Apa Itu Max Pain BTC? Strategi Cuan dari Opsi Bitcoin
icon search
icon search

Top Performers

Apa Itu Max Pain BTC? Strategi Cuan dari Opsi Bitcoin

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Apa Itu Max Pain BTC? Strategi Cuan dari Opsi Bitcoin

Apa Itu Max Pain BTC? Strategi Cuan dari Opsi Bitcoin

Daftar Isi

Di 2025, minat terhadap opsi Bitcoin melonjak karena banyak trader mencari cara yang lebih cerdas mengelola risiko dan memanfaatkan volatilitas. Setiap kali tanggal kedaluwarsa mendekat, satu istilah selalu viral: Max Pain. Banyak yang menganggapnya sebagai “magnet harga” jelang expiry, lalu bertanya-tanya kenapa spot kadang merapat ke angka tertentu seolah ada yang menarik. Kamu akan sering melihat grafik batang open interest per strike yang menumpuk di satu area, dan dari situlah teori ini lahir. Namun, Max Pain bukan ramalan sakti. Ia hanya satu potongan puzzle dalam pasar derivatif yang kompleks. Supaya kamu bisa menggunakannya dengan tepat, kita mulai dengan definisi dasarnya terlebih dahulu.

 

Definisi Max Pain BTC

Secara sederhana, Max Pain adalah level harga saat kedaluwarsa di mana mayoritas pembeli opsi (call dan put) mengalami kerugian terbesar, sementara penjual opsi menerima keuntungan maksimum. Ide dasarnya: jika harga berakhir dekat level itu, kontrak yang jauh dari strike menjadi tidak bernilai sehingga pembeli “sakit”, penjual “senang”.
Di sini penting untuk meluruskan satu miskonsepsi: Max Pain tidak ada hubungannya dengan pasokan maksimum Bitcoin. Batas suplai BTC memang 21 juta, tetapi itu urusan protokol. Max Pain murni indikator dari market derivatif yang mengukur distribusi kerugian-teoretis pembeli opsi. Setelah paham pembedaan ini, kamu akan lebih mudah mengikuti bagaimana angka Max Pain dihitung.

Sekarang mari masuk ke dapur perhitungannya agar kamu memahami logika di balik angka yang sering beredar itu.

 

Cara Menghitung Max Pain (intuitif, tanpa rumus rumit)

Gambaran kasarnya begini. Untuk setiap strike price, hitung nilai intrinsik yang harus “dibayar” penjual opsi jika harga ditutup di strike tertentu saat expiry.

 

  • Untuk call: jika harga penutupan di atas strike, pembeli berhak atas selisih; jika di bawah, kontrak hangus.

  • Untuk put: kebalikannya; jika harga di bawah strike, ada nilai, jika di atas, hangus.

 

Lalu, jumlahkan kerugian teoretis pembeli call dan put di semua strike untuk tiap kemungkinan harga penutupan. Level dengan total kerugian terendah bagi pembeli merupakan Max Pain. Dalam praktik, platform menghitungnya dari open interest (jumlah kontrak yang masih aktif) per strike untuk tanggal kedaluwarsa tertentu. Karena OI berubah dari waktu ke waktu, Max Pain juga bisa bergeser mendekati hari H.

Ada dua catatan penting. Pertama, Max Pain adalah area, bukan titik absolut; trader berpengalaman cenderung memberi toleransi beberapa ratus dolar di sekitar angka itu. Kedua, pinning tidak selalu terjadi; kadang harga meledak menjauh karena katalis makro atau aliran order besar.

Setelah memahami logikanya, kamu mungkin bertanya kenapa angka dari satu situs bisa berbeda dengan situs lain. Itu wajar dan ada alasannya.

 

Kenapa Angka di Tiap Sumber Bisa Berbeda?

Perbedaan biasanya muncul dari cakupan data dan metodologi. Ada yang menghitung berdasarkan opsi di bursa derivatif tertentu (misalnya Deribit), ada pula yang mengambil agregat beberapa tempat. Ada pula dasbor yang menampilkan opsi produk terkait Bitcoin seperti ETF tertentu, yang tentu berbeda karakter dengan opsi BTC di pasar kripto. Selain itu, snapshot waktu sangat berpengaruh; OI bisa berubah drastis jelang expiry karena penutupan posisi, rolling, atau pembentukan strategi baru.

