Market bisa mendadak stop, kok bisa? – Tiba-tiba kamu buka aplikasi trading dan semua order stop total. Nggak bisa beli, nggak bisa jual. Panik? Bisa jadi kamu sedang mengalami yang namanya trading halt. Dalam dunia saham bahkan kripto fenomena ini makin sering terjadi, apalagi saat market gonjang-ganjing.
Pernahkah kamu mengalami momen ketika harga saham bergerak liar, lalu tiba-tiba seluruh aktivitas perdagangan berhenti seketika? Inilah yang disebut trading halt, sebuah mekanisme perlindungan yang diterapkan bursa efek di seluruh dunia untuk menjaga stabilitas pasar. Di Indonesia sendiri, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menerapkan sistem ini sejak lama, dan intensitasnya semakin meningkat seiring dengan volatilitas pasar global yang tinggi.
Nah, yuk pahami lebih dalam apa itu trading halt, cara kerjanya, dan kenapa kamu perlu waspada kalau ini terjadi. Pemahaman yang tepat tentang mekanisme ini akan membantu kamu mengambil keputusan investasi yang lebih bijak dan terhindar dari panic selling yang merugikan.
Apa Itu Trading Halt? Ini Pengertiannya
Sebelum masuk ke pembahasan teknis yang lebih kompleks, penting buat kamu memahami konsep dasar dari trading halt terlebih dahulu.
Trading halt adalah penghentian sementara aktivitas perdagangan saham atau instrumen keuangan lainnya di bursa efek. Mekanisme ini diberlakukan ketika terjadi kondisi pasar yang tidak normal atau ada informasi material yang dapat mempengaruhi harga secara signifikan. Berbeda dengan sistem perdagangan normal, trading halt membuat semua transaksi beli dan jual terhenti untuk jangka waktu tertentu.
Tujuan utama dari trading halt mencakup beberapa hal penting. Pertama, menjaga stabilitas harga dengan mencegah pergerakan harga yang terlalu ekstrem dalam waktu singkat. Kedua, memberikan waktu bagi investor dan trader untuk mencerna informasi penting yang baru saja dipublikasikan. Ketiga, mencegah terjadinya panic selling atau panic buying yang dapat merusak mekanisme pasar yang sehat.
Kamu perlu memahami perbedaan mendasar antara trading halt dengan dua konsep lainnya yang sering tertukar. Trading halt bersifat sementara dan biasanya berlangsung dalam hitungan menit hingga jam. Suspensi lebih panjang, bisa berhari-hari atau berminggu-minggu, biasanya karena ada investigasi atau pelanggaran. Sementara delisting adalah penghapusan permanen saham dari bursa.
Dalam konteks Bursa Efek Indonesia, trading halt diatur dalam mekanisme yang disebut Auto Rejection Bawah (ARB) dan sistem penghentian perdagangan berdasarkan penurunan IHSG. Sistem ini telah mengalami beberapa kali penyesuaian untuk mengikuti perkembangan pasar global dan kondisi ekonomi domestik.
Sekarang kamu sudah memahami konsep dasarnya, tapi bagaimana sebenarnya mekanisme kerja trading halt di balik layar sistem bursa efek?
Cara Kerja Trading Halt di Bursa Saham
Trading halt bukanlah keputusan yang diambil secara sembarangan atau asal pencet tombol. Ada perhitungan matematis, threshold yang jelas, dan prosedur sistematis yang harus diikuti.
Mekanisme resmi yang diterapkan BEI pada tahun 2025 memiliki struktur bertingkat yang cukup ketat. Ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan hingga 8%, sistem akan secara otomatis menghentikan perdagangan selama 30 menit. Jika setelah dibuka kembali, IHSG terus turun hingga mencapai level 15% dari harga pembukaan, maka akan diberlakukan penghentian tambahan selama 30 menit lagi.
Skema Auto Rejection Bawah (ARB) terbaru yang diberlakukan BEI menggunakan batasan 15% untuk semua papan perdagangan. Artinya, jika saham individual mengalami penurunan 15% dari harga referensi, maka akan terjadi automatic rejection dan perdagangan saham tersebut dihentikan sementara. Sistem ini berlaku flat untuk papan utama, pengembangan, dan akselerasi.
