Harga Bitcoin sering bikin heboh karena terkadang naik drastis, bikin banyak orang mendadak penasaran. Namun, begitu kamu mulai menggali lebih dalam, satu pertanyaan pasti muncul: “Sebenarnya, ada berapa sih total Bitcoin di dunia?”
Pertanyaan ini bukan hanya soal angka. Di baliknya, tersembunyi alasan kenapa Bitcoin dianggap sebagai aset digital paling langka dan berharga.
Karena tidak seperti uang biasa yang bisa dicetak terus-menerus, Bitcoin punya batas pasti. Dan setiap detiknya, kita makin dekat ke batas itu.
Makin terbatas jumlahnya, makin besar pula daya tariknya. Inilah yang bikin banyak investor dan pengamat meyakini bahwa Bitcoin punya potensi jangka panjang.
Namun, untuk benar-benar paham seberapa penting kelangkaannya, kamu harus tahu faktanya bahwa berapa yang sudah ditambang, berapa yang hilang, dan kapan jumlah maksimalnya akan tercapai.
Nah, sebelum kamu ketinggalan pemahaman penting soal aset yang satu ini, yuk kita bedah semua datanya dengan jelas dan simpel. Siapa tahu setelah ini, kamu jadi lebih paham kenapa Bitcoin bukan sekadar hype.
Baca juga artikel terkait: Mengenal Satoshi Nakamoto Sang Penemu Bitcoin
Berapa Jumlah Bitcoin di Dunia
Bitcoin dirancang oleh penciptanya yang menggunakan nama samaran Satoshi Nakamoto dengan jumlah pasokan maksimum yang telah ditetapkan sejak awal, yakni sebanyak 21.000.000 unit. Jumlah ini bersifat tetap dan tidak dapat ditambah.
Tidak seperti mata uang fiat yang dapat dicetak tanpa batas oleh otoritas moneter, Bitcoin mengadopsi sistem yang disebut sebagai deflasi, di mana pasokannya terbatas dan nilainya berpotensi meningkat seiring pertumbuhan permintaan.
Batas maksimum ini bukan keputusan yang diambil sembarangan. Satoshi memilih angka 21.000.000 dengan tujuan agar Bitcoin tetap memiliki nilai yang tinggi dan dapat digunakan secara luas, bahkan jika skalanya mencapai tingkat penggunaan global.
Dengan jumlah yang terbatas, satu Bitcoin dapat dibagi hingga unit terkecil yang disebut satoshi (0,00000001 BTC), menjadikannya cukup fleksibel untuk berbagai skenario ekonomi.
Mekanisme ini juga merupakan bentuk dari kelangkaan yang dapat dibuktikan (provable scarcity), di mana semua orang dalam jaringan dapat memverifikasi bahwa jumlah maksimum Bitcoin tidak akan pernah melebihi angka tersebut.
Bahkan, mengubah batas 21.000.000 membutuhkan konsensus mayoritas seluruh jaringan Bitcoin—hal yang sangat sulit karena sifatnya yang desentralisasi dan dijalankan ribuan node di seluruh dunia.
Dengan demikian, angka 21.000.000 bukan sekadar simbol, melainkan pilar utama yang menjadikan Bitcoin berbeda dari sistem keuangan tradisional—sebuah aset digital langka yang dirancang agar tahan terhadap inflasi dan manipulasi pasokan.
Kamu mungkin tertarik dengan ini juga: Berapa Lama Mining 1 BTC? Ini Jawaban Paling Realistis!
Sudah Berapa Bitcoin yang Ditambang saat Ini?
Hingga Juli 2025, jumlah Bitcoin yang telah berhasil ditambang telah melampaui 19.700.000 koin. Artinya, lebih dari 93% dari total suplai maksimal 21.000.000 BTC kini telah beredar di pasar.
Meski terdengar hampir selesai, proses penambangan masih jauh dari kata usai. Sisanya, sekitar 2.000.000 BTC, diperkirakan baru akan sepenuhnya ditambang menjelang tahun 2140.
Hal ini terjadi karena mekanisme Bitcoin dirancang untuk memperlambat laju penciptaan koin baru melalui sistem yang disebut halving.
Awalnya, ketika jaringan Bitcoin diluncurkan pada 2009, hadiah bagi penambang yang berhasil menyelesaikan satu blok transaksi adalah 50 BTC.
Jumlah ini kemudian dipangkas separuh setiap empat tahun, yakni menjadi 25 BTC pada 2012, lalu 12,5 BTC pada 2016, dan menjadi 6,25 BTC pada halving ketiga di tahun 2020.
Adapun pada Mei 2024, jumlah hadiah kembali berkurang menjadi hanya 3,125 BTC per blok.
