Retention Rate Adalah Rahasia Jaga User Tetap Aktif
icon search
icon search

Top Performers

Retention Rate Adalah Rahasia Jaga User Tetap Aktif

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Retention Rate Adalah Rahasia Jaga User Tetap Aktif

Retention Rate Adalah Rahasia Jaga User Tetap Aktif

Daftar Isi

Mengapa retensi sering lebih menentukan daripada akuisisi

Kamu mungkin sudah mendorong kampanye akuisisi ke mana-mana, tapi growth tetap seret. Penyebabnya sering sederhana: user cepat datang, cepat pergi. Biaya akuisisi terus naik, sementara transaksi berulang tumbuh pelan. Bahkan di ranah kripto, strategi cara investasi kripto untuk pemula jadi kunci menjaga user agar tidak sekadar coba-coba. Di titik ini, retention rate—persentase pengguna yang terus aktif dalam satu periode—menjadi kunci. Begitu retensi membaik, setiap rupiah untuk akuisisi terasa lebih berharga karena user bertahan lebih lama, memberi transaksi lebih sering, dan pada akhirnya memperkuat arus pendapatan. Dari gambaran ini, kita akan masuk ke definisi, cara hitung, patokan 2025, sampai strategi praktis yang relevan untuk produk digital, khususnya fintech dan kripto.

 

Apa itu retention rate? makna di balik satu angka

Retention rate bukan sekadar istilah teknis yang muncul di laporan bisnis, tapi sebuah cermin dari seberapa kuat sebuah produk mampu mempertahankan penggunanya. Kalau kamu mendengar orang bicara “retensi”, itu artinya mereka sedang membahas berapa banyak orang yang tetap aktif menggunakan produk setelah periode tertentu, dibandingkan dengan jumlah awal. Bayangkan kamu punya seratus pengguna di awal bulan, lalu tiga puluh di antaranya masih bertahan setelah sebulan. Itulah gambaran nyata retention rate bekerja.

Lebih dari sekadar angka, retention rate mengukur loyalitas dan kepercayaan. Produk yang bisa mempertahankan pengguna biasanya punya pengalaman yang menyenangkan, nilai yang jelas, dan alasan yang kuat untuk kembali. Dalam konteks digital—terutama aplikasi finansial dan platform kripto—retensi menjadi pembeda antara pengguna yang hanya mencoba sekali dengan mereka yang benar-benar membangun kebiasaan. Angka retensi yang sehat berarti produk kamu bukan hanya menarik di awal, tapi juga mampu memberi alasan bagi pengguna untuk terus kembali.

 

Cara menghitung retention rate (rumus dan contoh konkret)

Rumus yang paling umum dipakai adalah:

Rumus umum Retention Rate

Keterangan:

  • S = jumlah pengguna di awal periode,
  • E = jumlah pengguna di akhir periode,
  • N = pengguna baru yang bergabung di periode tersebut.

 

Bayangkan awal bulan kamu punya 10.000 pengguna aktif. Di akhir bulan ada 10.800 pengguna aktif, termasuk 2.300 pengguna baru. Retensi bulan itu berarti (10.800?2.300)/10.000=85%(10.800 – 2.300) / 10.000 = 85\%(10.800?2.300)/10.000=85%. Angka 85% memberi sinyal kuat bahwa sebagian besar pengguna awal masih aktif. Setelah tahu cara hitungnya, langkah berikutnya adalah memahami standar yang realistis untuk dijadikan acuan.

 

Benchmark 2025: seperti apa angka retensi yang wajar?

Setiap industri punya pola retensinya sendiri, jadi kamu nggak bisa menilai semua produk dengan standar yang sama. Di bisnis berlangganan B2B misalnya, pengguna cenderung rutin kembali karena layanan yang dipakai sudah menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari. Sebaliknya, di aplikasi finansial konsumen, perilaku jauh lebih fluktuatif karena keputusan memakai aplikasi sering dipicu kebutuhan sesaat atau tren musiman.

Di tahun 2025, gambaran yang banyak dipakai praktisi menunjukkan variasi yang cukup jelas. Aplikasi finansial rata-rata mencatat Day-1 retention sekitar 30%, lalu turun menjadi 10–15% di Day-30. Layanan keuangan tradisional yang lebih mapan biasanya stabil di kisaran 12–15% per bulan. Untuk produk SaaS, angka retensinya relatif lebih tinggi, bahkan bisa mencapai 40–50% pada bulan pertama karena model penggunaannya berulang. Gambaran ini mirip dengan strategi DCA crypto yang mendorong kebiasaan investasi jangka panjang. Di sisi lain, kalau bicara retensi karyawan, angka sehat biasanya ada di atas 80% per tahun karena hubungannya berbeda: ini bukan soal aplikasi, tapi soal hubungan kerja.