Proses teknis trading halt dijalankan melalui Jakarta Automated Trading System (JATS), sistem perdagangan elektronik BEI. Ketika threshold tercapai, JATS akan secara otomatis mengirimkan sinyal penghentian ke seluruh perusahaan sekuritas yang terhubung. Dalam hitungan detik, semua order yang sedang berjalan akan di-suspend, dan tidak ada transaksi baru yang bisa diproses.
Pengumuman resmi trading halt biasanya dikeluarkan BEI melalui beberapa channel komunikasi. Pertama, melalui sistem informasi bursa yang langsung terintegrasi dengan platform trading semua sekuritas. Kedua, melalui website resmi BEI dan media sosial official. Ketiga, melalui media massa dan portal berita keuangan yang memiliki akses real-time ke data bursa.
Yang menarik, teknologi modern memungkinkan implementasi trading halt dalam waktu kurang dari 5 detik sejak threshold tercapai. Kecepatan ini sangat penting untuk mencegah eksekusi order yang dapat memperparah kondisi pasar. Sistem backup dan redundancy juga disiapkan untuk memastikan mekanisme ini tetap berfungsi meski terjadi gangguan teknis.
Setelah memahami mekanisme kerjanya yang cukup kompleks, sekarang mari kita bahas faktor-faktor apa saja yang dapat memicu terjadinya trading halt.
Penyebab Terjadinya Trading Halt
Trading halt tidak selalu dipicu oleh penurunan IHSG yang drastis. Ada beragam faktor yang dapat menyebabkan bursa efek mengambil keputusan untuk menghentikan perdagangan sementara.
Penurunan indeks yang tajam memang menjadi penyebab paling umum trading halt. Ketika sentiment negatif melanda pasar, investor cenderung melakukan aksi jual massal yang dapat membuat IHSG anjlok dalam waktu singkat. Contohnya pada Maret 2020, ketika pandemi COVID-19 mulai menyebar, IHSG turun lebih dari 8% dalam satu hari dan memicu trading halt berkali-kali dalam seminggu.
Informasi material dari emiten juga sering menjadi pemicu trading halt untuk saham individual. Pengumuman merger dan akuisisi, perubahan manajemen yang signifikan, temuan fraud atau irregularities dalam laporan keuangan, atau bahkan rumor takeover dapat membuat harga saham bergerak ekstrem. Dalam kasus seperti ini, BEI biasanya akan menghentikan perdagangan saham tersebut hingga ada klarifikasi resmi dari perusahaan.
Ketegangan geopolitik dan krisis ekonomi memiliki dampak sistemik yang dapat mempengaruhi seluruh pasar. Perang dagang antara negara besar, konflik militer, atau krisis mata uang di negara emerging market dapat membuat investor global melakukan capital flight dari pasar berkembang termasuk Indonesia. Dampaknya, IHSG bisa turun tajam dan memicu trading halt.
Gangguan teknis pada sistem perdagangan meskipun jarang terjadi, tetap menjadi faktor yang perlu diwaspadai. Serangan cyber, kerusakan server utama, atau masalah konektivitas jaringan dapat memaksa bursa menghentikan perdagangan untuk menjaga integritas dan keamanan data transaksi. BEI memiliki protokol khusus untuk menangani situasi seperti ini, termasuk sistem backup dan disaster recovery plan.
Faktor makroekonomi seperti keputusan bank sentral menaikkan suku bunga secara agresif, data inflasi yang jauh melampaui ekspektasi, atau proyeksi resesi ekonomi juga dapat memicu reaksi pasar yang volatile. Dalam situasi seperti ini, trading halt berfungsi sebagai circuit breaker yang memberikan waktu bagi pelaku pasar untuk merenung dan mengevaluasi keputusan investasi mereka.
Dari berbagai penyebab yang cukup serius ini, tentu ada konsekuensi besar yang perlu kamu waspadai sebagai investor atau trader.
Dampak Trading Halt bagi Investor dan Trader
Ketika pasar mendadak berhenti, risiko dan peluang bagi kamu sebagai pelaku pasar justru bisa meningkat secara signifikan. Dampak trading halt memiliki dua sisi mata uang yang perlu dipahami dengan baik.
