Hull Moving Average: Emang Lebih Cepat dari EMA?
icon search
icon search

Top Performers

Hull Moving Average: Emang Lebih Cepat dari EMA?

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Hull Moving Average: Emang Lebih Cepat dari EMA?

Hull Moving Average: Emang Lebih Cepat dari EMA?

Daftar Isi

Kalau kamu sering telat tangkap momen tren dan selalu ketinggalan kereta trading, mungkin saatnya kenalan sama Hull Moving Average (HMA). Katanya indikator satu ini lebih cepat dari EMA yang selama ini kamu andalkan—tapi beneran gitu, ya?

Di dunia trading yang penuh dengan noise dan volatilitas, setiap detik bisa menentukan profit atau loss. HMA hadir sebagai solusi inovatif yang menjanjikan responsivitas tinggi tanpa mengorbankan kemulusan sinyal. Berbeda dengan moving average tradisional yang kerap lambat menangkap perubahan tren, HMA diklaim mampu memberikan sinyal lebih awal dengan tingkat akurasi yang tetap andal.

Penasaran bagaimana HMA bekerja dan apakah benar-benar superior dibanding EMA? Mari kita bedah tuntas indikator canggih ini dan temukan apakah HMA layak menggantikan toolkit trading kamu saat ini.

 

Apa Itu Hull Moving Average (HMA)?

Hull Moving Average adalah indikator teknis revolusioner yang dirancang khusus untuk mengatasi masalah klasik moving average: lag atau keterlambatan sinyal. Dikembangkan oleh Alan Hull, seorang trader dan analis teknis Australia, HMA menggunakan pendekatan matematis unik yang menggabungkan weighted moving average dengan periode berbeda untuk menghasilkan garis yang lebih responsif namun tetap halus.

Berbeda dengan Simple Moving Average (SMA) yang memberikan bobot sama pada semua data, atau Exponential Moving Average (EMA) yang lebih menekankan data terbaru, HMA melangkah lebih jauh dengan menerapkan algoritma khusus. Indikator ini mengkalkulasi dua weighted moving average dengan periode berbeda, kemudian memuluskannya menggunakan square root dari periode yang ditentukan.

Alan Hull pertama kali memperkenalkan konsep ini pada tahun 2005 melalui penelitiannya tentang optimalisasi moving average. Motivasinya sederhana namun brilian: bagaimana menciptakan indikator yang bisa mendeteksi perubahan tren lebih cepat tanpa terjebak dalam false signal yang berlebihan.

Keunggulan HMA terletak pada kemampuannya memberikan sinyal yang lebih tajam dan responsif, terutama saat pasar mengalami perubahan momentum. Ini membuat HMA menjadi favorit para trader yang menginginkan entry dan exit point yang lebih presisi.

Sekarang kamu pasti mau tahu, apa sih bedanya sama EMA yang selama ini jadi andalan para trader?

 

Perbedaan Utama: HMA vs EMA

Untuk memahami keunggulan HMA, kita perlu membandingkannya secara detail dengan EMA. Meski keduanya termasuk kategori moving average yang responsive, pendekatan dan hasilnya sangat berbeda.

Mekanisme Perhitungan: EMA menggunakan konstanta smoothing yang memberikan bobot eksponensial pada harga terbaru. Semakin baru datanya, semakin besar pengaruhnya terhadap nilai EMA. Sebaliknya, HMA menggunakan pendekatan bertahap: pertama menghitung weighted moving average untuk setengah periode, kemudian untuk periode penuh, lalu mengambil selisihnya dan memuluskan hasilnya dengan WMA berbasis square root periode.