Perbedaan ini penting supaya kamu tidak keliru membandingkan. Retensi pengguna di aplikasi kripto, misalnya, tidak bisa disamakan dengan retensi karyawan di perusahaan. Kalau kamu salah tolok ukur, hasil analisis bisa menyesatkan. Setelah paham gambaran besar ini, langkah berikutnya adalah melihat sisi lain dari koin: churn, alias persentase pengguna yang justru meninggalkan produk.

 

Retention vs churn: dua sisi koin yang sama

Kalau retention menggambarkan siapa saja yang masih bertahan, maka churn adalah kebalikannya: siapa saja yang memutuskan pergi. Bayangkan kamu punya seratus pengguna di awal bulan. Kalau delapan puluh di antaranya masih aktif sampai akhir, berarti retention kamu 80%. Secara otomatis, churn-nya 20%—dua puluh orang yang hilang dari radar.

Masalahnya, banyak tim terlalu fokus ke akuisisi. Mereka sibuk mengisi bagian atas funnel dengan iklan, promo, dan kampanye besar-besaran. Hasilnya memang ada lonjakan pendaftaran, tapi karena churn tak dikendalikan, pengguna yang masuk justru keluar lagi dengan cepat. Situasinya mirip mengisi ember bocor: berapa pun banyaknya air yang kamu tuangkan, akhirnya tetap habis.

Di sinilah pentingnya melihat retention dan churn sebagai pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Pertumbuhan sejati bukan hanya menambah jumlah registrasi, melainkan memperbesar basis pengguna aktif yang benar-benar bertahan. Dengan mengelola keduanya sekaligus—meningkatkan aktivasi sekaligus mengurangi gesekan—kamu sedang membangun fondasi pertumbuhan yang stabil, bukan sekadar ilusi angka di dashboard.

 

Faktor yang paling mempengaruhi retensi

Retensi pengguna sebenarnya tidak pernah ditentukan oleh satu faktor tunggal. Ia lahir dari pengalaman menyeluruh, mulai dari saat pertama kali seseorang mengenal produk hingga keputusan mereka untuk terus kembali.

Salah satu titik paling krusial adalah onboarding. Jika langkah awal terasa jelas dan mudah, pengguna bisa cepat menemukan “momen aha” yang membuat mereka mengerti manfaat produk. Sebaliknya, onboarding yang berbelit justru menambah risiko churn di minggu pertama.

Setelah itu, yang menjaga pengguna tetap kembali adalah nilai nyata dari produk. Apakah aplikasi benar-benar mempermudah hidup mereka? Apakah ada manfaat yang bisa langsung dirasakan? Jika jawabannya iya, alasan untuk kembali akan selalu ada.

Tak kalah penting adalah pengalaman pengguna. Antarmuka yang ringkas, transaksi yang cepat, dan proses bebas error memperpendek jarak antara niat dan aksi. Di sisi lain, satu error kecil saat deposit atau withdrawal bisa cukup untuk membuat pengguna meninggalkan produk selamanya.

Kemudian ada dukungan yang sigap. Respons cepat ketika pengguna mengalami masalah bukan hanya menyelesaikan isu teknis, tetapi juga menumbuhkan rasa dihargai. Pengguna yang merasa diperhatikan cenderung lebih loyal dibanding mereka yang dibiarkan frustrasi.

Khusus di fintech dan kripto, ada faktor unik yang tak boleh diabaikan: edukasi. Semakin paham cara menggunakan fitur, memahami risiko, dan mengerti peluang investasi, semakin percaya diri seorang pengguna dalam mengambil keputusan. Inilah alasan mengapa konten seperti cara membaca candlestick crypto bisa meningkatkan retensi trader baru.  Rasa percaya diri inilah yang sering menjadi alasan utama mereka bertahan.

Melihat semua faktor ini, jelas bahwa retensi bukanlah kebetulan. Ia terbentuk dari rangkaian pengalaman yang konsisten. Setelah memahami pendorong utama ini, kita bisa melangkah ke strategi konkret yang bisa kamu terapkan untuk meningkatkan retensi secara bertahap.

 

Strategi meningkatkan retention (fokus fintech & kripto)

Awali dari onboarding berorientasi hasil. Alih-alih tur antarmuka yang panjang, arahkan pengguna ke satu tindakan bernilai—misalnya menyelesaikan verifikasi dan mencoba fitur inti dengan simulasi—dalam beberapa langkah yang jelas. Lanjutkan dengan edukasi berkelanjutan berbasis kebutuhan: artikel tutorial, kursus singkat, dan panduan konteks pasar yang relevan mencegah kebingungan sekaligus menumbuhkan kepercayaan. Tambahkan komunikasi proaktif yang tersegmentasi. Notifikasi, email, atau in-app message harus menyesuaikan tahap pengguna: pemula butuh peneguhan dasar, pengguna aktif butuh insight yang mendorong transaksi berkualitas.

