Pernah kebayang gak sih, zaman dulu ada orang yang nambang Bitcoin cuma pakai laptop? Cuma modal iseng, bisa dapat puluhan BTC. Tapi sekarang?
Per Juli 2025, hashrate jaringan Bitcoin udah nembus 550 exahash per detik. Artinya, makin tinggi daya komputasi global, makin susah buat siapa pun—termasuk kamu—buat nemuin satu blok baru. Meskipun begitu, dunia mining kripto justru makin rame. Banyak yang penasaran: “Masih bisa cuan gak sih dari mining di era sekarang?”
Nah, dari situ muncul dua pilihan besar: Solo mining atau pool mining. Ada yang bilang solo mining itu high risk high reward, sedangkan pool mining itu stabil tapi kecil. Tapi, apa benar sesimpel itu? Dan di 2025, mana yang sebenarnya lebih realistis dan efisien buat penambang rumahan atau skala menengah?
Yuk, kita bahas dalam artikel ini. Kita bongkar dalam-dalam, dari sisi teknis, peluang, risiko, sampai strategi cuan. Santai aja, sob. Artikel ini ditulis bukan buat robot, tapi buat kamu yang pengen ngerti mining pakai logika dan perasaan.
Apa Itu Solo Mining dan Pool Mining?
Buat kamu yang baru mulai, solo mining itu artinya kamu menambang sendirian, tanpa bantuan siapa pun. Kamu jalankan node sendiri, koneksi ke blockchain sendiri, dan proses validasi transaksi dilakukan dari perangkat kamu langsung.
Kalau kamu berhasil menemukan blok, semua reward—termasuk biaya transaksi—jadi milikmu. Tapi, lawanmu bukan sembarangan. Kamu bakal bersaing dengan seluruh jaringan penambang dunia yang punya hashrate luar biasa besar.
Di sisi lain, pool mining mengajak kamu kerja sama. Kamu gabung ke mining pool, menyumbangkan sebagian kekuatan komputasimu ke kumpulan penambang lain, dan ketika pool itu berhasil menemukan blok, reward-nya dibagi rata (atau proporsional) sesuai kontribusi. Kamu gak dapat 100%, tapi peluang dapet lebih besar dan penghasilannya lebih stabil.
Setelah ngerti definisi dasarnya, sekarang kita lanjut bahas perbedaan teknis dan strategis antara keduanya. Karena paham sistemnya aja gak cukup—kamu juga harus ngerti mana yang cocok untuk jangka panjang.
Perbandingan Solo vs Pool Mining: Modal, Reward, dan Risiko
Banyak yang bingung pilih jalan mana karena belum lihat perbandingan realnya. Nah, tabel di bawah ini ngebedain aspek penting dari solo dan pool mining secara menyeluruh.
Aspek | Solo Mining | Pool Mining |
Perangkat | Butuh node penuh, rig khusus (ASIC) | Cukup pakai ASIC/GPU + koneksi ke pool |
Biaya Awal | Tinggi (perangkat, listrik, koneksi 24 jam) | Relatif rendah, bisa mulai dari skala kecil |
Peluang Dapet Blok | Sangat kecil tanpa >1 PH/s | Jauh lebih tinggi karena kekuatan kolektif |
Reward | 100% jika berhasil | Dibagi sesuai kontribusi |
Stabilitas Income | Tidak menentu, bisa nihil berbulan-bulan | Rutin, meskipun kecil |
Kontrol Sistem | Penuh (setting bebas) | Terbatas (ikut aturan pool) |
Fee | Tidak ada | Ada fee pool (1–2%) |
Kecocokan | Profesional/farm skala besar | Pemula, intermediate, mining rumahan |
Nah, setelah tahu peta kekuatan dan kelemahan keduanya, pertanyaan besarnya: “Kalau di 2025, solo mining masih layak gak sih?
Apakah Solo Mining Masih Layak di 2025?
Secara teknis: solo mining bisa. Tapi secara realistis: berat banget. Kenapa?
Karena sekarang bukan 2013. Di 2025, satu unit Antminer S19 Pro (110 TH/s) cuma nyumbang sekitar 0,00002% dari total hashrate global. Artinya, probabilitas kamu berhasil nemu 1 blok sendirian bisa butuh waktu bertahun-tahun.
Memang ada kasus langka: beberapa penambang solo berhasil jackpot, dapet 6,25 BTC dalam semalam. Tapi itu lebih mirip keberuntungan ekstrem daripada strategi berulang.
Selain itu, kamu juga harus mikir soal biaya: listrik, pemeliharaan hardware, potensi downtime, hingga kebutuhan bandwidth yang konstan.
Jadi kalau solo terasa terlalu ekstrem, apakah pool mining memang solusi paling masuk akal? Yuk kita bedah lebih dalam.
Kelebihan & Kekurangan Pool Mining
Pool mining jadi opsi favorit karena lebih ramah buat banyak orang. Dari sisi penghasilan, kamu gak perlu nunggu lama atau berharap hoki. Sistemnya juga fleksibel, tinggal pilih pool yang sesuai—entah F2Pool, ViaBTC, atau Foundry USA yang sekarang jadi pool raksasa di 2025.
Keunggulan pool mining:
- Stabil: dapet reward harian atau mingguan
- Praktis: cukup konek ke pool, gak ribet setup node
- Transparan: banyak pool sekarang kasih statistik real-time
- Cocok untuk GPU miner, rig kecil, atau user rumahan
Tapi tentu, tetap ada catatan:
- Kamu harus bayar fee ke pool (1–2%)
- Gak punya kontrol penuh atas sistem
- Kalau pool down, penghasilan kamu juga ikut berhenti
Nah, dari semua pertimbangan ini, sekarang kita ke pertanyaan inti: mana yang paling cuan secara realistis di tahun 2025?
