Masa Depan Fair Trade Ada di Teknologi Blockchain
icon search
icon search

Top Performers

Masa Depan Fair Trade Ada di Teknologi Blockchain

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Masa Depan Fair Trade Ada di Teknologi Blockchain

Masa Depan Fair Trade Ada di Teknologi Blockchain

Daftar Isi

Saat Keadilan Dagang Bertemu Teknologi

Kopi yang kamu nikmati setiap pagi menyimpan cerita panjang yang tidak selalu terlihat. Di balik aroma dan rasa yang akrab, ada petani kecil yang bekerja keras di lereng pegunungan, menghadapi fluktuasi harga komoditas dan ketidakpastian pasar. Di sisi lain rantai pasok, konsumen semakin menuntut transparansi: siapa yang memproduksi barang ini, bagaimana kondisi kerjanya, dan apakah mereka menerima nilai yang layak.

Gerakan fair trade hadir sebagai upaya memperbaiki ketimpangan itu. Prinsipnya sederhana: produsen kecil harus mendapatkan harga yang adil, hak pekerja dilindungi, dan praktik produksi dijalankan secara berkelanjutan. Namun tantangan baru muncul ketika perdagangan semakin kompleks, dan informasi yang mengalir di setiap tahap rantai pasok semakin sulit diverifikasi.

Di titik inilah blockchain mulai menarik perhatian. Teknologi ini menawarkan cara untuk mencatat data produksi dan transaksi dengan lebih transparan, memastikan setiap pihak dapat melihat perjalanan sebuah komoditas dari awal hingga akhir. Kombinasi fair trade dan blockchain membuka peluang baru untuk menghadirkan keadilan dagang yang benar-benar dapat dibuktikan, bukan sekadar diklaim.

 

Apa Itu Fair Trade dan Mengapa Kamu Perlu Memahaminya?

Fair trade pada dasarnya adalah upaya mengubah cara perdagangan bekerja, agar produsen kecil – petani, nelayan, perajin, pekerja di negara berkembang – tidak lagi menjadi pihak yang paling banyak menanggung risiko, tetapi paling sedikit menikmati hasil. Gerakan ini menggabungkan prinsip keadilan harga, perlindungan hak pekerja, keberlanjutan lingkungan, dan hubungan dagang yang lebih setara.

Secara global, sistem ini sudah berkembang menjadi jaringan besar. Ada ribuan organisasi produsen yang tergabung, mewakili hampir dua juta petani dan pekerja yang komoditasnya beredar di berbagai pasar. Melalui skema ini, mereka tidak hanya menerima harga minimum yang lebih layak, tetapi juga jatah dana tambahan yang digunakan untuk membangun sekolah, fasilitas kesehatan, pelatihan, dan program adaptasi iklim di komunitas mereka.

Alasan mengapa kamu perlu memahami fair trade cukup sederhana: setiap keputusan belanja punya konsekuensi. Produk yang kamu beli hari ini bisa ikut menentukan apakah petani kopi di daerah pegunungan mendapatkan penghasilan yang manusiawi, atau justru terus terjebak dalam siklus harga yang tidak adil. Memahami fair trade membantu kamu melihat sisi lain dari perdagangan, yang sering tertutup rapat oleh label harga.

Namun untuk memahami urgensi fair trade, kamu juga perlu melihat seperti apa wajah rantai pasok konvensional tanpa perlindungan ini.

 

Masalah Keadilan dalam Rantai Pasok Konvensional

Dalam sistem perdagangan konvensional, posisi tawar paling lemah hampir selalu berada di hulu: petani kecil, nelayan, dan pekerja yang menghasilkan komoditas mentah. Mereka berhadapan dengan beberapa fakta pahit: akses pasar terbatas, ketergantungan pada tengkulak, lemahnya informasi harga, serta minimnya perlindungan kontraktual.

Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, rumah tangga petani jumlahnya puluhan juta. Namun luas lahan banyak di antaranya sangat kecil, sehingga daya tawar mereka terhadap pembeli besar praktis sangat rendah. Di satu sisi rantai pasok, ada raksasa dagang dan perusahaan multinasional; di sisi lainnya, ada keluarga petani yang tidak punya kekuatan negosiasi.

