Cara Kerja Investasi Momentum di Kripto dan Saham
icon search
icon search

Top Performers

Cara Kerja Investasi Momentum di Kripto dan Saham

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Cara Kerja Investasi Momentum di Kripto dan Saham

Investasi Momentum

Daftar Isi

Kamu pasti pernah lihat aset yang harganya naik terus, lalu orang-orang bilang, “Wah ini udah telat masuk!” Nah, di situlah pentingnya strategi investasi momentum. Gaya ini bukan buat nebak-nebak harga dari nol, tapi justru mengikuti tren yang udah terbentuk biar kamu bisa “surfing” di atas gelombang, bukan melawannya.

Berdasarkan data dari JP Morgan Asset Management, saham dengan momentum positif bisa menghasilkan return lebih tinggi 3-5% dibanding pasar secara keseluruhan dalam jangka menengah. Di dunia kripto, fenomena ini bahkan lebih mencolok dengan potensi outperformance mencapai 8-15% dalam periode bull run.

Tapi, gimana sih cara kerjanya? Apakah strategi ini cocok buat kamu yang main saham atau kripto? Yuk, kita bedah tuntas biar kamu makin siap cuan!

 

Apa Itu Investasi Momentum?

 

Sebelum kamu terjun pakai strategi ini, penting untuk tahu dulu definisinya dengan benar. Investasi momentum adalah strategi yang berasumsi bahwa aset yang sudah menunjukkan pergerakan harga positif akan terus bergerak ke arah yang sama untuk periode tertentu.

Secara fundamental, investasi momentum berpijak pada prinsip fisika dasar: benda yang bergerak cenderung tetap bergerak kecuali ada kekuatan lain yang menghentikannya. Dalam konteks pasar keuangan, ini berarti tren harga yang sudah terbentuk kemungkinan besar akan berlanjut dalam jangka waktu tertentu.

Menurut penelitian dari American Economic Review tahun 2023, fenomena momentum ini bukan hanya sekadar takhayul trader, tapi memiliki dasar psikologis kuat: investor cenderung lambat dalam menyerap informasi baru, sehingga menciptakan periode dimana harga belum sepenuhnya mencerminkan realitas fundamental.

Berbeda dengan value investing yang berfokus pada pencarian aset “undervalued” untuk dipegang jangka panjang, momentum investing justru memanfaatkan pergerakan harga jangka pendek hingga menengah. Value investor mencari “harta karun tersembunyi,” sedangkan momentum investor mencari “kereta yang sudah melaju.”

Sekarang setelah kamu tahu konsep dasarnya, yuk kita lihat cara kerjanya secara teknikal.

 

Cara Kerja Investasi Momentum

 

Strategi ini gak sekadar beli pas naik dan jual pas turun. Ada mekanisme teknikal yang bikin kamu bisa masuk lebih presisi. Momentum investing bekerja dengan mengidentifikasi dan mengukur kekuatan tren harga yang sedang berlangsung.

Langkah pertama adalah screening atau penyaringan aset. Trader momentum biasanya mencari saham atau kripto yang outperform (mengalahkan kinerja) pasar dalam rentang waktu tertentu, seperti 3 bulan, 6 bulan, atau 12 bulan terakhir. Menurut data BlackRock, aset dengan outperformance 10-15% dalam 6 bulan terakhir memiliki probabilitas 65% untuk terus outperform dalam 3 bulan berikutnya.

Proses entry (masuk pasar) dalam strategi momentum melibatkan analisis kecepatan kenaikan harga (velocity) dan percepatan kenaikan harga (acceleration). Trader profesional sering menggabungkan volume trading/ perdagangan dengan pergerakan harga untuk memvalidasi kekuatan tren. Peningkatan volume 30% di atas rata-rata sering dijadikan salah satu konfirmator kuat momentum.

