VIX Artinya Apa? Indeks Ketakutan Pasar Saham & Kripto
icon search
icon search

Top Performers

VIX Artinya Apa? Indeks Ketakutan Pasar Saham & Kripto

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

VIX Artinya Apa? Indeks Ketakutan Pasar Saham & Kripto

VIX Artinya Apa? Indeks Ketakutan Pasar Saham & Kripto

Daftar Isi

Di pasar yang serba cepat, satu angka sering jadi pengukur suasana hati investor: VIX. Saat ia naik, rasa takut pun ikut naik. Tapi apakah VIX cuma milik Wall Street, atau juga berpengaruh ke portofolio kamu—dari saham, forex, sampai Bitcoin?

Sebagai trader atau investor di Indonesia, kamu mungkin pernah mendengar istilah “fear gauge” atau “indeks ketakutan” dalam berbagai analisis pasar. Angka ini tidak hanya mencerminkan kondisi pasar Amerika, tetapi juga menjadi barometer global yang mempengaruhi keputusan investasi di seluruh dunia, termasuk bursa saham Jakarta hingga pasar kripto yang kamu mainkan.

Sebelum melihat dampaknya ke berbagai aset, kamu butuh fondasi yang kuat: sebenarnya VIX artinya apa dan bagaimana ia bekerja?

 

VIX Artinya Apa?

Kalau volatilitas pasar adalah detak jantung pasar, VIX adalah monitornya. VIX adalah ticker symbol untuk Chicago Board Options Exchange’s CBOE Volatility Index, ukuran ekspektasi volatilitas pasar saham berbasis opsi S&P 500.

Secara teknis, VIX mengukur ekspektasi volatilitas 30 hari ke depan atas indeks S&P 500, yang dihitung berdasarkan harga opsi SPX. Bayangkan VIX sebagai termometer yang mengukur seberapa “panas” emosi pasar dalam sebulan mendatang. Semakin tinggi angkanya, semakin besar ekspektasi gejolak harga yang akan terjadi.

Kenapa disebut “fear index”? Karena secara historis, VIX cenderung melonjak ketika investor panik dan berbondong-bondong membeli opsi put sebagai perlindungan. Ketika semua orang berlari mencari payung, harga payung (opsi) naik—dan VIX ikut naik.

Namun penting diingat, VIX tidak memberitahu arah pasar akan kemana. Ia hanya memberitahu seberapa “bergejolak” pasar diperkirakan akan bergerak, baik naik maupun turun.

Tapi VIX bukan sekadar label ‘takut’—ia dihitung lewat metodologi yang spesifik. Memahaminya bikin kamu lebih percaya diri saat membaca sinyalnya.

 

Bagaimana VIX Dihitung? (Tanpa Rumus Rumit, tapi Akurat)

Indeks ini tidak melihat harga saham langsung, melainkan ‘harga ketakutan’ dalam opsi. VIX mengukur ekspektasi volatilitas pasar saham selama 30 hari ke depan yang tersirat dari harga opsi indeks S&P 500.

Secara sederhana, CBOE mengambil data dari opsi call dan put SPX yang memiliki masa jatuh tempo antara 23–37 hari. Dari sini, mereka menghitung weighted average dari harga-harga opsi tersebut untuk menghasilkan estimasi volatilitas 30 hari ke depan.

Yang menarik, ini adalah implied volatility, bukan volatilitas historis. Artinya, VIX tidak melihat seberapa bergejolak S&P 500 di masa lalu, melainkan seberapa bergejolak pasar mengharapkan ia akan bergerak berdasarkan harga opsi saat ini.

Komponen utama perhitungan VIX meliputi harga opsi out-of-the-money (OTM), time to expiration, dan risk-free interest rate. Semua ini dikombinasikan dalam formula kompleks yang pada dasarnya menangkap “harga asuransi” yang investor bayar untuk melindungi portofolio mereka.