Masalah tidak berhenti di harga. Kondisi kerja buruh di kebun, pabrik, dan gudang seringkali jauh dari standar layak. Penggunaan tenaga kerja anak, jam kerja berlebihan, hingga tidak adanya jaminan keselamatan masih ditemukan di berbagai rantai pasok komoditas global. Pada saat yang sama, konsumen di kota besar mengkonsumsi produk akhir tanpa pernah benar-benar tahu apa yang terjadi di baliknya.

Situasi ini menunjukkan bahwa pasar bebas saja tidak cukup untuk memastikan keadilan. Tanpa intervensi nilai dan standar, kompetisi harga sering berujung pada pengorbanan pihak yang paling lemah. Di sinilah fair trade mencoba menawarkan cara lain untuk mengatur hubungan dagang.

 

Prinsip Fair Trade: Dari Harga Hingga Martabat Pekerja

Fair trade bukan hanya soal menempelkan label di kemasan produk. Di balik satu logo sederhana, ada seperangkat prinsip yang cukup ketat. Intinya, produsen tidak boleh diperlakukan sekadar sebagai pemasok murah, tetapi sebagai mitra yang dihargai.

Kamu bisa melihatnya dari beberapa elemen pokok. Pertama, fair trade mensyaratkan harga yang menutupi biaya produksi sekaligus memberi ruang hidup layak. Di atas itu, ada tambahan dana komunitas yang dikelola secara kolektif untuk membiayai kebutuhan jangka panjang seperti pendidikan, kesehatan, atau perbaikan infrastruktur desa.

Kedua, fair trade menuntut lingkungan kerja yang menghormati hak asasi pekerja: upah adil, jam kerja yang masuk akal, hak berserikat, dan larangan eksploitasi anak. Prinsip ini membuat produk bukan hanya “baik” di sisi konsumen, tetapi juga etis di sisi produksi.

Ketiga, fair trade mendorong praktik produksi yang lebih ramah lingkungan: pengurangan bahan kimia berbahaya, perlindungan keanekaragaman hayati, hingga adaptasi terhadap perubahan iklim. Ini penting karena banyak komunitas produsen justru paling rentan terhadap krisis iklim, padahal mereka berkontribusi kecil terhadap emisi global.

Rangkaian prinsip ini membentuk visi yang kuat tentang perdagangan yang berkeadilan. Namun di lapangan, mewujudkannya bukan perkara mudah, terutama ketika rantai pasok semakin panjang dan kompleks.

 

Mengapa Fair Trade Saja Belum Cukup di Era Informasi?

Meskipun fair trade sudah berjalan puluhan tahun, masih ada sejumlah keterbatasan yang membuatnya sulit menjangkau lebih banyak produsen dan konsumen. Salah satunya adalah proses sertifikasi yang rumit dan mahal untuk ukuran kelompok petani kecil. Pengumpulan data, audit berkala, hingga pemenuhan standar administratif sering kali menjadi beban tambahan.

Selain itu, rantai pasok sekarang tidak lagi sesederhana produsen–importir–retailer. Di tengahnya ada berbagai perantara: broker, trader, konsolidator, hingga perusahaan logistik. Setiap tambahan mata rantai membuat proses pelacakan asal barang semakin sulit. Akibatnya, sangat mungkin produk yang mengklaim etis masih menyimpan celah ketidakadilan di salah satu titik rantai pasok.

Dari sisi konsumen, keterbatasan informasi juga masih terasa. Label di kemasan hanya bisa menceritakan sedikit hal. Mereka yang ingin tahu lebih dalam tentang perjalanan komoditas dari kebun hingga rak toko sering kali tidak punya akses ke data yang lengkap dan dapat dipercaya.

Keterbatasan-keterbatasan ini tidak berarti fair trade gagal, tetapi menunjukkan bahwa pendekatan manual dan birokratis saja tidak lagi memadai. Di tengah arus data yang semakin besar, dibutuhkan cara baru untuk membangun kepercayaan secara lebih terbuka. Di titik inilah blockchain mulai relevan.