Filosofi “buy high, sell higher” adalah inti dari strategi ini tapi jangan salah, ini bukan FOMO (Fear of Missing Out). Ada perbedaan fundamental: FOMO adalah keputusan emosional tanpa metode, sementara momentum investing adalah pendekatan terstruktur berdasarkan data dan sinyal teknikal.

Di era digital, strategi momentum bisa diimplementasikan secara manual atau otomatis melalui algoritma trading. Menurut laporan Mordor Intelligence, pada 2024 lebih dari 70% volume perdagangan harian di pasar kripto sudah dijalankan olah trading bot yang sebagian besar mengandalkan strategi momentum.

Supaya strategi ini makin tajam, kamu perlu kenal indikator teknikal yang paling cocok untuk mendeteksi momentum.

 

Indikator Teknikal untuk Deteksi Momentum

 

Gak ada strategi momentum tanpa bantuan indikator. Ini alat bantu penting buat kamu. Dalam trading modern, indikator momentum berfungsi seperti radar yang mendeteksi perubahan arah dan kekuatan tren.

RSI (Relative Strength Index) adalah salah satu indikator momentum paling populer. Dikembangkan oleh J. Welles Wilder pada 1978, Baca panduan lengkap tentang RSI di sini. RSI mengukur kecepatan dan magnitude perubahan harga untuk mengidentifikasi kondisi overbought (terlalu banyak dibeli) atau oversold (terlalu banyak dijual). RSI bergerak pada skala 0-100, dengan pembacaan di atas 70 menunjukkan overbought dan di bawah 30 menunjukkan oversold. Trader momentum sering menggunakan RSI untuk mencari divergence (perbedaan arah) antara harga dan indikator sebagai sinyal perubahan tren.

Indikator seperti MACD (Moving Average Convergence Divergence) sangat berguna untuk melihat sinyal bullish atau bearish. Pelajari lebih lanjut cara kerja MACD di sini. Indikator ini terdiri dari garis MACD (selisih antara 12-period EMA dan 26-period EMA) dan signal line (9-period EMA dari garis MACD). Ketika garis MACD memotong ke atas signal line, ini mengindikasikan momentum bullish (naik); sebaliknya ketika memotong ke bawah, mengindikasikan momentum bearish (turun). Berdasarkan studi CMT Association, MACD memberikan akurasi 62% dalam mengidentifikasi awal tren naik di pasar saham dan 67% di pasar kripto.

Moving Average (MA) membantu trader memvisualisasikan tren dengan menghaluskan fluktuasi harga. Golden cross (ketika MA jangka pendek memotong ke atas MA jangka panjang) dan death cross (ketika MA jangka pendek memotong ke bawah MA jangka panjang) adalah sinyal momentum penting. MA 50 dan 200 hari sering dijadikan patokan. Statistik dari Nasdaq menunjukkan bahwa golden cross di indeks S&P 500 menghasilkan return rata-rata 8% dalam 6 bulan sejak terjadinya sinyal tersebut.

Stochastic Oscillator membandingkan harga penutupan terkini dengan range harga dalam periode tertentu. Seperti RSI, Stochastic bergerak dalam range 0-100. Pembacaan di atas 80 menunjukkan overbought dan di bawah 20 menunjukkan oversold. Stochastic juga menggunakan sinyal crossover antara %K (garis utama) dan %D (garis signal) untuk mengidentifikasi momentum. Menurut penelitian dari Market Technicians Association, kombinasi sinyal Stochastic dengan volume perdagangan meningkatkan akurasi prediksi hingga 15%.

Sekarang kamu udah pegang alatnya. Tapi di mana dan kapan sih strategi ini cocok diterapkan?

 

Kapan dan Dimana Investasi Momentum Cocok?

Gak semua situasi cocok untuk strategi momentum. Kamu perlu tahu timing-nya. Kondisi pasar dan karakteristik aset sangat menentukan keberhasilan strategi momentum.