Dampak positif
trading halt yang paling nyata adalah pencegahan panic selling yang berlebihan. Ketika emosi fear and greed menguasai pasar, investor cenderung mengambil keputusan irasional seperti cut loss di harga terendah atau FOMO buying di harga tertinggi. Trading halt memberikan cooling period yang memungkinkan kamu untuk berpikir jernih dan mengevaluasi situasi dengan lebih objektif.
Waktu jeda ini juga memberikan kesempatan bagi kamu untuk mencari dan menganalisis informasi terbaru yang mungkin menjadi penyebab volatilitas. Misalnya, jika trading halt dipicu oleh pengumuman kebijakan pemerintah, kamu bisa menggunakan waktu tersebut untuk membaca detail kebijakan dan menganalisis dampaknya terhadap sektor atau saham tertentu dalam portofolio.
Dampak negatif
yang paling dirasakan adalah hilangnya likuiditas pasar secara tiba-tiba. Jika kamu memiliki posisi yang ingin di-cut loss atau take profit, trading halt akan mengunci posisi tersebut hingga perdagangan dibuka kembali. Dalam kondisi pasar yang bergejolak, delay ini bisa berarti perbedaan profit atau loss yang signifikan.
Aspek psikologis juga perlu diperhatikan. Trading halt dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan ketidakpastian di kalangan investor. Ketika perdagangan dihentikan di tengah-tengah penurunan tajam, banyak investor yang bertanya-tanya seberapa buruk kondisi pasar ketika dibuka kembali. Fenomena ini sering disebut sebagai “halt anxiety” yang dapat mempengaruhi keputusan investasi jangka panjang.
Efek jangka pendek vs jangka panjang
dari trading halt juga berbeda. Dalam jangka pendek, biasanya terjadi peningkatan volatilitas ketika pasar dibuka kembali karena akumulasi order selama periode halt. Namun dalam jangka panjang, trading halt dapat membantu menstabilkan pasar dan mencegah crash yang lebih parah.
Strategi yang sebaiknya kamu terapkan ketika menghadapi trading halt adalah tetap tenang dan tidak mengambil keputusan emosional. Gunakan waktu halt untuk melakukan research tambahan, review portofolio, dan mempersiapkan strategi untuk ketika pasar dibuka kembali. Penting juga untuk memiliki emergency fund yang cukup sehingga kamu nggak terpaksa cut loss di waktu yang salah, apalagi saat market sedang dalam fase panik..
Tapi apakah mekanisme trading halt ini hanya berlaku di dunia saham konvensional? Bagaimana dengan pasar kripto yang semakin populer?
Apakah Kripto Bisa Kena Trading Halt Juga?
Dalam cryptocurrency memang tidak memiliki bursa sentral yang diregulasi ketat seperti pasar saham, namun fenomena serupa trading halt tetap terjadi dalam berbagai bentuk dan mekanisme.
Contoh nyata dari penghentian perdagangan kripto cukup banyak dan memberikan pelajaran berharga. Pada Mei 2022, ketika Terra Luna (LUNA) mengalami death spiral dan turun 99% dalam hitungan hari, Binance sebagai exchange terbesar dunia mengambil keputusan untuk menghentikan sementara perdagangan LUNA dan UST untuk melindungi pengguna dari volatilitas ekstrem yang tidak wajar.
Kasus lain terjadi saat Ethereum Merge pada September 2022. Sebagian besar exchange besar termasuk Coinbase, Binance, dan Kraken menghentikan sementara deposit dan withdrawal ETH serta token ERC-20 lainnya selama proses transisi dari Proof of Work ke Proof of Stake. Meskipun trading spot tetap berjalan, aksi ini menunjukkan bahwa exchange kripto memiliki mekanisme perlindungan serupa trading halt.
Ketika FTX collapse pada November 2022, banyak exchange lain secara proaktif melakukan suspend atau menghentikan trading untuk FTT token (token native FTX) untuk mencegah market manipulation dan melindungi pengguna dari risiko yang berlebihan. Keputusan ini diambil meskipun tidak ada regulasi formal yang mengharuskan mereka melakukannya.
Istilah formal “trading halt” memang tidak digunakan secara resmi di dunia kripto, namun praktik serupa disebut dengan berbagai istilah seperti trading pause, market suspension, delisting warning, atau maintenance mode. Exchange biasanya menggunakan istilah yang lebih soft untuk menghindari kepanikan yang berlebihan di kalangan trader.
