya di Dunia Kripto. Percolator, dengan bantuan AI dan transparansi penuh di GitHub, adalah contoh terbaru dari semangat inovasi ini.
Bagi kamu yang tertarik untuk mengikuti perkembangan Percolator:
- Monitor GitHub repository resmi Anatoly Yakovenko untuk update kode dan dokumentasi teknis
- Ikuti channel resmi Solana di Twitter/X dan Discord untuk pengumuman resmi
- Bergabung dengan komunitas DeFi Solana untuk diskusi dan insights dari early adopters
- Tunggu pengumuman testnet publik—ini akan menjadi kesempatan pertama untuk mencoba protokol secara hands-on
Seperti percolator kopi yang butuh waktu dan proses untuk menghasilkan seduhan terbaik, Percolator DEX juga membutuhkan waktu untuk matang. Tapi dengan blueprint yang solid, backing dari co-founder Solana, dan momentum pasar perpetual DEX yang eksplosif, Percolator punya peluang untuk menjadi game-changer di ekosistem Solana.
Yang jelas, ini bukan tentang ngopi—ini tentang future of decentralized derivatives trading.
Artikel ini disusun berdasarkan data publik GitHub Anatoly Yakovenko, laporan VanEck (Juli 2025), serta analisis tren perpetual DEX dari Cointelegraph dan Yahoo Finance
Itulah informasi menarik tentang Percolator – Solana yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa itu Percolator Solana?
Percolator Solana adalah proyek eksperimental perpetual DEX (decentralized exchange) on-chain yang dikembangkan oleh Anatoly Yakovenko, co-founder Solana. Protokol ini menggunakan arsitektur “sharded matching engines” yang disebut “slabs” untuk memungkinkan perdagangan perpetual futures yang cepat, efisien, dan sepenuhnya transparan di blockchain Solana.
2. Apakah Percolator sudah bisa digunakan publik?
Belum. Per Oktober 2025, Percolator masih dalam tahap pengembangan awal di GitHub dengan status “implementation-ready”. Proyek ini belum memiliki testnet publik atau tanggal peluncuran resmi. Beberapa komponen kritikal seperti liquidation engine masih dalam daftar to-do, meskipun core data structures seperti Router dan Slab sudah completed.
3. Apa bedanya Percolator dengan Hyperliquid?
Perbedaan utama terletak pada beberapa aspek:
- Status pengembangan: Hyperliquid sudah fully operational dengan volume trading ratusan miliar dollar per bulan, sementara Percolator masih prototype
- Blockchain: Hyperliquid berjalan di custom Layer 1 blockchain mereka sendiri (HyperEVM), sedangkan Percolator native di Solana
- Arsitektur: Percolator menggunakan pendekatan sharded slabs dengan multiple independent engines, sementara Hyperliquid menggunakan arsitektur monolitik yang optimized
- On-chain approach: Percolator dirancang untuk sepenuhnya on-chain di Solana, memanfaatkan eksekusi paralel dan kecepatan tinggi blockchain tersebut
4. Apakah Percolator akan punya token sendiri?
Belum ada konfirmasi resmi tentang apakah Percolator akan meluncurkan token native. Fokus pengembangan saat ini masih pada pengujian dan penyempurnaan arsitektur protokol. Anatoly Yakovenko juga belum memberikan indikasi tentang tokenomics atau model governance untuk proyek ini.
5. Bagaimana dampaknya bagi ekosistem Solana?
Jika Percolator berhasil diimplementasikan dan diadopsi secara luas, dampak potensialnya sangat signifikan:
- Meningkatkan TVL: Bisa memicu lonjakan Total Value Locked di sektor derivatif Solana
- Memperkuat positioning: Menunjukkan bahwa Solana adalah platform yang viable untuk DeFi applications sophisticated
- Menarik liquidity: Berpotensi menarik kembali trader dan liquidity provider yang berpindah ke chain lain
- Kompetitif advantage: Memanfaatkan throughput tinggi dan biaya rendah Solana untuk trading experience yang superior
- Ekosistem composability: Membuka kemungkinan integrasi dengan DeFi protocols Solana lainnya
6. Kenapa Anatoly Yakovenko menggunakan AI untuk mengembangkan Percolator?
Anatoly menggunakan Claude AI dari Anthropic untuk mengeksplorasi dan menguji konsep desain Percolator. Dia secara terbuka menyatakan bahwa ini adalah eksperimen untuk melihat seberapa baik AI dapat membantu dalam generating protokol kompleks. Pendekatan AI-assisted development seperti ini mempercepat siklus ideation, membantu mengidentifikasi edge cases, dan mempercepat prototyping—tren yang semakin populer di industri blockchain.
7. Apa risiko utama dari Percolator?
Beberapa risiko yang perlu kamu pertimbangkan:
- Belum ada audit keamanan independen, sehingga potensi vulnerability masih tinggi
- Arsitektur sharded memory slab yang kompleks bisa memiliki bug atau edge cases yang belum terantisipasi
- Komponen kritikal seperti liquidation engine masih belum completed
- Kompetisi sangat ketat dengan platform established seperti Hyperliquid, Aster, dan Lighter
- Risiko adopsi rendah jika protokol tidak segera launching testnet publik dan membangun liquidity
8. Kapan Percolator akan diluncurkan?
Belum ada timeline resmi untuk peluncuran Percolator. Berdasarkan status GitHub dan dokumentasi yang ada, testnet launch bisa berpotensi terjadi dalam beberapa minggu hingga bulan, tetapi ini masih spekulasi tanpa konfirmasi resmi. Pengembangan komponen kritikal seperti liquidation engine, risk monitoring modules, dan end-to-end integrations masih harus diselesaikan sebelum safe mainnet deployment.
9. Bagaimana cara mengikuti update Percolator?
Untuk tetap update dengan perkembangan Percolator:
- Pantau GitHub repository Anatoly Yakovenko untuk commit dan pull request terbaru
- Follow akun Twitter/X resmi Anatoly (@aeyakovenko) dan Solana Labs (@solana)
- Bergabung dengan Discord komunitas Solana untuk diskusi real-time
- Subscribe newsletter DeFi Solana dari aggregator berita kripto terpercaya
- Monitor forum dan Reddit r/solana untuk community insights dan early signals