Investasi momentum mencapai efektivitas tertinggi dalam pasar yang sedang trending kuat (bull market atau bear market). Menurut data AQR Capital Management, strategi momentum menghasilkan alpha (return di atas pasar) 9-12% per tahun selama periode pasar dengan tren jelas. Sebaliknya, dalam pasar sideways (rata atau bergerak menyamping), strategi ini bisa menghasilkan banyak false signal yang berujung kerugian.

Likuiditas aset adalah faktor krusial lainnya. Momentum investing paling efektif diterapkan pada aset dengan volume perdagangan tinggi, seperti saham blue chip atau kripto top 50. Alasannya sederhana: aset likuid memungkinkan eksekusi order dengan cepat dan minim slippage (perbedaan harga eksekusi dengan harga yang diharapkan). Data dari NYSE menunjukkan bahwa aset dengan volume harian di bawah $5 juta mengalami slippage rata-rata 1.2% saat momentum trading, versus hanya 0.3% pada aset dengan volume di atas $50 juta.

Strategi momentum kurang cocok diterapkan pada saham microcap atau kripto dengan market cap kecil. Aset-aset ini rentan terhadap manipulasi harga dan memiliki spread (selisih harga beli-jual) yang lebar. Binance Research melaporkan bahwa aset kripto di luar top 100 memiliki volatilitas 40% lebih tinggi daripada aset di top 20, membuat sinyal momentum lebih sulit diinterpretasikan.

Dalam hal timeframe, momentum investing bisa diterapkan mulai dari swing trading (beberapa hari hingga minggu) sampai posisi jangka menengah (beberapa bulan). Namun, riset dari Journal of Finance menunjukkan bahwa sweet spot untuk memaksimalkan return risk-adjusted adalah timeframe 3-12 bulan. Di bawah 3 bulan, noise (pergerakan acak) pasar terlalu dominan; di atas 12 bulan, kekuatan momentum cenderung melemah.

Kalau udah tahu situasinya, mari kita lihat contoh praktiknya di saham dan kripto.

 

Contoh Praktik di Saham dan Kripto

Supaya kamu makin kebayang, ini contoh penerapan nyata investasi momentum di dua dunia yang berbeda. Mari kita lihat bagaimana teori momentum bekerja dalam kasus nyata di pasar saham dan kripto.

 

Contoh di Saham: TLKM (Telkom Indonesia)

Pada Q1 2024, TLKM menunjukkan pola momentum klasik setelah merilis laporan keuangan yang melampaui ekspektasi analis. Sebelum rilis, harga TLKM berkisar Rp3.600-3.800. Tiga hari setelah laporan keuangan positif, harga mulai naik dengan volume perdagangan meningkat 40% di atas rata-rata harian.

Sinyal momentum terlihat jelas ketika RSI menembus level 60 dan terus naik, sementara MACD membentuk crossover bullish. Entry point ideal adalah ketika harga menembus resistance sebelumnya di Rp3.850 dengan volume tinggi. Harga kemudian terus naik hingga Rp4.500 dalam jangka waktu 6 minggu.

Exit point muncul ketika RSI mencapai zona overbought (di atas 70) dan mulai menunjukkan divergence dengan harga (harga masih naik tapi RSI mulai turun). Trader momentum yang disiplin akan mengambil profit pada titik ini, sekitar Rp4.350-4.400, sebelum koreksi terjadi.

 

Contoh di Kripto: ETH (Ethereum)

Ethereum menunjukkan pola momentum yang kuat pada April-Mei 2024 menjelang pembaruan jaringan major dan peningkatan aktivitas on-chain. Sebelum berita ini menjadi mainstream, ETH diperdagangkan pada range $2.800-3.000.

Sinyal momentum awal muncul ketika MA 50 hari memotong ke atas MA 200 hari (golden cross) pada awal April. Volume perdagangan harian meningkat secara konsisten, naik 65% dalam dua minggu. Stochastic oscillator menunjukkan crossover bullish dari zona oversold.