Sudah paham ‘mesin’ di balik VIX, sekarang kita bahas kenapa ia dilekatkan dengan sebutan Fear Index.

 

Kenapa Disebut “Fear Index”?

Harga opsi sering kali bercerita duluan tentang ketakutan. Julukan “Fear Index” muncul dari pola perilaku yang konsisten: ketika investor mulai khawatir dengan kondisi pasar, mereka cenderung membeli opsi put sebagai bentuk asuransi untuk portofolio mereka.

Psikologi pasar bekerja seperti ini: saat ketidakpastian naik (entah karena data ekonomi mengecewakan, krisis geopolitik, atau rumor resesi), permintaan untuk hedging instrument meningkat drastis. Akibatnya, premi opsi naik—dan karena VIX dihitung berdasarkan harga opsi, ia pun ikut melambung.

Sebaliknya, ketika pasar dalam kondisi tenang dan optimis, investor merasa tidak perlu membeli “asuransi” mahal. Permintaan opsi turun, premi turun, dan VIX pun berada di level rendah. Ini yang disebut sebagai fase “complacency” atau rasa puas diri.

Penelitian menunjukkan bahwa VIX memiliki korelasi negatif yang kuat dengan return pasar saham. Artinya, ketika VIX tinggi, pasar saham cenderung turun, dan sebaliknya. Hubungan ini membuat VIX menjadi barometer sentimen yang sangat diandalkan oleh trader dan fund manager global.

Label ‘takut’ ini bukan sekadar stigma—ia punya konsekuensi nyata pada harga aset. Kita mulai dari yang paling dekat: saham.

 

Dampak VIX ke Saham: Hubungan Terbalik yang Klise tapi Nyata

Saat VIX memuncak, saham biasanya jadi korbannya. Hubungan terbalik antara VIX dan pergerakan saham sudah menjadi pengetahuan umum di kalangan trader, namun pemahaman mendalam tentang mekanismenya akan membuat kamu lebih siap menghadapi gejolak pasar.

Ketika VIX naik, ini menandakan investor mengantisipasi volatilitas tinggi—yang dalam konteks praktis sering berarti penurunan harga saham. Nilai VIX saat ini berada di 15.75 USD, naik 1.75% dalam 24 jam terakhir, menunjukkan tingkat volatilitas yang relatif moderat dibanding periode krisis.

Risk-off sentiment yang tercermin dari VIX tinggi membuat investor institutional menjual aset berisiko dan beralih ke safe haven. Akibatnya, tekanan jual meningkat di pasar saham, terutama pada sektor saham growth dan teknologi yang lebih sensitif terhadap perubahan sentimen.

Sebaliknya, VIX rendah (biasanya di bawah 15) menandakan periode ketenangan pasar. Investor merasa nyaman mengambil risiko lebih besar, mendorong rally di saham-saham growth dan mendukung tren bullish secara umum.

Namun perlu diingat, korelasi ini bukan hukum absolut. Ada kalanya VIX rendah justru menandakan excessive complacency yang bisa menjadi prekursor koreksi mendadak.

Gejolak ini jarang berhenti di saham. Ketika ketakutan meluas, pasar valas ikut berubah arah.

 

VIX dan Forex: Safe-Haven Naik Daun

Ketika pasar gelisah, uang mencari tempat aman. Dampak VIX terhadap pasar forex menciptakan pola yang cukup predictable: naiknya VIX biasanya diikuti oleh penguatan mata uang safe-haven seperti USD, JPY, dan CHF.

Mekanismenya sederhana namun powerful. Ketika VIX melonjak, investor global mulai melakukan risk-off positioning. Mereka menjual aset berisiko tinggi dan memindahkan dana ke instrumen yang dianggap lebih aman. Dalam konteks forex, ini berarti arus modal masuk ke Dollar Amerika, Yen Jepang, dan Franc Swiss.

