Dalam dunia blockchain dan kripto, istilah token native sering digunakan untuk merujuk pada aset utama suatu jaringan blockchain. Token ini berperan sebagai alat pembayaran utama dan digunakan untuk berbagai fungsi penting dalam ekosistem blockchain tersebut.
Definisi Token Native
Token native adalah aset kripto yang secara langsung terkait dengan blockchain tertentu dan digunakan sebagai mata uang utama dalam jaringan tersebut. Token ini umumnya digunakan untuk membayar biaya transaksi (gas fee), mendukung mekanisme konsensus, dan sebagai alat tukar di dalam ekosistem blockchain.
Misalnya, Bitcoin (BTC) adalah token native dari jaringan Bitcoin, sementara Ether (ETH) adalah token native dari blockchain Ethereum.
Contoh Token Native dari Berbagai Blockchain
Setiap blockchain memiliki token native yang digunakan untuk berbagai keperluan dalam ekosistemnya. Berikut adalah beberapa contoh token native dari jaringan blockchain yang populer:
- Bitcoin (BTC) – Bitcoin
BTC adalah token native dari jaringan Bitcoin yang digunakan untuk transaksi peer-to-peer tanpa perantara. - Ether (ETH) – Ethereum
ETH digunakan dalam ekosistem Ethereum untuk membayar biaya gas dan menjalankan smart contract. - BNB – BNB Chain
BNB adalah token native dari BNB Chain (sebelumnya Binance Smart Chain) yang digunakan untuk membayar gas fee dan berbagai aktivitas dalam ekosistem Binance. - SOL – Solana
SOL (SOL to IDR) digunakan dalam jaringan Solana untuk biaya transaksi dan mendukung mekanisme konsensus Proof of Stake. - ADA – Cardano
ADA (ADA to IDR) adalah token native Cardano yang digunakan untuk staking dan transaksi dalam ekosistem Cardano.
Orang Juga Baca Ini: ERC-20, Standar Token yang Dimiliki oleh Jaringan Ethereum
Perbedaan Token Native dan Token yang Dibangun di Atas Blockchain
Selain token native, terdapat pula token yang dibuat di atas blockchain tanpa menjadi bagian inti dari protokolnya. Perbedaan utama antara token native dan token yang dibangun di atas blockchain dapat dilihat dalam tabel berikut:
Aspek | Token Native | Token di Atas Blockchain (Misalnya ERC-20) |
Keterkaitan dengan Blockchain | Bagian inti dari blockchain tertentu | Dibangun menggunakan smart contract |
Fungsi Utama | Alat pembayaran, biaya transaksi, staking | Digunakan untuk proyek DeFi, NFT, atau utilitas lainnya |
Contoh | BTC, ETH, BNB, SOL, ADA | USDT (ERC-20), UNI, LINK, DAI |
Keamanan | Lebih aman karena menjadi bagian dari protokol blockchain | Bergantung pada smart contract yang dibuat di atas blockchain |
Sebagai contoh, ETH adalah token native Ethereum, sementara USDT (Tether) pada jaringan Ethereum adalah token ERC-20 yang berjalan di atas blockchain Ethereum tanpa menjadi bagian inti dari sistemnya.
Fungsi dan Kegunaan Token Native dalam Ekosistem Blockchain
Token native memiliki berbagai peran dalam ekosistem blockchain, antara lain:
1. Membayar Biaya Transaksi (Gas Fee)
Token native digunakan untuk membayar biaya transaksi dalam jaringan blockchain. Misalnya, transaksi di Ethereum memerlukan ETH sebagai gas fee untuk diproses oleh jaringan.
2. Staking dan Keamanan Jaringan
Beberapa blockchain menggunakan token native untuk mekanisme staking atau earn, yang membantu mengamankan jaringan. Misalnya, di jaringan Cardano, pemilik ADA dapat melakukan staking untuk mendukung validasi transaksi dan mendapatkan reward.
3. Mekanisme Konsensus
Token native digunakan dalam mekanisme konsensus seperti Proof of Stake (PoS) dan Proof of Work (PoW). Misalnya, Bitcoin menggunakan BTC dalam sistem PoW, sementara Ethereum 2.0 menggunakan ETH dalam sistem PoS.
4. Alat Pembayaran dalam Ekosistem
Banyak blockchain menggunakan token native sebagai alat pembayaran untuk layanan di dalam ekosistemnya, seperti NFT marketplace atau aplikasi terdesentralisasi (dApps).