Entry point optimal adalah saat harga menembus resistance psikologis $3.000 dengan candle bullish panjang dan volume tinggi. Dalam 45 hari berikutnya, ETH naik hingga mencapai $4.200, memberikan return 40%.

Exit signal muncul ketika Stochastic oscillator mencapai zona overbought ekstrem (di atas 90) selama lebih dari 5 hari berturut-turut, sementara RSI mulai membentuk double top. Trader momentum yang baik akan mulai mengurangi posisi pada level $4.000-4.100, tepat sebelum koreksi 20% yang terjadi kemudian.

Yang menarik dari kedua contoh ini adalah penerapan prinsip “konfirmasi multi indikator” tidak ada keputusan yang dibuat berdasarkan satu indikator saja, melainkan kombinasi beberapa sinyal teknikal plus katalis fundamental.

Tapi hati-hati, strategi ini juga punya risiko yang perlu kamu perhitungkan.

 

Risiko Investasi Momentum yang Harus Kamu Tahu

 

Di balik potensi cuannya, strategi ini bisa bahaya kalau kamu nggak disiplin. Momentum investing memiliki sisi gelap yang perlu kamu waspadai sebelum terjun terlalu dalam.

Salah timing adalah risiko terbesar dalam investasi momentum. Terlambat mengidentifikasi tren bisa membuat kamu masuk di puncak (buying the top), tepat sebelum koreksi terjadi. Studi dari Morningstar menunjukkan bahwa 42% trader ritel yang menggunakan strategi momentum mengalami kerugian karena masuk pasar setelah momentum sudah mencapai 70% dari siklusnya.

Over-reliance pada sinyal teknikal tunggal sering berujung pada false breakout situasi di mana harga tampak menembus level resistance penting tapi kemudian berbalik arah. Statistik dari TradingView menunjukkan bahwa tanpa konfirmasi multi-indikator, false breakout terjadi pada 35% kasus di saham dan 41% kasus di kripto.

Risiko whipsaw menjadi sangat nyata di pasar yang volatile seperti kripto. Whipsaw terjadi ketika harga bergerak bolak-balik dengan cepat, memicu sinyal beli dan jual berulang-ulang dalam waktu singkat. Selama periode volatilitas tinggi di Q2 2024, indeks whipsaw di kripto mencapai 2.3x lebih tinggi dari saham, menyebabkan kerugian signifikan bagi momentum trader yang tidak menggunakan filter volatilitas.

Tanpa disiplin cut loss dan trailing stop, strategi momentum bisa berubah menjadi bencana finansial. Data dari TD Ameritrade menunjukkan bahwa trader momentum yang tidak menggunakan stop loss secara konsisten kehilangan rata-rata 30% lebih banyak modal dalam setahun dibanding mereka yang disiplin menerapkannya.

Faktor psikologis FOMO sering kali menjadi musuh terbesar momentum investor. Ketika tren sudah dibahas di mana-mana dan menjadi pembicaraan hangat di media sosial, ini seringkali merupakan sinyal bahwa momentum sudah mendekati puncaknya. Penelitian behavioral finance dari Yale University menemukan bahwa 67% masuknya investor ritel ke aset trending terjadi di kuartil terakhir pergerakan harga, sering kali hanya beberapa hari sebelum puncak.

Jadi, gimana cara kamu bisa memaksimalkan strategi ini tanpa terjebak risikonya?

 

Tips Sukses Jalankan Strategi Momentum

 

Supaya kamu bisa maksimalin cuan dan minim risiko, ini beberapa kiat penting. Implementasi momentum investing yang sukses memerlukan disiplin, sistem, dan ketenangan mental.

Selalu gunakan konfirmasi multi-indikator sebelum mengambil keputusan. Kombinasi indikator yang saling melengkapi misalnya MA untuk tren, RSI untuk kekuatan momentum, dan volume untuk konfirmasi meningkatkan akurasi sinyal hingga 40% menurut penelitian dari Chartered Market Technician Association. Hindari bergantung pada satu indikator saja, tidak peduli seberapa “ajaib” klaim tentangnya.