Dengan rata-rata waktu penambangan satu blok setiap 10 menit, saat ini sekitar 900 BTC dicetak setiap hari, atau sekitar 328.500 BTC per tahun. Laju ini memberikan tingkat inflasi tahunan sekitar 1,7%.
Setelah halving bitcoin terakhir, inflasi tahunan diperkirakan turun ke bawah 0,85%, mencerminkan kelangkaan yang semakin tinggi.
Perlu dicatat bahwa dari jumlah BTC yang telah ditambang, tidak semuanya benar-benar beredar. Beberapa koin hilang secara permanen, misalnya karena pemilik lupa akses ke dompet digital atau kehilangan private key.
Hal ini sudah dipertimbangkan oleh pencipta Bitcoin, Satoshi Nakamoto, yang menyatakan bahwa koin yang hilang justru meningkatkan kelangkaan dan, pada akhirnya, menambah nilai bagi koin yang tersisa.
Jika kamu ingin memantau data real-time jumlah Bitcoin yang sudah beredar maka kamu bisa mengaksesnya melalui Blockchain.com Explorer.
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Cara Mining Bitcoin Gratis bagi Pemula
Kenapa Penambangan Semakin Lama?
Proses penambangan Bitcoin semakin melambat karena adanya mekanisme halving, yaitu pemotongan separuh hadiah untuk penambang setiap empat tahun sekali. Ketika pertama kali diluncurkan pada 2009, hadiah per blok adalah 50 BTC.
Namun sejak itu, nilainya terus menurun: menjadi 25 BTC pada 2012, 12,5 BTC pada 2016, lalu 6,25 BTC pada 2020.
Setelah halving terakhir pada Mei 2024, hadiah penambang kini hanya 3,125 BTC untuk setiap blok yang berhasil ditambang. Jumlah tersebut akan terus menyusut seiring waktu, sampai akhirnya mencapai nol sekitar tahun 2140.
Setelah titik tersebut, tidak akan ada lagi Bitcoin baru yang dicetak, dan penambang hanya akan mendapat bayaran dari biaya transaksi.
Dengan sistem ini, laju suplai Bitcoin makin melambat. Hal tersebut membuat Bitcoin menjadi semakin langka, dan karena kelangkaan itulah nilainya bisa terus meningkat dari waktu ke waktu.
Berapa Banyak Bitcoin yang Hilang?
Menurut data dari Chainalysis dan Glassnode, diperkirakan sekitar 2.000.000 sampai dengan 4.000.000 Bitcoin hilang secara permanen.
Kehilangan ini terjadi karena berbagai alasan, seperti pemilik yang lupa private key, kerusakan perangkat penyimpan dompet digital, atau bahkan meninggal dunia tanpa mewariskan akses ke aset tersebut.
Dengan total suplai maksimal Bitcoin yang hanya 21.000.000, angka ini tentu berdampak besar.
Jika jumlah yang hilang mencapai 4.000.000 BTC maka jumlah Bitcoin yang benar-benar dapat digunakan kemungkinan hanya tersisa kurang dari 18.000.000.
Hal ini membuat Bitcoin semakin langka, dan kelangkaan inilah yang turut memperkuat daya tarik serta nilainya di mata banyak investor.
Masih seputar topik ini, simak juga: Siapa Pemegang Bitcoin Terbanyak? Cari Tahu di Sini!
Distribusi Bitcoin: Siapa Saja yang Pegang?
Kepemilikan Bitcoin tersebar di berbagai kalangan, mulai dari institusi besar hingga pengguna individu. Beberapa perusahaan ternama seperti Tesla dan MicroStrategy diketahui menyimpan ribuan BTC sebagai bagian dari strategi keuangan mereka.
Selain itu, ada juga whales, yaitu pemilik dompet dengan ribuan Bitcoin, yang biasanya merupakan investor awal atau individu dengan kekuatan modal besar.
Di sisi lain, trader ritel seperti kamu dan aku juga turut mengambil bagian dalam ekosistem ini, meskipun dengan kepemilikan dalam jumlah yang jauh lebih kecil.
Akan tetapi, data dari CoinMarketCap menunjukkan bahwa distribusi Bitcoin masih belum merata.
Sekitar 10.000 alamat dompet menguasai lebih dari setengah total suplai yang beredar, mencerminkan konsentrasi kepemilikan yang cukup besar di tangan segelintir pihak.
Dampak Jumlah Terbatas bagi Investor & Harga
Salah satu kekuatan utama Bitcoin terletak pada pasokannya yang terbatas secara permanen. Dengan total maksimum hanya 21.000.000 koin, tidak akan pernah ada Bitcoin tambahan yang bisa dibuat setelah batas ini tercapai.