 

Perbandingan Karakteristik:

Aspek Hull Moving Average (HMA) Exponential Moving Average (EMA)
Kecepatan Respons Sangat cepat, minimal lag Cepat, tapi masih ada lag ringan
Kemulusan Garis Halus namun tetap sensitif Relatif halus dengan noise terkontrol
Sinyal Palsu Rendah di trending market Sedang, tergantung periode
Cocok untuk Scalping, day trading Swing trading, trend following
Kompleksitas Tinggi (perhitungan bertahap) Sederhana (formula eksponensial)
Performa di Sideways Kurang optimal, banyak whipsaw Lebih stabil

 

Untuk memudahkan pemahaman, bayangkan HMA itu kayak motor sport hybrid—lebih gesit daripada sepeda motor biasa (EMA) dengan akselerasi yang lebih responsif, tapi tetap nyaman dikendarai untuk jarak jauh. EMA lebih seperti motor touring yang stabil dan predictable, sementara HMA memberikan pengalaman riding yang lebih dynamic dan engaging.

Perbedaan paling mencolok terlihat saat market mengalami perubahan momentum. HMA akan lebih cepat “bereaksi” terhadap perubahan harga, memberikan sinyal crossover atau breakout lebih awal dibanding EMA. Namun, di pasar yang bergerak sideways, kecepatan ini bisa jadi bumerang karena menghasilkan sinyal yang terlalu sensitif.

Tertarik dengan keunggulan kecepatan HMA? Sekarang mari kita lihat secara teknis—kenapa HMA memang lebih cepat dan apa implikasinya untuk trading kamu.

 

Mengapa HMA Lebih Cepat? (Tanpa Lag Berlebihan)

Kecepatan superior HMA bukan keajaiban, melainkan hasil dari desain matematis yang cerdas. Alan Hull menyadari bahwa masalah utama moving average tradisional adalah trade-off antara responsivitas dan kemulusan. Semakin responsif, semakin banyak noise. Semakin halus, semakin banyak lag.

Mekanisme Inti HMA: HMA mengatasi dilema ini melalui pendekatan tiga tahap. Pertama, menghitung Weighted Moving Average (WMA) untuk setengah periode—ini memberikan respons cepat terhadap pergerakan harga terbaru. Kedua, menghitung WMA untuk periode penuh—ini memberikan konteks tren yang lebih luas. Ketiga, mengambil selisih antara dua WMA pertama (dengan pembobotan 2:1), kemudian meluruskannya menggunakan WMA dengan periode square root dari periode original.

 

Formula sederhana: HMA = WMA(2×WMA(n/2) – WMA(n)), ?n)

 

Keunggulan Nyata dalam Trading: Responsivitas tinggi HMA memungkinkan deteksi perubahan tren lebih awal, memberikan advantage dalam entry positioning. Saat harga mulai berubah arah, HMA akan menunjukkan perubahan slope lebih cepat dibanding EMA atau SMA. Ini sangat valuable untuk swing trading dan day trading di mana timing entry sangat krusial.

Sinyal yang dihasilkan HMA juga cenderung lebih “bersih” karena proses smoothing ganda yang diterapkan. Berbeda dengan simple moving average yang sering zigzag, atau EMA yang kadang masih bergelombang, HMA menghasilkan garis yang smooth namun tetap responsive.

Namun, Ada Catatan Penting: Kecepatan tinggi HMA bisa menjadi kelemahan saat market bergerak sideways atau choppy. Di kondisi seperti ini, sensitivitas tinggi HMA justru menghasilkan false signal yang berlebihan. Trader bisa terjebak dalam whipsaw—kondisi di mana entry dan exit signal bergantian dengan cepat tanpa menghasilkan profit signifikan.

Untuk mengatasi hal ini, HMA sebaiknya dikombinasikan dengan filter tambahan seperti Average True Range (ATR) untuk mengukur volatilitas, atau Average Directional Index (ADX) untuk memastikan kekuatan tren. Kombinasi ini membantu meminimalkan false signal saat market tidak trending.

Nah, untuk itu kamu butuh tahu situasi-situasi di mana HMA bisa memberikan sinyal yang kurang akurat dan bagaimana mengatasinya.