Mana yang Lebih Menguntungkan di 2025?
Kalau kita bicara soal Return on Investment (ROI), efisiensi biaya, dan peluang sukses, maka jawabannya cenderung kuat ke pool mining.
Misalnya kamu punya hashrate 100 TH/s. Di pool, kamu bisa dapat reward rutin setiap hari, meski jumlahnya kecil. Tapi setidaknya bisa dihitung, bisa diprediksi.
Sementara di solo mining, kamu bisa 6 bulan tanpa hasil apa pun. Bahkan kalau kamu pakai kalkulator mining seperti WhatToMine atau NiceHash 2025, simulasi solo mining tanpa >1 PH/s biasanya dianggap tidak feasible.
Tapi… Kalau kamu punya:
- 1 PH/s hashrate sendiri,
- Biaya listrik super murah (misal pakai panel surya),
- Infrastruktur teknis yang solid, Maka solo mining bisa jadi medan perang yang menarik. Terutama buat mereka yang pengen reward penuh tanpa bagi-bagi.
Lalu, gimana cara kita ambil keputusan? Gampang, sob: balik lagi ke kapasitas dan niat kamu masuk dunia mining.
Kesimpulan: Pilih Sesuai Kapasitas dan Tujuan
Di dunia mining, gak ada satu rumus yang cocok untuk semua orang. Ada yang ngejar kestabilan dan penghasilan rutin, ada juga yang nekat ngejar jackpot sekali gebuk. Solo mining itu high risk, high reward. Pool mining itu low risk, steady reward.
Kalau kamu:
- Pemula,
- Pakai 1–2 rig,
- Gak mau ribet teknikal dan pengen cuan harian, Pool mining adalah jalan ninja kamu.
Tapi kalau kamu:
- Punya farm sendiri,
- Senang ngulik sistem,
- Gak keberatan rugi di awal demi kemungkinan reward penuh, Solo mining bisa kamu coba.
Itulah informasi menarik tentang perbedaan mining vs pool mining yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Nah, buat kamu yang masih punya pertanyaan-pertanyaan lanjutan, kita sudah siapin bagian FAQ paling relevan dan up-to-date di bawah ini.
FAQ
Apa itu solo mining dan pool mining?
Solo mining adalah aktivitas menambang kripto secara mandiri, tanpa bergabung ke mining pool. Seluruh proses, mulai dari memverifikasi transaksi hingga memecahkan blok, dilakukan sendiri menggunakan node pribadi. Sedangkan pool mining melibatkan kolaborasi antara banyak penambang untuk menggabungkan kekuatan komputasi mereka demi meningkatkan peluang menemukan blok baru. Reward dibagi sesuai kontribusi.
Apa kelebihan solo mining dibandingkan pool mining?
Solo mining memberikan kontrol penuh atas sistem dan memungkinkan kamu menerima seluruh reward jika berhasil. Cocok untuk penambang dengan hashrate sangat besar yang ingin independensi penuh dan tidak ingin berbagi hasil. Tapi, risikonya jauh lebih tinggi.
Apa kelemahan utama solo mining?
Peluang berhasil sangat kecil kecuali kamu punya daya komputasi setara farm besar. Biaya listrik tinggi, koneksi harus stabil, dan gak ada jaminan penghasilan selama berbulan-bulan.
Apa keunggulan utama dari mining pool?
Mining pool menawarkan penghasilan yang lebih stabil dan rutin. Dengan sistem berbagi reward, kamu tetap bisa menghasilkan meski cuma punya rig rumahan. Cocok banget buat pemula.
Apa kekurangan dari pool mining?
Karena reward dibagi-bagi, penghasilan per hari cenderung kecil. Selain itu, kamu harus membayar fee kepada operator pool dan gak punya kontrol penuh terhadap sistem.
Mana yang lebih menguntungkan di 2025?
Secara realistis, pool mining lebih menguntungkan untuk mayoritas penambang. Imbalannya lebih stabil, lebih terprediksi, dan lebih sesuai buat yang punya modal terbatas. Solo mining hanya layak jika kamu punya infrastruktur besar dan siap menanggung risiko panjang tanpa hasil.
Apa saja yang dibutuhkan untuk solo mining?
Perangkat ASIC high-end, full node Bitcoin, koneksi internet stabil, biaya listrik rendah, serta pemahaman teknikal tentang konfigurasi mining. Tanpa ini semua, peluangmu sangat kecil.
Bisakah penambang kecil seperti Bitaxe mendapatkan blok secara solo?
Secara teori bisa, tapi peluangnya sangat mendekati nol. Bitaxe lebih cocok untuk edukasi, eksperimen teknikal, dan belajar protokol mining daripada cari cuan.
Apakah solo mining masih layak dicoba oleh pemula?
Tidak disarankan. Pemula akan lebih terbantu jika memulai dari pool mining karena lebih stabil, tidak terlalu teknis, dan lebih rendah risikonya.
Apakah reward mining pool dibagi adil?
Ya, tergantung pada skema yang digunakan: PPS, PPLNS, atau FPPS. Semua sistem memiliki kelebihan dan cara kerja berbeda, tetapi umumnya transparan di pool besar dan terpercaya.
Author: AL