Sistem ini berbeda dari mata uang fiat yang bisa dicetak oleh bank sentral tanpa batas sesuai kebutuhan kebijakan moneter.
Justru karena sifatnya yang deflasi dan terprogram, Bitcoin menjadi semakin diminati sebagai aset penyimpan nilai jangka panjang. Bagi para investor, kelangkaan Bitcoin menciptakan daya tarik tersendiri.
Ketika permintaan naik, terutama setelah ETF Bitcoin disetujui, sementara jumlah koin tetap dan sebagian hilang permanen, tekanan harga pun cenderung meningkat.
Prinsip ekonomi sederhana berlaku di sini, yaitu ketika permintaan lebih besar daripada penawaran, harga akan naik. Itulah sebabnya banyak investor menjuluki Bitcoin sebagai emas digital.
Sama seperti emas, Bitcoin tidak dapat diproduksi sesuka hati, memiliki proses penambangan yang terbatas, dan tidak tergantung pada kebijakan pemerintah.
Lebih dari itu, Bitcoin juga mudah dipindahkan, dibagi, dan disimpan secara digital, menjadikannya alternatif modern dari logam mulia dalam dunia finansial global.
Tekanan harga akan semakin terasa di masa depan ketika semakin sedikit Bitcoin tersisa untuk ditambang, dan semakin banyak pihak yang ingin memilikinya.
Saat ini saja, sebagian besar Bitcoin sudah berada dalam dompet investor jangka panjang (long-term holders), dan hanya sebagian kecil yang aktif diperdagangkan di pasar.
Jadi, semakin mendekati batas 21.000.000 koin dan jika permintaan tetap tinggi atau bahkan meningkat, maka kemungkinan besar harga Bitcoin akan terus terdorong naik.
Bagi investor, kondisi ini menjadikan Bitcoin sebagai aset yang bukan hanya spekulatif, melainkan juga strategis dalam diversifikasi portofolio jangka panjang.
Apa yang Terjadi Setelah Semua BTC Ditambang?
Ketika seluruh 21.000.000 Bitcoin telah ditambang (diperkirakan sekitar tahun 2140), tidak akan ada lagi BTC baru yang tercipta. Namun, jaringan Bitcoin tetap berjalan seperti biasa.
Para penambang masih akan berperan penting dalam menjaga keamanan dan memvalidasi transaksi, tetapi mereka tidak lagi menerima hadiah dalam bentuk koin baru.
Sebagai gantinya, insentif bagi penambang sepenuhnya berasal dari biaya transaksi yang dibayar pengguna saat mengirim Bitcoin.
Dengan begitu, meski proses penciptaan koin berhenti, aktivitas mining tetap berlangsung demi menjaga kelangsungan dan keamanan sistem.
Kesimpulan: Bitcoin Itu Langka, dan Itu Kekuatan Utamanya
Nah, itulah tadi pembahasan menarik tentang Jumlah Bitcoin di Dunia: Tinggal Segini yang Tersisa! yang dapat kamu baca selengkapnya di Akademi crypto di INDODAX Academy.
Sebagai kesimpulan, Bitcoin bukan hanya aset digital biasa. Ia dirancang dengan sistem deflasi, transparan, dan tidak bisa dicetak sesuka hati seperti uang fiat.
Dari total 21.000.000 BTC yang bisa ada, mayoritas sudah ditambang, dan jutaan di antaranya bahkan hilang secara permanen.
Jadi, jika kamu masih menunggu harga turun tajam sebelum membeli maka ingatlah bahwa pasokan Bitcoin tidak akan bertambah, sedangkan permintaannya terus naik.
Kelangkaan inilah yang menjadi sumber nilainya dan juga alasan mengapa Bitcoin terus diburu hingga hari ini.
Selain memperluas wawasan kamu tentang dunia investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
- Berapa total maksimal jumlah Bitcoin di dunia?
Hanya 21.000.000 BTC. Jumlah ini tidak bisa ditambah atau diubah.
- Saat ini sudah berapa Bitcoin yang beredar?
Lebih dari 19.700.000 BTC telah ditambang per Juli 2025.
- Kenapa ada Bitcoin yang hilang?
Karena kehilangan akses wallet, lupa private key, atau dompet rusak. Estimasi: 2.000.000—4.000.000 BTC hilang selamanya.
- Kapan seluruh Bitcoin akan selesai ditambang?
Diperkirakan pada tahun 2140, karena reward mining terus mengecil akibat halving.
- Apa dampaknya jika semua Bitcoin sudah ditambang?
Penambang hanya mendapat fee transaksi, dan Bitcoin jadi makin langka — potensi nilai tambah tinggi.
Author: Boy