Selanjutnya, pertimbangkan program loyalti dan gamifikasi yang cerdas. Poin, badge, atau level bisa memicu kebiasaan kembali, tetapi pastikan reward mendorong tindakan bermutu, bukan sekadar klik. Perkuat dengan komunitas dan sesi tanya jawab terjadwal. Pengguna yang punya tempat untuk bertanya cenderung bertahan karena merasa ditemani. Terakhir, sediakan jalur dukungan cepat untuk kendala KYC, deposit, atau keamanan; satu friksi di momen krusial bisa mendorong churn yang tidak perlu. Jika strategi ini berjalan, kamu butuh cara evaluasi yang tajam agar perbaikan bersifat terarah.

 

Mengukur retensi secara cerdas: cohort, kurva, dan definisi “aktif”

Mulailah dengan analisis cohort—kelompokkan pengguna berdasarkan minggu atau bulan akuisisi, lalu pantau persentase yang tetap aktif dari D1, D7, D30, hingga bulan ke-2 dan ke-3. Pola penurunan yang curam di awal menandakan masalah onboarding; penurunan belakangan menandakan value atau konten kurang berkelanjutan. Visualisasikan kurva retensi untuk melihat kapan garis mulai mendatar; titik datar ini menggambarkan basis pengguna setia yang realistis.

Sama pentingnya, tetapkan definisi “aktif” yang berarti. Untuk exchange atau aplikasi finansial, “aktif” sebaiknya bukan hanya login, melainkan aktivitas bernilai seperti deposit, transaksi, atau penyelesaian misi edukasi. Ukur juga DAU/WAU/MAU, rasio DAU/MAU untuk kedalaman kebiasaan, serta metrik pendapatan seperti Gross Revenue Retention (GRR) dan Net Revenue Retention (NRR) jika model bisnismu berlangganan. Dengan metrik yang tepat, setiap eksperimen retensi memberi sinyal yang dapat ditindaklanjuti.

 

Kesalahan umum yang sering menurunkan retensi

Kalau bicara retensi, sering kali kegagalan justru datang dari hal-hal yang terlihat kecil tapi berdampak besar. Banyak tim yang sudah mati-matian menarik pengguna baru, namun akhirnya menabrak dinding karena mengulang kesalahan yang sama.

Salah satu jebakan paling umum adalah onboarding yang informatif tapi tidak transformatif. Banyak produk sibuk menjelaskan letak tombol atau fitur, tetapi lupa membantu pengguna mencapai hasil yang benar-benar berarti. Padahal, pengguna bertahan bukan karena tahu semua menu, melainkan karena merasakan manfaat nyata sejak awal.

Kesalahan lain ada di komunikasi massal yang tidak relevan. Mengirim pesan yang sama ke semua segmen terdengar efisien, tapi nyatanya sering berbalik jadi bumerang. Notifikasi yang tidak sesuai kebutuhan hanya membuat pengguna lelah dan akhirnya menonaktifkan pengingat atau bahkan meninggalkan aplikasi. Personalisi sederhana bisa jauh lebih efektif daripada banjir pesan generik.

Yang tak kalah berbahaya adalah mengabaikan momen risiko. Saat pengguna menghadapi kendala verifikasi, gagal deposit, atau menemui error pada transaksi, setiap menit terasa krusial. Jika masalah itu dibiarkan berlarut, rasa frustrasi bisa mendorong mereka untuk pindah ke produk lain. Banyak churn terjadi bukan karena produk jelek, tapi karena pengalaman buruk yang tidak ditangani di saat genting.

Dengan menghindari tiga jebakan ini, pondasi retensi kamu akan jauh lebih kuat. Retensi yang sehat bukan soal trik besar semata, melainkan konsistensi menghindari kesalahan kecil yang berdampak besar. Setelah memahami sisi gelap ini, kamu bisa menutup perjalanan dengan merangkum apa arti retensi sebenarnya bagi kesehatan sebuah produk.

 

Kesimpulan: retensi adalah cermin kesehatan produk

Pada akhirnya, retention rate bukan sekadar angka di dashboard, melainkan cermin sejati kesehatan produk kamu. Angka itu menunjukkan apakah pengguna benar-benar menemukan alasan untuk kembali, atau hanya sekadar mampir sebentar lalu pergi.