Intinya, bedanya bukan berarti ada yang “salah”. Itu hanya perspektif data yang tak identik. Karena itu, banyak trader membandingkan setidaknya dua sumber sebelum mengambil keputusan.

Dengan bingkai itu, kita masuk ke cara membaca Max Pain saat minggu expiry, momen ketika indikator ini paling sering dibicarakan.

 

Cara Membaca Max Pain di Minggu Expiry

Bayangkan minggu expiry yang padat. Di awal pekan, kamu mengecek dasbor dan melihat Max Pain di 70.000. Harga spot, misalnya, berada di 73.000. Kondisi ini mengisyaratkan dua hal. Pertama, jika tidak ada katalis kuat, mean reversion ke area 70.000 kerap terjadi karena pelaku pasar mengelola posisi agar kerugian minimum. Kedua, jarak 3.000 itu bisa menyempit bukan karena “tangan tak terlihat”, melainkan kombinasi hedging, penutupan posisi, dan aktivitas market maker yang mempengaruhi likuiditas.

Dua hari menjelang expiry, kamu kembali mengecek. Ternyata OI berubah, Max Pain bergeser ke 71.000. Di sini kamu tidak menganggap angka lama sebagai patokan kaku. Kamu memperbarui area kerja, memeriksa support–resistance terdekat, melihat likuiditas stop di atas-bawah harga, serta mengecek apakah ada rilis data makro yang bisa mematahkan skenario pinning.

Kuncinya, jangan mengejar angka Max Pain secara buta. Jadikan ia acuan kontekstual di dalam peta yang lebih luas: struktur harga, volume, volatilitas, dan sentimen.

Setelah bisa membaca konteksnya, barulah strategi eksekusi jadi relevan. Berikut pendekatan yang bisa kamu pertimbangkan.

 

Strategi Praktis Memanfaatkan Max Pain

Kamu bisa memakai Max Pain dengan dua lensa: opsi dan spot. Pendekatan ini tidak saling meniadakan; banyak trader spot yang memantau derivatif untuk memahami peta likuiditas.

Untuk trader opsi:

Fokus utamanya adalah manajemen volatilitas dan time decay. Jika kamu berpengalaman, strategi net short theta seperti short strangle atau iron condor di sekitar area Max Pain dapat menguntungkan ketika harga “tenang” mendekat ke level tersebut. Namun, strategi ini butuh pemahaman Greeks (delta, gamma, vega, theta), margin, risiko assignment, serta rencana mitigasi ketika harga berlari menjauh. Trader berpengalaman sering mengelola posisi dengan rolling atau delta hedging jika pergerakan tak sesuai rencana.

 

Untuk trader spot:

Pendekatannya mirip mean reversion terukur. Kamu memetakan area Max Pain dan membandingkannya dengan support–resistance serta zona likuiditas. Jika harga di atas Max Pain dan momentum melemah menjelang expiry, kamu bisa menyiapkan skenario pullback ke area itu dengan ukuran posisi konservatif. Konfirmasi bisa berasal dari sinyal teknikal sederhana seperti struktur lower high, divergensi momentum, atau break minor support. Di sisi lain, jika ada katalis kuat dan tren semakin kencang menjauh, kamu tidak melawan arus; skenario invalid langsung kamu hormati.

Apa pun gayanya, satu hal tak bisa ditawar: manajemen risiko trading. Ukuran posisi, stop yang masuk akal, serta rencana keluar harus ditulis sebelum masuk. Max Pain membantu kamu membaca peta, tetapi disiplin yang memberi peluang hasil konsisten.

Agar gambaran makin konkret, mari lihat dua skenario mini yang sering terjadi.