Sebaliknya, mata uang commodity currencies seperti AUD (Dolar Australia) dan NZD (Dolar Selandia Baru) cenderung melemah ketika VIX tinggi. Hal ini karena kedua mata uang tersebut sangat bergantung pada kondisi ekonomi global dan appetite investor terhadap aset berisiko.

Penelitian empiris menunjukkan bahwa korelasi antara VIX dan pergerakan safe-haven currencies cukup signifikan, terutama dalam jangka pendek. USD/JPY misalnya, sering mengalami volatilitas tinggi ketika VIX bergerak ekstrem, baik ke atas maupun ke bawah.

Yang menarik, fenomena ini juga mempengaruhi carry trade strategies. Ketika VIX tinggi, investor cenderung menutup posisi carry trade mereka (yang biasanya melibatkan funding currency seperti JPY), menyebabkan tekanan tambahan pada high-yielding currencies.

Lalu bagaimana dengan aset yang katanya paling liar? Saatnya lihat hubungan VIX dengan Bitcoin.

 

VIX dan Bitcoin: Dari Korelasi Sentimen ke Indeks Volatilitas Kripto

Kripto memang punya dunianya sendiri, tapi rasa takut investor tetap satu bahasa. Yang mengejutkan, dalam beberapa tahun terakhir, Bitcoin menunjukkan korelasi yang semakin menguat dengan sentimen pasar tradisional yang tercermin melalui VIX.

Korelasi antara harga Bitcoin dan VIX S&P 500 baru-baru ini mencapai rekor 0.88, menandakan “Wall Streetization” Bitcoin yang semakin nyata. Ini artinya ketika VIX naik (sentimen risk-off), Bitcoin cenderung ikut tertekan, bertentangan dengan narasi awal bahwa crypto adalah uncorrelated asset.

Sentimen global yang tercermin melalui VIX dapat memicu gelombang risk-off di semua aset berisiko, termasuk Altcoin dan Bitcoin. Ketika institutional investors melakukan deleveraging besar-besaran, mereka tidak pilih-pilih—semua aset volatile dijual, termasuk BTC.

Namun, dunia kripto juga mengembangkan indeks volatilitas sendiri. Bitcoin Volmex Implied Volatility Index (BVIV) dan Ethereum Volmex Implied Volatility Index (EVIV) mengukur implied volatility 30 hari untuk Bitcoin dan Ethereum. Indeks-indeks ini berfungsi seperti “VIX untuk kripto”, memberikan insight tentang ekspektasi volatilitas spesifik untuk aset digital.

Implied volatility Bitcoin tetap berkorelasi positif dengan harganya sementara traditional market fear gauges naik di tengah risk aversion yang meluas. Ini menunjukkan karakteristik unik Bitcoin yang berbeda dari aset tradisional.

Kalau begitu, apakah VIX bisa kamu jadikan ‘alat’ trading langsung, atau cukup sebagai kompas sentimen?

 

Cara Praktis Memakai VIX: Kompas, Bukan Ramalan

VIX bukan tombol buy/sell, ia lampu lalu lintas. Untuk trader dan investor ritel, VIX paling efektif digunakan sebagai indikator sentimen dan tool manajemen risiko, bukan sebagai sinyal trading tunggal yang berdiri sendiri.

Interpretasi level VIX secara umum: VIX di bawah 15 menandakan pasar yang tenang dengan ekspektasi volatilitas rendah. Level 15-25 dianggap normal atau moderat. Sementara VIX di atas 25 menunjukkan elevated fear, dan di atas 40 biasanya mengindikasikan panic mode.

Namun, yang lebih penting dari angka absolut adalah perubahan atau spike mendadak. VIX yang melompat dari 12 ke 18 dalam sehari lebih signifikan daripada VIX yang stagnan di level 20.