 

Kapan HMA Kurang Akurat & Cara Mengatasinya

Meski HMA unggul dalam banyak aspek, indikator ini memiliki kelemahan yang perlu kamu pahami untuk memaksimalkan performanya. Mengetahui kapan HMA kurang akurat sama pentingnya dengan memahami keunggulannya.

 

Situasi Rawan False Signal:

  1. Pasar Sideways (Range-Bound Market) Saat harga bergerak dalam rentang sempit tanpa tren yang jelas, HMA cenderung menghasilkan sinyal palsu berlebihan. Responsivitas tingginya malah menjadi bumerang karena setiap fluktuasi kecil diterjemahkan sebagai perubahan tren potensial.
  2. Volatilitas Rendah Di periode volatilitas rendah, HMA bisa terlalu sensitif terhadap pergerakan harga minimal. Ini menghasilkan crossover palsu yang bisa menyesatkan trader yang mengharapkan momentum signifikan.
  3. News Event atau Gap Opening Saat terjadi gap harga atau spike mendadak akibat news, HMA bisa memberikan sinyal yang terdistorsi. Reaksi cepatnya terhadap perubahan harga ekstrem bisa menghasilkan bias yang berlanjut beberapa periode ke depan.

 

Solusi dan Filter Tambahan:

Average True Range (ATR) sebagai Filter Volatilitas: Gunakan ATR untuk memvalidasi sinyal HMA. Jika ATR menunjukkan volatilitas rendah (misalnya di bawah rata-rata 14 periode), pertimbangkan untuk mengurangi posisi size atau menunggu konfirmasi tambahan sebelum entry.

Average Directional Index (ADX) untuk Kekuatan Tren: Kombinasikan HMA dengan ADX untuk memastikan ada tren yang cukup kuat. ADX di atas 25 biasanya menandakan tren yang layak diikuti, sementara ADX di bawah 20 mengindikasikan pasar sideways di mana sinyal HMA perlu diwaspadai.

Volume Confirmation: Validasi sinyal HMA dengan volume. Entry signal yang disertai volume tinggi memiliki probabilitas success yang lebih besar dibanding signal dengan volume rendah.

Contoh Praktis: Misalnya kamu trading BBCA di timeframe H1. HMA 21 menunjukkan crossover bullish, tapi ATR menunjukkan volatilitas sangat rendah dan volume di bawah rata-rata. Dalam situasi ini, sebaiknya wait untuk konfirmasi tambahan atau reduce position size untuk mengantisipasi kemungkinan false breakout.

Time-Based Filter: Hindari trading berdasarkan sinyal HMA saat market open atau close, terutama di jam-jam dengan likuiditas rendah. False signal lebih sering terjadi di periode ini karena pergerakan harga yang tidak representatif.

Selain itu, yang perlu kamu perhatikan adalah setting periode HMA yang tepat untuk strategi dan time frame trading kamu.

 

Memilih Periode HMA yang Tepat

Pemilihan periode HMA yang optimal bisa dramatically impact performa trading kamu. Tidak ada setting universal yang cocok untuk semua kondisi market—semuanya tergantung pada trading style, timeframe, dan karakteristik aset yang diperdagangkan.

 

Setting Populer dan Aplikasinya:

HMA 9-16 (Periode Pendek – Sinyal Cepat) Ideal untuk scalping dan day trading di timeframe M5-M15. Periode pendek ini menghasilkan sinyal entry/exit yang sangat responsif, cocok untuk menangkap momentum intraday. Namun, siap-siap dengan frekuensi trading yang tinggi dan noise yang lebih banyak.

HMA 21-34 (Periode Menengah – Balanced Approach) Sweet spot untuk sebagian besar trader swing dan position trader. HMA 21 di timeframe H1 atau H4 memberikan keseimbangan optimal antara responsivitas dan stability. Setting ini populer karena cukup cepat mendeteksi perubahan tren namun tidak terlalu sensitif terhadap noise.