 

Studi Mini: Dua Skenario yang Perlu Kamu Antisipasi

Skenario A – Efek “pinning” bekerja: Harga memudar mendekati area Max Pain saat H-1 hingga jam terakhir expiry. Di sini, strategi mean reversion cenderung bekerja baik selama volatilitas terkontrol dan tidak ada berita besar. Pengelolaan posisi bertahap masuk akal, dengan target realistis sekitar area, bukan titik tepat.

Skenario B – Tren menembus dan berlari: Tiba-tiba rilis data makro atau berita jaringan mendorong order besar. Harga justru menjauh cepat dari Max Pain. Pada kondisi ini, trader yang keras kepala melawan tren sering terpukul. Sementara itu, trader opsi yang net short theta harus siap melakukan hedging atau menutup posisi untuk menghentikan kerugian. Pelajaran pentingnya sederhana: Max Pain bukan tembok.

Kedua skenario ini mengajarkan hal yang sama: kamu memerlukan rencana A dan rencana B sejak awal supaya eksekusi tidak emosional.

Supaya rencanamu konsisten dari minggu ke minggu, susun alur kerja yang rapi.

 

Workflow Mingguan yang Teruji

Kalau kamu ingin memanfaatkan Max Pain secara konsisten, kuncinya ada di rutinitas. Mulailah dengan menentukan tanggal expiry yang paling relevan dengan rencana tradingmu. Begitu tanggal itu jelas, kamu bisa menyiapkan agenda mingguan yang rapi.

Di awal pekan, bukalah dasbor opsi dari minimal dua sumber berbeda. Tujuannya sederhana: kamu ingin melihat di mana posisi Max Pain dan bagaimana distribusi open interest terbentuk. Setelah mendapatkan gambaran, tandai area Max Pain di chart spot lalu sandingkan dengan support–resistance dan zona likuiditas yang sudah kamu petakan. Dari sini, kamu sudah bisa membuat dua skenario: jika harga perlahan merapat ke area tersebut, apa rencana entry, target, dan batas invalidasi yang akan kamu gunakan? Sebaliknya, jika harga justru menjauh karena tren kuat, langkah apa yang akan kamu ambil untuk melindungi modal dan kapan kamu siap menutup posisi?

Menjelang dua atau tiga hari terakhir sebelum expiry, jangan lupa untuk memperbarui datamu. Ingat, open interest bisa berubah drastis menjelang hari H, sehingga angka Max Pain yang kamu lihat di awal pekan mungkin sudah bergeser. Akhirnya, tutup rutinitas mingguanmu dengan journaling. Catat bagaimana harga bereaksi, apakah kamu disiplin mengikuti rencana, dan apa yang bisa diperbaiki minggu depan. Dengan cara ini, Max Pain bukan sekadar angka, melainkan bagian dari proses belajar berulang yang membuatmu semakin tajam dari waktu ke waktu.

Dengan cara ini, Max Pain bukan sekadar angka, melainkan bagian dari proses belajar berulang yang membuatmu semakin tajam dari waktu ke waktu. Tapi tentu saja, meskipun workflow ini terdengar rapi, ada batasan yang harus kamu pahami. Setiap indikator punya sisi kuat dan sisi lemahnya, dan Max Pain tidak terkecuali.

 

Kelebihan, Kelemahan, dan Miskonsepsi yang Perlu Kamu Tahu

Kelebihan Max Pain ada pada kesederhanaan dan relevansi timing. Menjelang expiry, indikator ini membantu kamu membaca kecenderungan pasar merapikan posisi. Namun, ada kelemahan yang tak boleh diabaikan. Pertama, tidak selalu terjadi pinning; katalis bisa mematahkan skenario. Kedua, angka antar sumber berbeda karena cakupan dan metode. Ketiga, angka bisa bergeser mendekati H-0 sehingga kamu wajib memperbarui peta.

Soal miskonsepsi, tiga hal perlu dihapus dari kamusmu. Max Pain bukan batas maksimum harga BTC, bukan sinyal entry otomatis, dan bukan alat prediksi jangka panjang. Ia hanyalah indikator derivatif yang paling bermanfaat ketika kamu memadukannya dengan analisis teknikal, sentimen, dan manajemen risiko.