Strategi praktis yang bisa kamu terapkan: gunakan VIX sebagai filter untuk menentukan size posisi, sejalan dengan prinsip manajemen risiko.  Ketika VIX tinggi, pertimbangkan untuk mengurangi leverage dan memperbesar cash position. Sebaliknya, VIX rendah bisa jadi sinyal untuk lebih agresif, namun tetap waspada dan gunakan stop loss ketat untuk mengantisipasi complacency.

Bagi kamu yang tertarik dengan produk turunan VIX, tersedia VIX futures, opsi, dan exchange-traded products (ETP). Namun instrumen ini sangat kompleks dan memiliki risiko contango/backwardation serta time decay yang bisa menggerus value investasi. Sebaiknya pelajari dulu mekanisme underlying-nya sebelum terjun.

Namun, seperti alat lain, VIX juga punya keterbatasan yang perlu kamu kenali.

 

Keterbatasan VIX: Bukan Obat Semua Masalah

Setiap kompas bisa salah arah kalau kamu baca tanpa konteks. VIX memiliki beberapa keterbatasan fundamental yang perlu kamu pahami agar tidak over-rely pada indikator ini.

Pertama dan terpenting: VIX tidak memprediksi arah pasar. Ia hanya mengukur besaran gejolak yang diharapkan terjadi, bukan apakah pasar akan naik atau turun. VIX tinggi bisa terjadi di bear market yang sedang crash, tapi juga bisa terjadi di bull market yang sedang mengalami koreksi sehat.

Kedua, VIX bisa “tenang” dalam periode complacency yang berbahaya. Level VIX rendah tidak selalu berarti pasar aman—kadang justru menandakan investor terlalu confident dan mengabaikan risiko yang sedang mengumpul di bawah permukaan.

Ketiga, ada perbedaan penting antara implied volatility (yang diukur VIX) dan realized volatility (volatilitas yang benar-benar terjadi). Implied volatility sering kali overestimate actual volatility karena investor cenderung overpay untuk protection, terutama saat panik.

Terakhir, VIX adalah indeks American-centric yang fokus pada S&P 500. Meski berpengaruh global, kondisi spesifik pasar lokal (seperti IHSG) bisa berbeda dari apa yang ditunjukkan VIX.

Supaya pemanfaatannya maksimal, mari rangkum langkah konkret yang bisa kamu terapkan.

 

Checklist Aksi untuk Kamu

Teori tidak ada gunanya tanpa kebiasaan yang konsisten. Untuk memanfaatkan VIX secara optimal dalam trading dan investasi, kamu perlu mengintegrasikannya dalam rutinitas analisis harian dengan pendekatan yang sistematis.

Rutinkan untuk mengecek VIX bersamaan dengan put/call ratio sebagai paket lengkap sentimen pasar. Put/call ratio memberikan konfirmasi tambahan tentang bias directional investor, sementara VIX memberikan gambaran magnitude ekspektasi volatilitas. Kombinasi keduanya memberikan insight yang lebih komprehensif dibanding menggunakan VIX sendirian.

Sinkronkan level VIX dengan rencana posisi di berbagai aset. Ketika VIX di atas 25, pertimbangkan untuk mengurangi size posisi di saham growth dan crypto, sambil meningkatkan alokasi ke defensive sectors atau cash. Sebaliknya, VIX di bawah 15 bisa jadi kesempatan untuk lebih agresif, namun tetap set stop loss yang ketat karena kondisi tenang bisa berubah drastis.

Khusus untuk trading kripto, pantau BVIV (Bitcoin Volatility Index) dan DVOL bersamaan dengan VIX saat ada event makro penting. Korelasi yang tinggi antara keduanya di 2024-2025 membuat VIX menjadi leading indicator yang berguna untuk antisipasi pergerakan Bitcoin.

Jangan lupakan aspek risk management. Gunakan spike VIX sebagai trigger untuk review ulang portfolio risk exposure. Ketika VIX naik tajam, evalusi apakah current leverage masih sesuai dengan risk tolerance, dan pertimbangkan untuk melakukan partial profit taking jika sedang dalam posisi profit.