HMA 55-89 (Periode Panjang – Trend Following) Cocok untuk identify tren jangka panjang dan major reversal. HMA 55 di timeframe daily sangat efektif untuk swing trading atau investment decision. Periode panjang ini mengurangi false signal tapi trade-off nya adalah sinyal yang lebih lambat.

 

Tips Optimalisasi Setting:

  1. Backtest Sesuai Aset dan Timeframe Setiap aset memiliki karakteristik volatilitas yang berbeda. BBRI mungkin optimal dengan HMA 21, sementara GOTO butuh HMA 13 karena lebih volatile. Lakukan backtest minimal 6 bulan untuk mendapat gambaran akurat.
  2. Adaptasi dengan Market Condition Pertimbangkan untuk menggunakan periode lebih panjang saat volatilitas tinggi, dan periode lebih pendek saat volatilitas rendah. Dynamic adjustment ini membantu maintain consistency dalam kualitas sinyal.
  3. Multiple Timeframe Analysis Gunakan HMA dengan periode berbeda di multiple timeframe. Misalnya, HMA 89 di daily untuk trend direction, HMA 21 di H4 untuk entry timing, dan HMA 9 di H1 untuk fine-tuning exit.

 

Kombinasi dengan Indikator Lain:

HMA + RSI: Gunakan RSI sebagai indikator momentum untuk menghindari entry saat kondisi overbought atau oversold—ketahui caranya di artikel RSI terbaik untuk trading. HMA signal dikombinasikan dengan RSI di zone 30-70 biasanya lebih reliable.

HMA + Volume Profile: Validasi HMA breakout dengan volume profile untuk memastikan ada institutional support di level tersebut.

HMA + Support/Resistance: Prioritaskan HMA signal yang terjadi di area support/resistance key levels untuk meningkatkan win rate.

Contoh Konkret: Untuk trading saham blue chip seperti BBCA atau BMRI di timeframe H4, HMA 21 dengan RSI 14 dan volume confirmation sering memberikan hasil optimal. Sementara untuk cryptocurrency yang lebih volatile, HMA 13 di timeframe H1 dengan ATR filter lebih efektif.

 

Udah tahu dasar-dasar setting HMA? Sekarang mari kita lihat strategi trading praktis yang bisa langsung kamu aplikasikan.

Strategi Trading dengan HMA

HMA bukan sekadar indikator standalone—potensi terbaiknya muncul saat diintegrasikan dalam strategi trading yang comprehensive. Berikut beberapa approach yang terbukti effective di berbagai kondisi market.

 

  1. HMA Breakout Strategy

Strategi ini memanfaatkan kecepatan HMA dalam mendeteksi momentum breakout. Saat harga memecah level resistance atau support key, HMA akan memberikan confirmation signal lebih awal dibanding moving average lain.

 

Setup:

  • Identifikasi support/resistance horizontal yang teruji minimal 3x
  • Wait untuk HMA crossover di sekitar level tersebut
  • Entry saat harga close di atas/bawah level dengan HMA pointing ke arah breakout
  • Stop loss di bawah/atas level breakout dengan buffer 1-2%
  • Target profit di next resistance/support atau menggunakan trailing stop

Keunggulan: Entry lebih awal dengan risk/reward ratio yang attractive. HMA membantu avoid false breakout karena responsivitasnya terhadap momentum sesungguhnya.

 

  1. HMA Crossover dengan MA Lain

Kombinasi HMA dengan Simple Moving Average atau EMA periode lebih panjang menghasilkan sistem trend following yang robust.

 

Setup Populer: HMA 21 vs SMA 50

  • Bullish signal: HMA cross above SMA 50 dengan slope HMA positif
  • Bearish signal: HMA cross below SMA 50 dengan slope HMA negatif
  • Entry pada crossover dengan volume confirmation
  • Hold position selama HMA remain di atas/bawah SMA 50
  • Exit saat crossover terbalik atau momentum mulai melemah

Advanced Variation: Triple MA System Tambahkan EMA 200 sebagai trend filter. Hanya ambil signal searah dengan posisi harga terhadap EMA 200 untuk meningkatkan win rate.