Di tengah biaya akuisisi yang makin mahal, retensi bukan lagi pelengkap strategi, melainkan inti dari pertumbuhan yang berkelanjutan. Produk dengan retensi kuat berarti berhasil memberi pengalaman yang bermakna: onboarding yang mengantar pengguna pada hasil nyata, edukasi yang menumbuhkan rasa percaya diri, hingga komunikasi yang relevan dan tepat waktu. Semua ini bukan sekadar menambah daftar registrasi, tetapi membangun kebiasaan yang bernilai.

Kalau kamu bisa menjaga pengguna tetap aktif, kamu tidak hanya memenangkan angka-angka di laporan, tapi juga membangun kepercayaan, loyalitas, dan hubungan jangka panjang yang menjadi sumber cuan berulang. Sama halnya dengan pentingnya manajemen risiko investasi yang menjaga perjalanan finansial tetap stabil. Di dunia digital yang serba cepat berubah, retensi adalah salah satu rahasia paling nyata yang membedakan produk yang sekadar ramai di awal dengan produk yang benar-benar bertahan dan berkembang.

 

Itulah informasi menarik tentang  Retention Rate yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.

Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!

 

Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]

 

Follow Sosmed Telenya Indodax sekarang!

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. Apa itu retention rate?
Retention rate adalah persentase pengguna yang tetap aktif dalam periode tertentu dibanding jumlah pengguna awal. Angka ini menunjukkan seberapa kuat produk menumbuhkan loyalitas.

2. Bagaimana cara menghitung retention rate yang benar?
Gunakan (E?N)/S×100%(E – N)/S \times 100\%(E?N)/S×100%, dengan S sebagai pengguna awal, E pengguna akhir, dan N pengguna baru. Rumus ini memastikan kamu tidak “menggandakan” pengguna baru sebagai bagian dari retensi.

3. Berapa angka retention rate yang dianggap baik?
Tergantung kategori. Aplikasi finansial sering melihat Day-30 di kisaran 10–15%. Produk SaaS yang sehat bisa mencapai retensi bulan pertama sekitar 40–50%. Retensi karyawan yang baik umumnya di atas 80% per tahun.

4. Apa bedanya retention rate dan churn rate?
Retention menghitung yang bertahan, churn menghitung yang pergi. Jika retention 80%, churn 20%. Keduanya sebaiknya dikelola bersamaan.

5. Mengapa definisi “aktif” penting untuk retensi?
Karena “aktif” harus mencerminkan nilai. Login saja belum tentu menunjukkan manfaat. Di produk finansial, aktivitas bernilai seperti deposit, transaksi, atau penyelesaian modul edukasi memberi sinyal yang lebih bermakna.

6. Bagaimana cara membaca kurva retensi?
Amati penurunan dari D1 ke D7 untuk menilai onboarding, lalu dari D7 ke D30 untuk menilai value berkelanjutan. Ketika kurva mendatar, itu adalah estimasi basis pengguna setia yang realistis.

7. Strategi tercepat untuk menaikkan retensi bulan depan?
Perbaiki jalur onboarding menuju satu hasil bernilai, segmentasikan pesan berdasarkan tahap pengguna, dan perkuat dukungan pada momen risiko seperti verifikasi dan deposit. Tiga langkah ini biasanya memberi dampak terukur dalam waktu dekat.

 

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.44%
bnb BNB 0.3%
sol Solana 5.09%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.25%
pol Polygon Ecosystem Token 1.98%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
KRD/IDR
Krypton DA
107
46.58%
MCT/IDR
Metacraft
30.098
35.48%
KUNCI/IDR
Kunci Coin
4
33.33%
WOZX/IDR
Efforce
35
29.63%
DODO/IDR
DODO
996
29.18%
Nama Harga 24H Chg
ATT/IDR
Attila
2
-33.33%
BAKE/IDR
BakeryToke
447
-28.82%
NMD/IDR
Nexusmind
235.043
-17.38%
RED/IDR
RedStone
7.886
-16.57%
C98/IDR
Coin98
1.034
-16.28%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Apa Itu Harga Buyback Emas? Jangan Salah Hitung!
03/10/2025
Apa Itu Harga Buyback Emas? Jangan Salah Hitung!

Banyak orang kaget saat menjual emas: angka yang diterima ternyata

03/10/2025
Manipulatif Artinya Apa? 9 Aksi Licik di Crypto

Banyak orang akrab dengan kata manipulatif saat membahas hubungan atau

Apa Itu Straddle di Crypto? Strategi Opsi Anti Salah Arah

Volatilitas kripto sering membuat kamu ragu harus menekan tombol buy