Risiko harus dikelola secara ketat melalui stop loss yang konsisten. Banyak trader momentum profesional menggunakan aturan 2% rule tidak pernah berisiko lebih dari 2% total portofolio pada satu posisi. Lebih jauh lagi, menurut analisis dari eToro, trader momentum yang sukses selalu menempatkan stop loss pada level di mana “cerita momentum” tidak lagi valid—biasanya di bawah swing low terakhir atau di bawah MA periode tertentu.

Memiliki watchlist aset yang likuid adalah langkah proaktif yang wajib. Alih-alih mengejar semua peluang, profesional biasanya memantau 15-25 aset yang memenuhi kriteria likuiditas dan volatilitas yang diinginkan. Menurut Financial Times, trader momentum institusional umumnya hanya fokus pada aset dengan daily turnover minimal 1% dari market cap-nya.

Timeframe trading harus sesuai dengan tipe momentum yang kamu incar. Menurut CME Group, timeframe H4 (4 jam) hingga D1 (harian) optimal untuk swing trading momentum karena memfilter noise pasar sambil tetap menangkap pergerakan signifikan. Timeframe yang lebih kecil cenderung menghasilkan lebih banyak sinyal palsu, sementara timeframe lebih besar mungkin terlambat menangkap perubahan momentum.

Backtest strategi sebelum menerapkannya dengan uang sungguhan. Data dari Binance Academy menunjukkan bahwa trader yang melakukan backtest minimal 50 kali trade historis sebelum live trading mengalami kurva pembelajaran 40% lebih cepat dan kehilangan 60% lebih sedikit modal dalam fase awal. Backtest membantu kamu mengenali pola-pola yang bekerja dan tidak bekerja di aset spesifik.

Adapta sistem momentum kamu sesuai kondisi pasar. Dalam bull market yang kuat, parameter entry bisa sedikit dilonggarkan dan trailing stop diperlebar. Sebaliknya, dalam market yang mulai ragu-ragu (choppy), parameter entry harus diperketat dan take profit dipercepat. TradeStation melaporkan bahwa trader momentum adaptif menghasilkan return 3.2x lebih tinggi dibanding mereka yang menggunakan parameter statis di semua kondisi pasar.

Sekarang kamu udah ngerti dasar, alat, hingga tipsnya. Saatnya kita simpulkan dan pastikan kamu siap action.

 

KESIMPULAN

 

Strategi investasi momentum cocok buat kamu yang gak mau terlalu banyak menebak pasar. Selama kamu disiplin pakai indikator dan paham cara kerjanya, strategi ini bisa bantu kamu ambil peluang dari tren yang sedang menguat baik di saham maupun kripto.

Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa strategi momentum telah menghasilkan alpha (kelebihan return dibanding pasar) secara konsisten dalam dekade terakhir. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada implementasi yang tepat: masuk pada timing yang optimal, menggunakan konfirmasi multi-indikator, dan yang terpenting disiplin dalam manajemen risiko.

Di era pasar yang semakin efisien, keunggulan momentum sebagai strategi tidak terletak pada “mencari tahu sesuatu yang tidak diketahui orang lain”, tapi pada eksekusi yang lebih baik, disiplin yang lebih kuat, dan manajemen risiko yang lebih cerdas.

Ingat, yang paling penting bukan seberapa sering kamu benar, tapi seberapa besar kamu menang saat benar dan seberapa kecil kamu rugi saat salah. Pada akhirnya, momentum investing adalah tentang surfing di atas gelombang tren bukan mencoba menebak kapan dan di mana gelombang akan muncul.

 

Itulah informasi menarik tentang cara kerja investasi mementum yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apa bedanya momentum investing dan value investing?