 

Mengenal Blockchain sebagai Infrastruktur Kepercayaan Baru

Bagi banyak orang, blockchain identik dengan aset kripto. Padahal, di balik itu, blockchain adalah cara baru untuk menyimpan dan membagikan data secara terdesentralisasi,  konsep yang juga kamu temukan ketika mempelajari teknologi blockchain di sektor finansial digital. Bayangkan buku besar akuntansi yang tidak disimpan di satu server pusat, tetapi disalin ke banyak komputer sekaligus. Setiap perubahan harus disepakati jaringan, dan setiap catatan baru terhubung dengan catatan sebelumnya secara kriptografis.

Konsekuensinya cukup menarik: data yang sudah tercatat sangat sulit diubah tanpa jejak. Transparansi meningkat karena siapa pun yang berhak bisa menelusuri riwayat transaksi. Audit menjadi lebih mudah karena semua pihak mengacu pada sumber data yang sama.

Dalam konteks perdagangan, terutama yang melibatkan banyak pihak, blockchain menawarkan sesuatu yang sangat berharga: kepercayaan yang tidak bergantung pada satu lembaga saja. Ini membuatnya cocok dipasangkan dengan fair trade, yang tujuannya memang membangun kepercayaan antara produsen, pelaku usaha, dan konsumen.

Saat kamu menggabungkan prinsip keadilan fair trade dengan infrastruktur data yang tidak mudah dimanipulasi, kamu mulai melihat gambaran baru tentang bagaimana rantai pasok bisa dikelola.

 

Cara Blockchain Menguatkan Fair Trade

Blockchain tidak otomatis membuat perdagangan menjadi adil. Namun ketika desain sistemnya dibuat selaras dengan prinsip fair trade, teknologi ini bisa menjadi alat yang sangat kuat. Ada beberapa mekanisme yang bisa menjelaskan bagaimana keduanya saling menguatkan.

 

Transparansi Rantai Pasok dari Kebun hingga Konsumen

Dalam sistem tradisional, informasi tentang asal produk seringkali berhenti di level eksportir atau importir. Petani dan konsumen sama-sama tidak punya visibilitas penuh terhadap apa yang terjadi di antara mereka. Dengan blockchain, setiap tahap bisa dicatat: dari panen, pengolahan, pengiriman, hingga distribusi akhir.

Setiap pengiriman bisa diberi identitas digital yang mengikuti barang secara konsisten. Ketika kamu memindai kode di kemasan kopi, misalnya, kamu bisa melihat dari kebun mana biji itu berasal, kapan dipanen, siapa koperasi yang mengelolanya, hingga kapan masuk ke gudang di negara tujuan. Informasi ini bukan hanya menarik, tetapi juga membangun kepercayaan bahwa klaim fair trade bukan sekadar slogan.

Transparansi seperti ini sangat membantu ketika ada sengketa harga, tuduhan pelanggaran hak pekerja, atau klaim lingkungan. Data tidak lagi bergantung pada laporan satu pihak, melainkan pada catatan bersama yang lebih sulit diputarbalikkan.

 

Mekanisme Harga Berkeadilan dengan Smart Contract

Salah satu inti fair trade adalah jaminan harga minimum dan pemberian dana premium untuk komunitas. Di banyak kasus, kesepakatan harga ini dituangkan dalam kontrak tertulis, tetapi pelaksanaannya tetap bergantung pada itikad baik pembeli dan kompleksitas administrasi.

Blockchain memungkinkan kontrak tersebut dikonversi menjadi smart contract, yaitu program otomatis yang memastikan aturan dijalankan tanpa perantara — mekanisme yang mirip dengan penjelasan dasar tentang cara kerja smart contract dalam ekosistem aset digital. Misalnya, ketika koperasi mengirim bukti pengiriman barang dan data itu dikonfirmasi di jaringan, pembayaran minimum price dan premium langsung ditransfer ke rekening yang telah disepakati.