 

  1. HMA Pullback Entry

Strategi ini ideal untuk join trending market pada saat pullback, memberikan entry dengan risk yang controlled.

 

Setup:

  • Identifikasi trending market menggunakan ADX > 25
  • Wait untuk HMA pullback ke area support/resistance minor
  • Entry saat HMA mulai turn kembali ke arah trend utama
  • Stop loss tight di bawah/atas swing low/high pullback
  • Target di previous high/low atau extension fibonacci

 

  1. HMA Divergence Strategy

Memanfaatkan divergence antara HMA dan price action untuk spot potential reversal.

 

Setup:

  • Price membuat higher high tapi HMA lower high (bearish divergence)
  • Price membuat lower low tapi HMA higher low (bullish divergence)
  • Wait untuk HMA direction change confirmation
  • Entry dengan tight stop di beyond extreme point
  • Conservative target di next support/resistance

 

Contoh Praktis di TradingView: Untuk melihat implementasi nyata, buka chart BBCA timeframe H4 di TradingView, apply HMA 21 dengan warna blue dan SMA 50 dengan warna red. Observe bagaimana crossover HMA memberikan sinyal lebih awal dibanding traditional golden/death cross. Perhatikan juga bagaimana HMA membantu identify pullback entry yang optimal.

Risk Management Universal: Regardless strategi yang dipilih, always gunakan position sizing yang proper. Risk maksimal 1-2% per trade, dan never add position saat loss berjalan kecuali part dari planned scale-in strategy.

Sebelum kamu implement strategi-strategi di atas, perhatikan juga kesalahan umum yang sering dilakukan trader saat menggunakan HMA.

 

Kesalahan Umum Saat Menggunakan HMA

Secanggih apapun indikator, human error tetap menjadi faktor utama yang menentukan success atau failure dalam trading. HMA, dengan segala keunggulannya, rentan terhadap beberapa kesalahan umum yang bisa mengubah advantage menjadi disadvantage.

 

Kesalahan Kritis dan Pencegahannya:

Kesalahan Dampak Pencegahan
Langsung percaya sinyal tanpa filter Overtrading, banyak false signal Selalu gunakan confluence: volume, support/resistance, atau indikator momentum
Salah pilih periode Sinyal terlalu cepat atau terlalu lambat Backtest berbagai periode, sesuaikan dengan timeframe dan volatilitas aset
Tidak backtest sebelum live trading Performance tidak sesuai ekspektasi Mandatory backtest minimal 100 trades atau 6 bulan data
Mengabaikan market condition Profit saat trending, loss saat sideways Gunakan ADX atau market regime filter
Over-optimizing parameter Curve fitting, tidak adaptable Stick to simple setting yang proven, hindari over-complexity

 

1. Trap Overtrading akibat Sinyal Berlebihan

HMA yang terlalu sensitive bisa menghasilkan sinyal berlebihan, terutama di timeframe kecil. Trader pemula sering tergoda untuk entry setiap kali melihat crossover atau slope change, padahal tidak semua sinyal worth untuk dieksekusi.

Solusi: Implement trading rules yang strict. Misalnya, hanya ambil maximum 3 trades per hari, atau hanya trade saat confluence minimal 2 faktor (HMA signal + volume surge + key level).

2. Salah Interpretasi di Market Sideways

Kesalahan paling fatal adalah menggunakan HMA dengan mindset trending market saat kondisi actually sideways. HMA akan menghasilkan banyak whipsaw yang menggerus account secara konsisten.

Solusi: Gunakan ADX sebagai market condition filter. Saat ADX < 20, pertimbangkan untuk pause trading atau switch ke range trading strategy yang tidak rely pada HMA.

3. Tidak Proper Position Sizing

Kecepatan sinyal HMA sering membuat trader terlalu confident dan menggunakan position size berlebihan, especially setelah beberapa winning trades berturut-turut.