Peran exchange lokal seperti Indodax dan lainya dalam menjaga keamanan sistem perdagangan kripto di Indonesia sangat penting, terutama untuk melindungi aset kamu dari serangan siber dan manipulasi pasar. Mereka memiliki sistem monitoring 24/7 yang dapat mendeteksi pergerakan harga abnormal atau volume trading yang mencurigakan. Ketika terdeteksi anomali, exchange dapat melakukan temporary halt untuk melakukan investigasi lebih lanjut.
Yang membedakan dengan pasar saham, kripto trading berjalan 24/7 tanpa ada penutupan pasar. Hal ini membuat exchange kripto harus lebih proaktif dalam menerapkan mekanisme perlindungan. Sistem automatic trading suspension biasanya dipicu oleh faktor seperti pergerakan harga lebih dari 50% dalam 1 jam, volume trading yang 10x lipat dari rata-rata, atau deteksi aktivitas market manipulation.
Untuk memberikan konteks yang lebih konkret, mari kita lihat beberapa kasus trading halt yang terjadi di tahun 2025 ini.
Contoh Kasus Trading Halt di Tahun 2025
Tahun 2025 menjadi saksi beberapa momen penting yang menunjukkan betapa seriusnya dampak trading halt terhadap stabilitas pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Indonesia mengalami momen dramatis pada Maret 2025 ketika IHSG anjlok 7% dalam sesi perdagangan pagi. Penyebabnya adalah revisi Undang-Undang Cipta Kerja yang mencakup perubahan signifikan dalam regulasi ketenagakerjaan dan investasi asing. Ketidakpastian terhadap dampak revisi UU ini membuat investor asing melakukan capital outflow besar-besaran. BEI langsung menerapkan trading halt selama 30 menit pada pukul 10:15 WIB. Setelah dibuka kembali, pasar sempat rebound 2% namun ditutup dengan penurunan 4,8%.
Pakistan Stock Exchange pada Mei 2025 mengalami salah satu trading halt terpanjang dalam sejarahnya. KSE-100 Index turun 7,2% dalam 15 menit pertama perdagangan akibat eskalasi ketegangan geopolitik dengan India terkait sengketa Kashmir. Trading dihentikan selama 45 menit, dan ketika dibuka kembali, penjualan masih berlanjut hingga indeks ditutup turun 12,3%. Kasus ini menunjukkan bahwa trading halt tidak selalu efektif mencegah penurunan lebih lanjut jika fundamental masalahnya belum terselesaikan.
Amerika Serikat pada April 2025 juga tidak luput dari volatilitas tinggi. S&P 500 turun 7% dalam sesi pre-market setelah Presiden mengumumkan pengenaan tarif impor baru sebesar 25% untuk produk teknologi dari China. Trading halt diberlakukan selama 15 menit ketika pasar dibuka, diikuti dengan halt kedua ketika penurunan mencapai 13%. Menariknya, sektor teknologi seperti Apple, Microsoft, dan Google menjadi yang paling terpukul karena ketergantungan supply chain mereka dengan China.
Kasus di Bursa Tokyo pada Februari 2025 memberikan pelajaran tentang pentingnya sistem backup. Nikkei 225 turun 6% akibat data inflasi Jepang yang lebih tinggi dari ekspektasi, namun trading halt yang seharusnya berlangsung 20 menit malah diperpanjang menjadi 2 jam karena gangguan teknis pada sistem utama. Hal ini menyebabkan kepanikan tambahan di kalangan investor dan memberikan tekanan pada bursa Asia lainnya.
Pelajaran penting dari kasus-kasus ini adalah bahwa trading halt dapat terjadi kapan saja dan dipicu oleh berbagai faktor. Investor yang cerdas adalah mereka yang selalu mempersiapkan diri dengan strategi risk management yang baik, tidak memasang leverage berlebihan, dan memiliki diversifikasi portofolio yang adequate supaya hati tetap tenang meski market sedang tidak bersahabat
Dari berbagai contoh kasus ini, kamu dapat melihat bahwa trading halt bisa muncul di mana saja dan kapan saja. Namun, masih banyak investor yang keliru memahami perbedaan antara trading halt dengan mekanisme penghentian perdagangan lainnya.