5. Pemberian Insentif kepada Validator atau Penambang
Dalam blockchain PoW seperti Bitcoin, penambang menerima BTC sebagai hadiah blok (block reward). Sementara dalam blockchain PoS seperti Solana, validator mendapatkan SOL sebagai reward karena membantu memvalidasi transaksi.
Orang Juga Baca Ini: Mina Protocol vs Solana: Mana Blockchain Paling Efisien?
Keuntungan dan Risiko Menggunakan Token Native dalam Transaksi
Token native memiliki berbagai keuntungan, tetapi juga memiliki risiko yang perlu diperhatikan.
Keuntungan Menggunakan Token Native
- Keamanan Lebih Tinggi
Karena merupakan bagian dari blockchain, token native lebih aman dibandingkan token yang dibangun menggunakan smart contract. - Likuiditas Tinggi
Token native biasanya memiliki volume perdagangan yang lebih tinggi, sehingga lebih mudah ditukarkan dengan aset lain. - Dukungan Infrastruktur yang Luas
Banyak bursa kripto dan dompet digital mendukung token native, sehingga lebih mudah digunakan. - Biaya Transaksi yang Lebih Murah
Dalam beberapa jaringan seperti Solana, penggunaan token native (SOL) untuk transaksi jauh lebih murah dibandingkan menggunakan token lain di atasnya.
Risiko Menggunakan Token Native
- Volatilitas Harga
Harga token native sangat fluktuatif dan bisa mengalami perubahan drastis dalam waktu singkat. - Ketergantungan pada Ekosistem Blockchain
Nilai token native bergantung pada keberlanjutan dan perkembangan blockchain tempatnya berada. Jika ekosistem blockchain tersebut melemah, nilai token native juga bisa turun. - Ancaman Keamanan dan Serangan Siber
Meskipun lebih aman dibandingkan token berbasis smart contract, token native tetap rentan terhadap serangan seperti 51% attack pada blockchain kecil. - Regulasi dan Ketidakpastian Hukum
Regulasi terhadap aset kripto bisa berubah sewaktu-waktu, yang dapat mempengaruhi adopsi dan penggunaan token native.
Kesimpulan
Token native adalah aset utama dalam ekosistem blockchain yang berfungsi sebagai alat pembayaran, staking, dan penggerak utama transaksi. Contoh token native termasuk BTC untuk Bitcoin, ETH untuk Ethereum, dan BNB untuk BNB Chain.
Perbedaan utama antara token native dan token berbasis blockchain lainnya adalah keterikatannya dengan protokol blockchain. Token native lebih aman, likuid, dan memiliki peran penting dalam mekanisme konsensus dan keamanan jaringan.
Namun, penggunaan token native juga memiliki risiko, seperti volatilitas harga, ketergantungan pada ekosistem blockchain, serta regulasi yang dapat berubah. Oleh karena itu, memahami karakteristik dan fungsi token native sangat penting bagi siapa saja yang ingin berinvestasi atau menggunakan teknologi blockchain.
Nah, itulah pembahasan menarik tentang Token native yang bisa kamu baca selengkapnya hanya di Akademi crypto. Tidak hanya menambah wawasan tentang investasi, di sini kamu juga dapat menemukan berita crypto terkini seputar dunia blockchain dan kripto.
Selain itu, temukan informasi terkini lainnya yang dikemas dalam kumpulan artikel crypto terlengkap dari Indodax Academy. Jangan lewatkan kesempatan untuk memperluas pengetahuanmu di dunia investasi dan teknologi digital!
FAQ
- Apa itu token native dalam blockchain?
Token native adalah aset kripto utama yang terintegrasi langsung dengan jaringan blockchain tertentu, seperti BTC untuk Bitcoin dan ETH untuk Ethereum.
- Apa perbedaan antara token native dan token ERC-20?
Token native adalah bagian inti dari blockchain, sementara token ERC-20 adalah token yang dibangun menggunakan smart contract di atas blockchain Ethereum.
- Apa fungsi utama token native?
Token native digunakan untuk membayar biaya transaksi, staking, dan mekanisme konsensus dalam blockchain.
- Apakah semua blockchain memiliki token native?
Tidak semua, tetapi mayoritas blockchain memiliki token native yang digunakan dalam ekosistemnya.
- Apakah token native bisa mengalami penurunan nilai?
Ya, token native bersifat volatil dan dapat mengalami kenaikan atau penurunan harga tergantung pada permintaan pasar dan perkembangan blockchain terkait.
Author:RZ