Dengan mekanisme ini, kemungkinan pemotongan sepihak atau keterlambatan pembayaran bisa dikurangi. Petani dan pekerja tidak perlu menunggu proses verifikasi manual yang panjang. Mereka tahu bahwa ketika kondisi tertentu terpenuhi, hak mereka akan diterima.

 

Tokenisasi Komoditas dan Identitas Produsen

Tokenisasi adalah proses mengubah kepemilikan suatu aset menjadi representasi digital di blockchain, konsep yang semakin dikenal lewat berbagai aplikasi tokenisasi aset di sektor finansial dan Web3. Dalam fair trade, komoditas seperti kopi, kakao, teh, atau madu bisa direpresentasikan sebagai token yang melambangkan satu batch produk tertentu.

Token ini dapat memuat informasi penting: asal, kualitas, sertifikasi, dan status fair trade. Ketika token pindah tangan di sepanjang rantai pasok, riwayatnya tercatat secara permanen. Hal ini mempermudah pelacakan dan sekaligus membuka peluang pembiayaan baru, misalnya pembelian panen di muka dengan sistem yang lebih transparan.

Identitas produsen juga bisa dibuat lebih kuat. Koperasi atau kelompok petani dapat memiliki profil digital yang menunjukkan rekam jejak produksi, kepatuhan terhadap standar, dan dampak sosial yang telah dihasilkan. Semakin baik rekam jejaknya, semakin besar peluang mereka mendapatkan mitra dagang yang berkualitas.

Dengan kombinasi transparansi rantai pasok, smart contract, dan tokenisasi, fair trade punya kesempatan untuk melompat ke level baru. Namun setiap konteks negara memiliki tantangannya sendiri, termasuk Indonesia.

 

Peluang Fair Trade Berbasis Blockchain di Indonesia

Indonesia punya modal besar untuk mengembangkan fair trade yang diperkuat teknologi. Dari sisi komoditas, kamu bisa menyebut kopi, kakao, teh, gula aren, rempah, hingga produk perikanan tradisional — terutama kopi yang sudah sering dibahas dalam konteks komoditas digital dan ekonomi berbasis data. Banyak di antara komoditas ini sudah menjadi pemain penting di pasar ekspor dan memiliki cerita kuat di baliknya.

Dari sisi pelaku, jumlah rumah tangga petani yang sangat besar mencerminkan potensi inklusi ekonomi jika akses ke pasar adil dapat diperluas. Komunitas petani kopi specialty, misalnya, sudah banyak yang terhubung dengan pembeli internasional dan mulai akrab dengan konsep kualitas, traceability, dan cerita asal kopi.

Blockchain bisa membantu Indonesia memperkuat posisi di segmen pasar yang peduli etika dan keberlanjutan. Produk yang dilengkapi data asal yang jelas, jejak produksi yang terdokumentasi, dan bukti bahwa produsen menerima nilai yang wajar akan lebih menarik bagi konsumen yang sensitif terhadap aspek sosial dan lingkungan.

Di saat yang sama, penggunaan teknologi ini dapat meningkatkan reputasi koperasi dan usaha kecil yang selama ini kesulitan membuktikan praktik baik mereka. Ketika data yang jujur dan konsisten menjadi dasar reputasi, pelaku yang serius menerapkan prinsip fair trade akan lebih mudah menonjol.

Tentu saja, peluang ini tidak akan otomatis terwujud tanpa menghadapi beberapa hambatan penting.

 

Tantangan Mengintegrasikan Blockchain dalam Praktik Fair Trade

Menggabungkan fair trade dan blockchain kedengarannya ideal, tetapi implementasinya tidak sesederhana menulis whitepaper. Tantangan pertama adalah literasi digital. Banyak petani dan pekerja di sektor agrikultur belum terbiasa menggunakan sistem informasi yang kompleks, apalagi teknologi berbasis blockchain.

Tantangan kedua adalah infrastruktur. Koneksi internet di wilayah terpencil tidak selalu stabil, sementara sistem berbasis blockchain membutuhkan akses data yang cukup konsisten. Tanpa dukungan infrastruktur, konsep transparansi real time akan sulit dicapai.