Perbedaan Trading Halt, Suspensi, dan Delisting
Untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat berujung pada keputusan investasi yang keliru, kamu perlu memahami dengan jelas perbedaan antara ketiga konsep ini.
Aspek | Trading Halt | Suspensi | Delisting |
Definisi | Penghentian perdagangan sementara karena kondisi pasar abnormal | Penghentian perdagangan karena pelanggaran atau investigasi | Penghapusan permanen saham dari bursa |
Durasi | Menit hingga beberapa jam | Hari hingga minggu/bulan | Permanen |
Penyebab | Volatilitas ekstrem, informasi material, gangguan teknis | Pelanggaran disclosure, dugaan fraud, masalah korporasi | Tidak memenuhi listing requirement, bangkrut, voluntary |
Dampak Investor | Posisi tetap ada, trading dilanjutkan | Posisi terkunci, ketidakpastian tinggi | Kehilangan investasi atau pindah ke OTC market |
Proses Recovery | Otomatis setelah kondisi normal | Memerlukan compliance/investigasi selesai | Biasanya tidak ada recovery |
Trading halt
Memiliki karakteristik yang paling “ringan” di antara ketiganya. Posisi investasi kamu tetap aman, dan perdagangan akan dilanjutkan setelah kondisi pasar kembali normal atau informasi material sudah diklarifikasi. Sebagai investor, kamu hanya perlu bersabar menunggu dan menggunakan waktu tersebut untuk evaluasi strategi.
Suspensi
Jauh lebih serius dan mengkhawatirkan. Ketika saham di-suspend, artinya ada masalah fundamental dengan perusahaan tersebut yang sedang dalam investigasi. Contohnya adalah kasus suspensi saham Hanson International (MYRX) pada 2019 karena dugaan manipulasi laporan keuangan. Suspensi ini berlangsung selama berbulan-bulan dan ketika dibuka kembali, harga saham langsung turun drastis.
Delisting
Merupakan skenario terburuk bagi investor. Ketika saham di-delist, kamu sebagai pemegang saham akan kesulitan untuk menjual posisi karena tidak ada lagi market yang likuid. Saham mungkin masih bisa diperdagangkan di over-the-counter (OTC) market, namun dengan spread yang lebar dan likuiditas yang sangat rendah.
Penting untuk memahami bahwa ketiga mekanisme ini memiliki warning signs yang berbeda. Trading halt biasanya terjadi tiba-tiba tanpa peringatan sebelumnya. Suspensi biasanya didahului oleh unusual market activity atau pengumuman dari regulator. Sementara delisting biasanya melalui proses panjang dengan beberapa peringatan dan kesempatan bagi perusahaan untuk comply dengan persyaratan bursa.
Strategi menghadapi masing-masing situasi juga berbeda. Untuk trading halt, tetap tenang dan gunakan waktu untuk analisis. Untuk suspensi, lakukan research mendalam tentang masalah yang dihadapi perusahaan dan pertimbangkan untuk cut loss jika fundamentalnya memburuk. Untuk delisting, segera ambil tindakan sebelum likuiditas hilang sepenuhnya.
Setelah memahami berbagai aspek teknis dan praktis tentang trading halt, mari kita rangkum semua poin penting dalam kesimpulan yang komprehensif.
Kesimpulan: Trading Halt Bukan Momok, Tapi Alarm Penting
Setelah membahas berbagai aspek trading halt secara mendalam, dapat disimpulkan bahwa fenomena ini bukanlah sesuatu yang harus ditakuti secara berlebihan, melainkan sistem peringatan dini yang dirancang untuk melindungi kepentingan investor.
Trading halt adalah mekanisme perlindungan pasar yang telah terbukti efektif dalam mencegah panic selling dan memberikan waktu bagi pelaku pasar untuk mengambil keputusan yang lebih rasional. Dalam konteks Indonesia, sistem yang diterapkan BEI dengan threshold 8% dan 15% untuk IHSG, serta ARB 15% untuk saham individual, telah membantu menjaga stabilitas pasar selama bertahun-tahun.
