Jumlah Bitcoin (BTC) yang belum ditambang kini tersisa kurang dari 1,2 juta koin, mendekati batas maksimal suplai sebesar 21 juta BTC.
Di tengah momentum kenaikan harga yang menyentuh di atas level $100 ribu, perdebatan lama soal potensi perubahan batas suplai kembali mencuat.
Isu ini memicu kekhawatiran pasar karena menyentuh aspek paling fundamental dari Bitcoin, yakni kelangkaan yang tak tergantikan.
Jika batas ini dilanggar, kepercayaan terhadap nilai Bitcoin bisa terguncang dan membuka risiko terjadinya perpecahan jaringan.
Apa Itu Hard Cap Bitcoin?

Sumber Gambar: Cointelegraph
Hard cap adalah jumlah maksimal Bitcoin yang dapat beredar, yaitu 21 juta koin. Angka ini sudah tertanam dalam kode protokol dan tidak bisa diubah tanpa konsensus global.
Satoshi Nakamoto merancang sistem ini untuk meniru kelangkaan emas dan mencegah inflasi yang biasa terjadi pada mata uang fiat.
Dengan jumlah yang terbatas, Bitcoin menawarkan alternatif yang tahan terhadap pencetakan uang berlebihan oleh otoritas terpusat.
Ketahui lebih dalam: Mengapa Bitcoin Terbatas? Alasan di Balik Batasan 21 Juta BTC
Bisakah Hard Cap Diubah?
Secara teknis, kode Bitcoin bersifat open-source dan bisa dimodifikasi. Namun, mengubah hard cap membutuhkan persetujuan kolektif dari seluruh ekosistem, termasuk developer, miner, operator node, hingga pengguna dan investor.
Tanpa konsensus, perubahan akan menciptakan hard fork, yaitu percabangan blockchain yang menghasilkan mata uang baru.
Contohnya adalah Bitcoin Cash, hasil konflik soal ukuran blok pada 2017, yang kini nilainya jauh di bawah Bitcoin asli.
Risiko Jika Supply Ditambah
Mengubah batas suplai bisa menimbulkan efek berantai terhadap pasar dan reputasi Bitcoin:
- Turunnya kepercayaan investor karena prinsip kelangkaan dilanggar
- Kemungkinan aksi jual besar-besaran dari pemegang jangka panjang
- Perpecahan komunitas yang berujung pada penciptaan dua versi Bitcoin
- Dampak jangka panjang pada harga dan adopsi institusional
Sejumlah tokoh seperti Hal Finney pernah membahas kemungkinan inflasi pasca-21 juta BTC sebagai eksperimen, namun mayoritas komunitas menolak keras wacana tersebut.
“Bayangkan jika Bitcoin sukses dan menjadi sistem pembayaran yang dominan di seluruh dunia. Maka nilai total mata uang ini seharusnya setara dengan nilai total seluruh kekayaan di dunia,” jelas Hal Finney dikutip dari Cointelegraph.
Bitcoin dianggap bukan hanya teknologi, tapi juga gerakan yang menjunjung kebebasan finansial berbasis kode yang tak bisa dimanipulasi.
Baca selanjutnya: 30% Bitcoin (BTC) Dipegang Institusi, Ancam Etos Desentralisasi?
Kenapa Topik Ini Muncul Lagi?
Per 2025, lebih dari 94% total suplai Bitcoin telah ditambang. Menyusutnya jumlah koin baru yang bisa ditambang kembali memunculkan kekhawatiran soal keberlanjutan insentif bagi para penambang ketika block reward benar-benar berakhir.
Solusi yang sejak awal disiapkan oleh Satoshi Nakamoto adalah skema biaya transaksi. Dalam model ini, pendapatan miner akan bergantung pada aktivitas jaringan, bukan dari pencetakan koin baru.
Selama volume transaksi tetap tinggi, insentif dinilai cukup untuk menjaga keamanan jaringan tanpa perlu menambah suplai Bitcoin.
Komunitas Menolak, Nilai Tetap Dijaga
Mayoritas pengembang, miner, dan pelaku pasar menolak keras gagasan mengubah hard cap. Mereka menilai, membuka pintu perubahan justru mengkhianati keunggulan Bitcoin sebagai aset langka yang tak bisa dimanipulasi.
Meskipun secara teknis perubahan itu memungkinkan, kenyataannya tidak ada dukungan signifikan di level komunitas. Kelangkaan bukan sekadar fitur, tapi esensi dari nilai Bitcoin itu sendiri.
Baca berita lainnya: 5 Hal yang Bakal Terjadi Jika Bitcoin Sentuh $1 Juta
Kesimpulan
Hard cap Bitcoin sebesar 21 juta koin sangat kecil kemungkinannya untuk diubah. Selain secara teknis rumit, secara ideologis langkah ini bertentangan dengan prinsip dasar yang menjadikan Bitcoin unik dan dipercaya.
Selama komunitas tetap memegang teguh prinsip kelangkaan dan desentralisasi, maka suplai Bitcoin akan tetap terbatas. Dan di tengah gejolak pasar, justru batasan inilah yang menjadi jangkar kepercayaan investor terhadap masa depan aset kripto terbesar di dunia ini.
FAQ
- Apa yang akan terjadi jika semua Bitcoin sudah ditambang?
Setelah semua BTC selesai ditambang, miner tidak lagi menerima reward blok. Sebagai gantinya, mereka akan mendapatkan insentif dari biaya transaksi pengguna. - Mengapa jumlah maksimal Bitcoin dibatasi 21 juta?
Angka ini dirancang untuk menciptakan kelangkaan digital yang mirip dengan emas, serta melindungi sistem dari inflasi seperti yang terjadi pada mata uang fiat. - Apakah Bitcoin bisa mengalami inflasi setelah 21 juta?
Secara teknis bisa jika kode diubah, tapi sangat kecil kemungkinan komunitas menyetujui hal ini karena bertentangan dengan prinsip kelangkaan. - Bagaimana dampaknya ke harga jika suplai Bitcoin ditambah?
Jika batas suplai diubah, harga Bitcoin bisa jatuh karena kepercayaan pasar terganggu dan nilai kelangkaannya hilang. - Apakah mungkin terjadi hard fork karena isu perubahan suplai?
Sangat mungkin. Jika sebagian komunitas ingin mengubah batas dan sebagian lagi menolak, percabangan jaringan bisa terjadi seperti kasus Bitcoin Cash.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dan edukasi dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: Fau
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, #Berita Bitcoin