Tantangan ketiga adalah regulasi dan tata kelola. Penggunaan smart contract dan tokenisasi harus berjalan sejalan dengan aturan keuangan, perdagangan, dan perlindungan konsumen. Diperlukan panduan yang jelas agar inovasi tidak bertabrakan dengan aturan yang sudah ada, sekaligus tidak dimanfaatkan untuk praktik spekulatif yang justru merugikan produsen kecil.

Di luar itu, ada tantangan koordinasi antar lembaga: koperasi, eksportir, lembaga sertifikasi, pemerintah, sampai perusahaan teknologi perlu duduk satu meja untuk menyepakati standar. Tanpa kesepakatan yang cukup, implementasi akan terpecah-pecah dan sulit memberi dampak luas.

Tantangan-tantangan ini bukan alasan untuk berhenti. Justru dengan memetakannya lebih jujur, kamu bisa mulai merancang langkah konkret yang lebih realistis.

 

Langkah Menuju Masa Depan Fair Trade Digital

Jika kamu melihat fair trade dan blockchain sebagai kombinasi yang menjanjikan, pertanyaan berikutnya adalah: apa yang bisa dilakukan secara bertahap, bukan hanya dalam bentuk wacana?

Salah satu langkah awal adalah memulai dari pilot project yang sempit tetapi terukur. Misalnya, satu koperasi kopi di satu daerah bekerja sama dengan mitra dagang dan penyedia teknologi untuk mencatat data produksi di blockchain. Fokusnya bukan memamerkan teknologi, tetapi menjawab persoalan konkret: transparansi, kecepatan pembayaran, dan pembuktian harga yang diterima petani.

Langkah penting lainnya adalah pendidikan. Petani, pengurus koperasi, dan pelaku usaha kecil perlu memahami manfaat praktis dari sistem baru ini. Mereka perlu melihat bahwa data bukan sekadar kewajiban administrasi, tetapi aset yang bisa meningkatkan posisi tawar.

Di sisi lain, konsumen juga perlu didorong untuk menghargai nilai tambah transparansi. Jika informasi detail tentang asal produk dan dampak sosial tersedia, dukungan pasar terhadap produk yang lebih adil bisa menguat. Kombinasi permintaan yang sadar dan produsen yang terlindungi dapat menciptakan siklus positif yang sulit tercapai tanpa infrastruktur data yang kuat.

Pada akhirnya, masa depan fair trade yang bertumpu pada teknologi tidak akan ditentukan oleh algoritma semata, tetapi oleh seberapa serius aktor-aktor di dalamnya menggunakan teknologi untuk memulihkan keadilan, bukan sekadar menciptakan tampilan baru.

 

Penutup: Keadilan Dagang yang Disangga Data

Fair trade lahir dari kesadaran bahwa perdagangan tidak netral. Selalu ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan, dan tanpa koreksi nilai, pihak terlemah hampir selalu berada di hulu. Blockchain, di sisi lain, lahir dari kebutuhan membangun kepercayaan di lingkungan yang tidak saling mengenal, sesuatu yang juga menjadi fondasi berkembangnya ekosistem Web3 dan infrastruktur digital berbasis aset kripto.

Ketika keduanya digabungkan, kamu mendapatkan kerangka baru untuk merancang perdagangan yang lebih jujur: harga yang tidak lagi ditentukan sepihak, hak pekerja yang tidak mudah diabaikan, dan klaim etis yang bisa diuji oleh siapa saja yang peduli.

Tentu saja, masa depan seperti ini tidak akan hadir dalam sekejap. Diperlukan eksperimen, kebijakan yang adaptif, dan kesediaan untuk belajar dari kegagalan. Namun jika arah besarnya jelas, setiap langkah kecil menuju transparansi dan keadilan akan bernilai.