Pemahaman yang tepat tentang cara kerja trading halt akan membantu kamu sebagai investor atau trader untuk tetap tenang dan tidak mengambil keputusan emosional ketika situasi ini terjadi. Yang terpenting adalah memiliki strategi risk management yang solid, diversifikasi portofolio yang baik, dan tidak menggunakan leverage berlebihan yang dapat memperburuk posisi kamu ketika terjadi volatilitas tinggi.
Perkembangan teknologi juga membuat mekanisme trading halt semakin sophisticated dan responsif. Sistem otomatis yang dapat mendeteksi dan merespon pergerakan pasar abnormal dalam hitungan detik membantu menjaga integritas pasar. Namun, sebagai investor modern, kamu juga perlu memahami bahwa pasar kripto memiliki dinamika yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang disesuaikan.
Edukasi berkelanjutan tentang mekanisme pasar seperti trading halt sangat penting untuk membantu kamu menjadi investor yang lebih matang dan siap menghadapi berbagai kondisi pasar. Volatilitas adalah bagian natural dari investasi, dan trading halt adalah salah satu tools yang membantu mengelola risiko sistemik tersebut.
Itulah informasi menarik tentang trading halt yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apakah trading halt itu berbahaya bagi investor?
Trading halt tidak berbahaya dan justru dirancang untuk melindungi investor. Mekanisme ini mencegah panic selling berlebihan dan memberikan waktu bagi pelaku pasar untuk mencerna informasi dengan lebih baik. Posisi investasi kamu tetap aman selama trading halt, dan perdagangan akan dilanjutkan setelah kondisi normal.
2. Apakah pasar kripto juga bisa mengalami trading halt?
Ya, meskipun tidak menggunakan istilah “trading halt” secara formal. Exchange kripto menggunakan mekanisme seperti trading pause, market suspension, atau maintenance mode ketika terjadi volatilitas ekstrem atau masalah teknis. Contohnya Binance yang menghentikan trading LUNA saat crash 2022.
3. Bagaimana cara mengetahui kapan sedang terjadi trading halt?
Kamu bisa memantau melalui beberapa channel: pengumuman resmi di website dan media sosial BEI, notifikasi di aplikasi trading yang kamu gunakan, alert dari broker, dan pemberitaan di media keuangan. Platform trading biasanya menampilkan status “HALT” atau “SUSPENDED” pada saham yang terdampak.
4. Apakah semua saham bisa mengalami trading halt?
Ya, semua saham yang tercatat di BEI bisa mengalami trading halt jika memenuhi kriteria tertentu. Untuk individual stock, pemicu utamanya adalah penurunan harga 15% (ARB) atau adanya informasi material yang signifikan. Untuk halt pasar keseluruhan, pemicunya adalah penurunan IHSG 8% atau 15%.
5. Berapa lama biasanya trading halt berlangsung?
Durasi trading halt bervariasi tergantung penyebabnya. Untuk penurunan IHSG, biasanya 30 menit per level (8% dan 15%). Untuk individual stock karena ARB, bisa 30 menit hingga beberapa jam. Untuk informasi material, bisa berlangsung hingga ada klarifikasi resmi dari emiten yang biasanya dalam 1-2 hari bursa.
6. Apa yang harus dilakukan investor saat terjadi trading halt?
Tetap tenang dan jangan panik. Gunakan waktu tersebut untuk melakukan research tambahan, menganalisis penyebab halt, dan mengevaluasi strategi investasi. Hindari mengambil keputusan emosional. Jika halt disebabkan masalah fundamental, pertimbangkan untuk review posisi ketika trading dibuka kembali.
7. Apakah order yang sudah ditempatkan akan hilang saat trading halt?
Order yang sudah masuk ke sistem sebelum halt biasanya akan di-queue dan dieksekusi ketika trading dibuka kembali, tergantung jenis order dan kondisi pasar. Namun, sebaiknya periksa status order di platform trading kamu dan konsultasi dengan broker jika ada keraguan.
8. Bisakah trading halt terjadi di luar jam perdagangan regular?
Trading halt untuk pasar saham Indonesia hanya berlaku selama jam perdagangan bursa (09:00-16:00 WIB). Namun, untuk pasar kripto yang berjalan 24/7, trading pause bisa terjadi kapan saja. Pre-market dan after-market trading juga bisa mengalami halt di beberapa bursa internasional.
Author: RB