Setelah semuanya dibahas, mari ringkas inti pelajaran yang paling berguna untukmu.

 

Kesimpulan

Max Pain BTC bukan sekadar angka di layar opsi, tapi cermin bagaimana pasar derivatif bekerja memengaruhi harga spot. Dengan memahaminya, kamu bisa membaca “arah angin” jelang expiry, kapan harga cenderung merapat ke area tertentu, dan kapan justru tren besar bisa melawan arus.

Namun ingat, Max Pain bukan kompas mutlak. Ia hanya satu koordinat di peta besar pasar kripto. Keuntungan nyata lahir ketika kamu memadukan informasi ini dengan analisis teknikal, sentimen, dan manajemen risiko yang disiplin.

Jangan biarkan Max Pain membuatmu terlena seolah harga pasti “terkunci”. Anggaplah ia sebagai alarm pasar: memberi tanda bahaya, tapi keputusan menekan rem atau gas tetap ada di tanganmu. Trader yang bisa membaca tanda dengan bijak—itulah yang akan bertahan, bukan yang mengejar angka tanpa rencana.

 

Itulah informasi menarik tentang Max Pain BTC yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

 

Follow Sosmed Telenya Indodax sekarang!

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apa itu Max Pain BTC?
Max Pain BTC adalah level harga kedaluwarsa opsi di mana pembeli rugi paling banyak dan penjual diuntungkan. Angka ini jadi acuan penting di pasar derivatif.

2. Apakah Max Pain bisa mengunci harga Bitcoin?
Tidak selalu. Kadang harga spot mendekati area itu, kadang malah menjauh karena berita besar. Gunakan Max Pain sebagai petunjuk arah, bukan janji pasti.

3. Apa bedanya Max Pain dengan suplai maksimum 21 juta BTC?
Max Pain indikator pasar derivatif, sementara 21 juta adalah batas pasokan tetap Bitcoin. Keduanya sama sekali berbeda konteksnya.

4. Kapan Max Pain paling berguna?
Paling relevan menjelang H-2 hingga H-0 expiry saat volatilitas meningkat. Di luar itu, pengaruhnya lebih lemah.

5. Kenapa angka Max Pain berbeda di tiap situs?
Karena metode perhitungan dan cakupan bursa berbeda. Makanya sebaiknya kamu cek di lebih dari satu sumber sebelum ambil kesimpulan.

6. Bagaimana strategi sederhana untuk pemula?
Jadikan Max Pain sebagai area kontekstual. Cocokkan dengan support–resistance, atur batas risiko jelas, dan jangan pernah melawan tren kuat.

7. Apakah Max Pain berlaku juga untuk altcoin?
Bisa, tapi likuiditas derivatif altcoin lebih tipis. Artinya, sinyal Max Pain di altcoin sering kurang bisa diandalkan dibanding Bitcoin.

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Bitcoin,Market Signal

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.79%
bnb BNB 0.3%
sol Solana 5.27%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.53%
pol Polygon Ecosystem Token 1.94%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
VIDYX/IDR
VidyX
3
50%
CONX/IDR
Connex
510.000
33.96%
BIO/IDR
Bio Protoc
2.161
25.86%
VSYS/IDR
v.systems
7
16.67%
ORDER/IDR
Orderly Ne
2.362
16.53%
Nama Harga 24H Chg
VCG/USDT
VCGamers
0
-33.28%
KUNCI/IDR
Kunci Coin
3
-25%
TOKO/IDR
Tokoin
3
-25%
ABYSS/IDR
Abyss
185
-22.59%
TROLLSOL/IDR
TROLL (SOL
2.655
-21.8%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Apa Itu Max Pain BTC? Strategi Cuan dari Opsi Bitcoin

Di 2025, minat terhadap opsi Bitcoin melonjak karena banyak trader

Pomodoro Trading: Rahasia Fokus & Cuan Tanpa Burnout

Kamu mungkin pernah merasa “terbawa arus” ke chart: niatnya cuma

Okalio Mining: Cara Sewa Hash Power Tanpa Ribet

Menambang kripto identik dengan rakitan rig besar, suara bising kipas,