Pada akhirnya, pertanyaannya bukan lagi apakah teknologi akan masuk ke praktik fair trade, tetapi bagaimana kamu ingin teknologi tersebut digunakan: sekadar sebagai label baru, atau sebagai fondasi keadilan dagang yang benar-benar terasa sampai ke petani dan pekerja di lapangan.

 

Itulah informasi menarik tentang Fair Trade yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ 

1. Apakah fair trade bisa berjalan tanpa bantuan blockchain?

Bisa. Fair trade sudah berjalan jauh sebelum blockchain dikenal. Namun tanpa dukungan sistem data yang kuat, fair trade menghadapi kendala transparansi, biaya administrasi, dan keterbatasan akses informasi bagi produsen dan konsumen.

2. Bagaimana blockchain membantu memastikan petani menerima harga yang adil?

Blockchain memungkinkan kesepakatan harga minimum dan dana premium diwujudkan dalam smart contract. Ketika syarat tertentu terpenuhi, seperti pengiriman barang yang sudah terverifikasi, pembayaran otomatis dikirim ke akun yang telah disepakati, sehingga potensi pemotongan sepihak dapat dikurangi.

3. Komoditas apa saja yang cocok untuk skema fair trade berbasis blockchain?

Kopi, kakao, teh, gula aren, madu hutan, rempah, dan berbagai produk perikanan tangkap tradisional adalah contoh komoditas yang sangat cocok. Rantai pasoknya cukup kompleks, sementara konsumen memiliki minat tinggi pada aspek kualitas, asal, dan etika produksinya.

4. Apakah penggunaan blockchain akan membuat produk fair trade lebih mahal bagi konsumen?

Biaya implementasi teknologi memang ada, tetapi blockchain juga berpotensi mengurangi biaya lain seperti audit manual, birokrasi, atau perantara berlapis. Jika dirancang dengan baik, efisiensi ini dapat menyeimbangkan biaya sehingga produk tidak harus menjadi jauh lebih mahal.

5. Kapan kamu bisa berharap melihat fair trade berbasis blockchain di Indonesia?

Waktunya sangat bergantung pada seberapa cepat koperasi, lembaga sertifikasi, pemerintah, dan penyedia teknologi berkolaborasi. Dalam beberapa tahun ke depan, kemungkinan besar kamu akan mulai melihat contoh-contoh pilot project di komoditas unggulan seperti kopi atau kakao, yang kemudian bisa berkembang menjadi praktik lebih luas jika terbukti memberi manfaat nyata bagi produsen dan konsumen.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Blockchain

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 8.90%
bnb BNB 0.83%
sol Solana 4.89%
eth Ethereum 2.37%
ada Cardano 1.18%
pol Polygon Ecosystem Token 2.18%
trx Tron 2.84%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
PRIME/IDR
Echelon Pr
17.900
30.02%
MAVIA/IDR
Heroes of
1.041
24.52%
BAL/IDR
Balancer
12.370
24.21%
HONEY/IDR
Hivemapper
217
20.56%
VOXEL/IDR
Voxies
536
18.85%
Nama Harga 24H Chg
H/IDR
Humanity P
1.338
-34.99%
MILK/IDR
Milkyway
204
-25.55%
RFC/IDR
Retard Fin
27
-19.7%
RED2/IDR
RED
2.513K
-17.29%
VRA/IDR
Verasity
5
-16.67%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Free Rider: Arti, Masalah, dan Relevansinya di Crypto
04/12/2025
Free Rider: Arti, Masalah, dan Relevansinya di Crypto

Free rider sering dibahas di kelas ekonomi, artikel perpajakan, atau

04/12/2025
Masa Depan Fair Trade Ada di Teknologi Blockchain
04/12/2025
Masa Depan Fair Trade Ada di Teknologi Blockchain

Saat Keadilan Dagang Bertemu Teknologi Kopi yang kamu nikmati setiap

04/12/2025
Lagging Indicator Adalah Panduan Baca Tren Tanpa Spekulasi
04/12/2025
Lagging Indicator Adalah Panduan Baca Tren Tanpa Spekulasi

Kalau kamu perhatikan, banyak hal penting di ekonomi, bisnis, sampai

04/12/2025