Sekarang, mari bungkus semuanya dalam satu kesimpulan yang membumi.

 

Kesimpulan

VIX artinya Cboe Volatility Index—indeks volatilitas 30 hari berbasis harga opsi SPX yang mengukur ekspektasi gejolak pasar Amerika. Julukan Fear Index melekat karena VIX secara konsisten mencerminkan tingkat risk appetite global, bukan hanya sentimen domestik Amerika.

Dampak VIX terbukti lintas aset: dari saham yang bergerak terbalik dengannya, forex yang mengalami safe-haven flows, hingga Bitcoin yang semakin berkorelasi dengan sentimen traditional market. Yang penting, gunakan VIX sebagai kompas sentimen yang melengkapi—bukan menggantikan—analisis teknikal dan fundamental kamu.

VIX bukan crystal ball yang bisa meramal masa depan. Ia adalah snapshot dari collective anxiety pasar pada momen tertentu. Kekuatannya terletak pada kemampuan untuk mengukur temperature emosi pasar dan membantu kamu mengkalibrasi risk management strategy.

Pada akhirnya, pasar digerakkan rasa takut dan harapan. Tugasmu bukan menebak keduanya, melainkan mengukur dan mengatur risiko saat keduanya berubah.

 

Itulah informasi menarik tentang VIX Artinya yang  bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.

 

Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.

Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan.

 

Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang

Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

 

FAQ

 

1. VIX artinya apa dalam trading?

VIX adalah singkatan dari Cboe Volatility Index, yaitu indeks yang mengukur ekspektasi volatilitas 30 hari ke depan berdasarkan harga opsi S&P 500. Dalam trading, VIX digunakan sebagai indikator sentimen pasar dan tool untuk manajemen risiko, bukan sebagai penentu arah pergerakan harga.

2. Kenapa VIX disebut Fear Index?

VIX disebut Fear Index karena cenderung naik ketika ketidakpastian pasar meningkat dan investor berbondong-bondong membeli opsi sebagai perlindungan. Semakin tinggi permintaan hedging, semakin mahal premi opsi, dan semakin tinggi pula level VIX.

3. Apakah VIX mempengaruhi Bitcoin?

Secara tidak langsung, ya. Fase risk-off yang ditandai VIX tinggi sering menekan semua aset berisiko, termasuk Altcoin. Bahkan, korelasi antara Bitcoin volatility indices (BVIV/DVOL) dengan VIX mencapai level tinggi di 2024-2025, menunjukkan sinkronisasi sentimen antara pasar tradisional dan kripto.

4. Level VIX berapa yang dianggap ‘tinggi’?

Tidak ada angka absolut karena konteks pasar selalu berubah. Secara umum, VIX di bawah 15 dianggap rendah, 15-25 normal, dan di atas 25 elevated. Yang lebih penting adalah perubahan mendadak (spike) dan konteks makroekonomi saat itu terjadi.

5. Bisakah VIX diperdagangkan?

Ya, tersedia VIX futures, opsi VIX, dan various exchange-traded products. Namun instrumen ini sangat kompleks dengan risiko time decay, contango, dan backwardation yang bisa menggerus value investasi. Untuk investor ritel, lebih baik gunakan VIX sebagai kompas sentimen dan tool manajemen risiko daripada vehicle trading langsung.

 

 

Author : RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
  

Lebih Banyak dari Market Signal,Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
Nama Harga 24H Chg
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Move-to-Earn (M2E): 7 Aplikasi Olahraga yang Bikin Cuan 2025

Kamu ingin hidup lebih aktif tanpa harus mengubah jadwal kerja

Cloud Mining 2025: Cara Kerja, Risiko, dan Untungnya

Beberapa tahun lalu, cloud mining sempat dianggap sebagai "jalan pintas"

BBMA OA: Strategi Trading Populer ala Oma Ally

Banyak trader kripto seringkali terjebak dalam kebingungan membaca ratusan indikator