Solusi: Stick to fixed percentage risk per trade (1-2% maximum). Jangan pernah increase position size karena confident—malah consider decrease size saat drawdown.

4. Mengabaikan Fundamental Context

Technical analysis, termasuk HMA, bisa memberikan false signal saat ada major news atau event yang dramatically change market sentiment.

Solusi: Always check economic calendar dan corporate action schedule. Avoid trading menjelang earning release, FOMC meeting, atau announcement penting lainnya.

5. Lack of Patience untuk Confirmation

Responsive nature HMA sering membuat trader impatient dan entry sebelum proper confirmation. Melihat HMA mulai turn langsung entry, padahal belum ada confirmation volume atau price action.

Solusi: Develop checklist untuk entry criteria. HMA signal hanyalah salah satu komponen—tunggu semua criteria terpenuhi sebelum pull trigger.

 

Tips Pencegahan Holistik:

Keep Trading Journal: Record semua entry/exit dengan reasoning. Review weekly untuk identify pattern kesalahan dan area improvement.

Start Small: Saat pertama kali menggunakan HMA, mulai dengan position size minimal dan frequency rendah. Scale up hanya setelah consistent profitable.

Continuous Learning: HMA effective di different market condition dengan approach yang berbeda. Never stop learning dan adapting strategy sesuai pengalaman.

Oke, sekarang kita sampai di penutup. Ini kesimpulan comprehensive dari semua bahasan kita tentang Hull Moving Average.

 

Kesimpulan

Hull Moving Average memang layak mendapat julukan sebagai “moving average tercepat” berkat desain matematis yang ingenious dari Alan Hull. Kemampuannya mengurangi lag sambil mempertahankan kemulusan sinyal menjadikannya tool yang valuable untuk berbagai trading style—dari scalping hingga swing trading.

Key Takeaways:

HMA bukanlah holy grail yang akan mengubah trading performance secara instant. Seperti semua indikator teknis, effectivitasnya sangat tergantung pada implementation yang proper, market condition awareness, dan risk management yang disciplined. Kecepatan superior HMA memberikan advantage dalam mendeteksi perubahan momentum early, tapi advantage ini hanya beneficial jika kamu bisa mengelola risk dari false signal yang inevitably akan terjadi.

Best Practice untuk Implementation:

Gunakan HMA sebagai part dari comprehensive trading system, bukan standalone decision maker. Kombinasikan dengan volume analysis, support/resistance levels, dan market condition filter untuk maksimalkan win rate. Pilih periode yang sesuai dengan trading timeframe dan volatilitas aset, kemudian backtest thoroughly sebelum live implementation.

Kapan HMA Optimal vs Kapan Harus Hati-hati:

HMA brilliant perform di trending market dengan momentum yang clear. Di kondisi seperti ini, responsivitasnya memberikan edge yang significant. Sebaliknya, berhati-hatilah menggunakan HMA saat market bergerak sideways atau volatilitas extremely rendah—sinyal palsu akan mendominasi dan menggerus profit potential.

Remember: tidak ada indikator yang profitable 100% dalam segala kondisi. HMA memberikan tool yang powerful, tapi success tetap bergantung pada disciplined execution, proper risk management, dan continuous learning untuk adaption terhadap changing market dynamics.

Yang terpenting, start dengan expectation yang realistic dan commitment untuk continuous improvement. HMA bisa menjadi game changer dalam trading arsenal kamu—asalkan digunakan dengan wisdom dan patience.

 

Itulah informasi menarik tentang “hull moving average” yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

 

Follow IG Indodax

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apa itu Hull Moving Average?

Hull Moving Average (HMA) adalah indikator teknis yang dikembangkan oleh Alan Hull pada tahun 2005 untuk mengurangi lag atau keterlambatan yang umum terjadi pada moving average tradisional. HMA menggunakan kombinasi weighted moving average dengan periode berbeda dan smoothing khusus untuk menghasilkan sinyal yang lebih cepat namun tetap halus. Indikator ini populer karena kemampuannya memberikan entry dan exit signal lebih awal dibanding SMA atau EMA.