Value investing mencari aset yang harganya di bawah nilai intrinsiknya (underpriced) untuk dipegang jangka panjang, berdasarkan analisis fundamental perusahaan. Momentum investing, sebaliknya, mencari aset yang performanya sedang naik (trending) untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek hingga menengah, dengan fokus pada pergerakan harga dan volume, bukan nilai fundamental. Secara filosofis, value investor bertanya “berapa nilai sebenarnya dari aset ini?” sementara momentum investor bertanya “ke mana arah pergerakan harga ini selanjutnya?”

2. Apakah strategi ini cocok untuk pemula?

Strategi momentum bisa cocok untuk pemula dengan beberapa catatan penting. Kamu perlu memahami dasar-dasar analisis teknikal dan psikologi trading terlebih dahulu. Pemula sebaiknya mulai dengan timeframe yang lebih panjang (harian atau mingguan) untuk mengurangi keputusan impulsif, serta menggunakan posisi sizing yang konservatif (1% dari portofolio per trade). Menurut survey eToro, pemula yang memulai dengan paper trading momentum selama minimal 3 bulan sebelum menggunakan uang sungguhan memiliki tingkat keberhasilan 2.5x lebih tinggi dalam jangka panjang.

3. Bisa dipakai di aset kripto?

Sangat bisa! Bahkan menurut data Glassnode, lebih dari 60% volume trading kripto digerakkan oleh strategi berbasis momentum. Namun, ada beberapa penyesuaian penting: (1) parameter overbought/oversold di kripto biasanya lebih ekstrem dibanding saham konvensional, (2) timeframe optimal biasanya lebih pendek karena siklus kripto yang lebih cepat, dan (3) kamu perlu lebih waspada terhadap manipulasi harga, terutama di altcoin dengan kapitalisasi kecil. Kripto dengan fundamental kuat dan likuiditas tinggi seperti BTC, ETH, SOL, dan BNB paling cocok untuk strategi momentum.

4. Apa risiko paling besar dari strategi momentum?

Risiko terbesar adalah masuk di puncak harga (buying the top) karena telat baca sinyal, atau terjebak false breakout (sinyal palsu). Data dari Binance Research menunjukkan bahwa 38% kerugian trader momentum berasal dari timing entry yang buruk, sementara 24% berasal dari false breakout. Untuk memitigasi risiko ini, trader profesional selalu menggunakan kombinasi multi-timeframe (cek momentum di timeframe yang lebih besar sebelum masuk di timeframe yang lebih kecil) dan menunggu konfirmasi (biasanya minimal 2 candle closing di atas resistance) sebelum mengambil posisi.

5. Berapa lama sebaiknya saya memegang aset dalam strategi momentum?

Studi dari Journal of Financial Economics menunjukkan bahwa holding period optimal untuk strategi momentum berkisar antara 3-6 bulan untuk saham dan 2-8 minggu untuk kripto. Namun, alih-alih menetapkan target waktu yang kaku, lebih baik menggunakan indikator teknikal atau trailing stop untuk menentukan exit. Menurut analisis dari CoinMetrics, trader momentum yang exit berdasarkan sinyal teknikal (seperti bearish divergence di RSI atau MACD crossover ke bawah) rata-rata mendapatkan return 22% lebih tinggi dibanding mereka yang menggunakan time-based exit.

Author: RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
Nama Harga 24H Chg
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Donchian Channel: Rahasia Cuan Saat Market Breakout!

Breakout Itu Mahal, Apalagi Kalau Ketinggalan Pernah nggak sih kamu

Bing AI vs ChatGPT: Mana Lebih Cocok Buat Analisis Pasar?

Kalau kamu sering melakukan riset market kripto dan analisis pergerakan

You.com AI: Mesin Pencari yang Bisa Ngobrol & Bikin Gambar?

Selama ini, kamu mungkin terbiasa menggunakan mesin pencari untuk sekadar