2. Kenapa HMA lebih cepat dari EMA?

HMA lebih cepat karena menggunakan algoritma perhitungan bertahap yang sophisticated. Pertama menghitung WMA untuk setengah periode (responsif), kemudian WMA untuk periode penuh (konteks tren), lalu mengambil selisih keduanya dan memuluskannya dengan WMA periode square root. Proses ini eliminasi lag sambil maintain smoothness, sementara EMA hanya menggunakan konstanta smoothing sederhana yang masih menyisakan lag minimal.

3. Apa risiko pakai HMA di pasar sideways?

Risiko utama menggunakan HMA di pasar sideways adalah false signal berlebihan atau whipsaw. Responsivitas tinggi HMA yang menjadi keunggulan di trending market justru menjadi kelemahan saat harga bergerak dalam range sempit. Setiap fluktuasi kecil diterjemahkan sebagai perubahan tren, menghasilkan sinyal buy-sell yang berulang tanpa profit signifikan. Untuk mitigasi risiko ini, gunakan filter seperti ADX untuk deteksi market condition atau ATR untuk mengukur volatilitas.

4. Periode HMA paling cocok untuk swing trading?

Untuk swing trading, HMA 21 di timeframe H4 atau daily adalah setting paling popular dan effective. Periode ini memberikan keseimbangan optimal antara responsivitas untuk menangkap swing move dan stability untuk menghindari noise intraday. HMA 34 juga menjadi alternatif untuk swing trader yang lebih conservative dan ingin mengurangi frekuensi sinyal. Always backtest dengan aset spesifik karena karakteristik volatilitas berbeda membutuhkan fine-tuning parameter.

5. Bisa pakai HMA di platform trading Indonesia seperti Indodax Pro?

Ya, HMA tersedia di sebagian besar platform trading modern termasuk beberapa platform Indonesia. Namun availability tergantung pada fitur charting yang disediakan platform. Jika platform trading kamu tidak menyediakan HMA built-in, kamu bisa menggunakan TradingView yang terintegrasi—pelajari tips setup TradingView lengkap di cara menggunakan TradingView untuk analisis teknikal, atau platform MetaTrader yang mendukung custom indicator. Untuk crypto trading di Indodax Pro, pastikan check fitur technical analysis yang tersedia atau gunakan TradingView untuk analysis kemudian execute di platform utama.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Market Signal,Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.66%
bnb BNB 0.4%
sol Solana 5.37%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.53%
pol Polygon Ecosystem Token 1.96%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
TROLLSOL/IDR
TROLL (SOL
3.945
48.31%
LEVER/IDR
LeverFi
4
33.33%
TOKO/IDR
Tokoin
4
33.33%
COW/IDR
CoW Protoc
8.350
32.98%
HFT/IDR
Hashflow
1.540
28.12%
Nama Harga 24H Chg
EFI/IDR
Efinity To
3.530
-13.1%
STRM/IDR
StreamCoin
17
-10.53%
GXC/IDR
GXChain
15.311
-7.56%
CBG/IDR
Chainbing
41
-6.82%
IDRX/USDT
IDRX
0
-6.39%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Wait and See: Jurus Investor di Tengah Ketidakpastian

Kadang yang paling sulit bukan saat pasar sedang anjlok, tapi

Hull Moving Average: Emang Lebih Cepat dari EMA?

Kalau kamu sering telat tangkap momen tren dan selalu ketinggalan

Cadev Adalah Cadangan Devisa, Ini Fungsi & Dampaknya
09/08/2025
Cadev Adalah Cadangan Devisa, Ini Fungsi & Dampaknya

Kamu pernah dengar istilah “cadangan devisa” tiap kali Bank Indonesia

09/08/2025