Saat Data Jadi Aset Paling Bernilai
Pernah kebayang nggak, seberapa besar data yang kamu hasilkan setiap hari—mulai dari foto, video, file kerja, sampai aset digital yang disimpan di cloud? Semua itu bergantung pada server pusat yang biayanya makin tinggi dan risikonya juga nggak kecil. Sekali ada gangguan, data penting bisa hilang, atau akses jadi lambat banget.
Nah, dari keresahan itulah Walrus Protocol muncul. Ia bukan sekadar proyek blockchain baru, tapi sebuah terobosan yang berusaha bikin penyimpanan data lebih efisien, aman, dan bebas dari ketergantungan server pusat. Berbasis di atas blockchain Sui, Walrus dirancang untuk menangani file besar—atau yang disebut blob—dengan cara baru yang lebih hemat biaya dan mudah diakses.
Tren ini sejalan dengan kebutuhan Web3 yang makin berkembang. Dunia digital butuh sistem penyimpanan yang bisa diandalkan, bukan hanya untuk aset kripto atau NFT, tapi juga untuk data bisnis dan proyek AI.
Dan disinilah peran Walrus mulai terasa penting—menjadi jembatan antara kecepatan, keamanan, dan efisiensi penyimpanan data modern.
Apa Itu Walrus Protocol?
Walrus Protocol adalah jaringan penyimpanan terdesentralisasi yang memungkinkan kamu menyimpan, membaca, dan mengelola file besar secara efisien. Berbeda dari layanan cloud tradisional, Walrus tidak bergantung pada satu pemilik server. Data dipecah, disebarkan, dan diverifikasi oleh banyak node sehingga akses tetap tersedia meski sebagian node bermasalah.
Pendekatan ini membuat Walrus cocok untuk beragam kebutuhan—dari galeri video skala besar, arsip perusahaan, hingga dataset untuk AI. Dengan fondasi di Sui, Walrus memanfaatkan smart contract untuk mengatur metadata, pembayaran, serta koordinasi jaringan tanpa operator pusat—konsep yang mirip dengan mekanisme apa itu smart contract yang menjadi dasar kepercayaan di blockchain modern.
Setelah gambaran umumnya jelas, pertanyaan berikutnya wajar muncul: “Memecah data ke banyak node memang terdengar aman, tapi bagaimana mekanismenya bekerja dari awal hingga akhir?”
Cara Kerja Walrus: Dari Unggah hingga Diakses Kembali
Begitu kamu mengunggah file, Walrus akan memprosesnya melalui beberapa tahap terstruktur agar data tetap hemat biaya sekaligus tangguh terhadap kegagalan.
Penguraian dan Pengkodean
File dipecah menjadi potongan kecil bernama slivers. Potongan-potongan ini kemudian diproses dengan teknik two-dimensional erasure coding (sering disebut RedStuff). Secara sederhana, erasure coding menambah informasi redundan yang cukup sehingga file masih bisa disusun ulang meski sebagian potongan hilang. Pendekatan dua dimensi membuat pemulihan lebih efisien karena jaringan tidak perlu menyalin file penuh berkali-kali.
Penyebaran ke Node
Slivers didistribusikan ke beragam storage node. Setiap node hanya menyimpan sebagian kecil data sehingga kapasitas jaringan dapat bertambah seiring jumlah node meningkat. Inilah alasan biaya penyimpanan Walrus bisa ditekan dibanding model replikasi penuh.
Koordinasi On-Chain
Sementara file berada di node, metadata—seperti identitas blob, penempatan potongan, hingga bukti ketersediaan—dikelola sebagai objek di Sui. Smart contract memastikan node yang berjanji menyimpan data benar-benar menjalankan komitmennya.
Pemulihan dan Akses
Saat kamu butuh mengunduh file, klien Walrus akan mengambil slivers yang diperlukan dari beberapa node sekaligus. Karena ada pengkodean redundant, file bisa dipulihkan meski sebagian node gagal. Proses ini meminimalkan bandwidth dan mempercepat pengambilan data—konsep yang sering juga digunakan dalam cara kerja blockchain untuk menjaga integritas informasi di jaringan.
Dengan alur tersebut, Walrus menyatukan dua hal yang sering dianggap bertentangan: efisiensi biaya dan ketahanan data. Setelah memahami mekanisme dasarnya, kamu mungkin penasaran siapa tim di balik rancangan ini.
Siapa di Balik Walrus?
Walrus dikembangkan oleh Mysten Labs, tim yang juga membangun Sui. Di dalamnya ada peneliti dan engineer yang berpengalaman di kriptografi, sistem terdistribusi, dan blockchain.
Nama yang sering disebut adalah George Danezis selaku Chief Scientist, bersama rekan-rekan peneliti yang menerbitkan makalah teknis Walrus pada 2025. Di level organisasi, Mysten Labs—dengan jajaran pendiri seperti Evan Cheng, Sam Blackshear, Adeniyi Abiodun, dan Kostas Chalkias—memberi landasan rekayasa yang matang untuk membawa konsep riset ke implementasi produksi.
Kombinasi riset akademik dan rekayasa produk ini penting, karena penyimpanan terdesentralisasi tidak hanya butuh ide bagus, tetapi juga disiplin implementasi di jaringan yang hidup dan selalu berubah. Setelah tahu latar belakang timnya, mari masuk ke fitur yang membuat Walrus relevan untuk 2025.
Mengapa Walrus Berbeda: Keunggulan yang Terasa Nyata
Sederhananya, Walrus berusaha membawa kualitas cloud modern ke arsitektur terdesentralisasi tanpa mengorbankan efisiensi. Berikut inti keunggulannya—ditulis deskriptif agar jelas manfaatnya di lapangan.
Efisiensi Biaya
Alih-alih menyalin file penuh berkali-kali, Walrus menggunakan erasure coding. Kamu tetap mendapat jaminan ketersediaan, tetapi dengan overhead penyimpanan dan bandwidth yang jauh lebih rendah. Bagi perusahaan yang menyimpan ribuan gigabyte media atau dataset, selisih biaya ini signifikan.
Ketersediaan Tinggi
Dengan skema dua dimensi, jaringan masih bisa menyusun ulang file meski sebagian besar node sedang gagal —menunjukkan prinsip desentralisasi yang juga jadi pilar utama dalam apa itu Web3 dan masa depan ekosistem digital. Ini memberi jaring pengaman ketika terjadi pemeliharaan, serangan, atau gangguan jaringan regional.
Koordinasi Otomatis di Sui
Pengelolaan metadata dan pembayaran dilakukan on-chain. Node memberikan bukti penyimpanan; smart contract memverifikasi dan mengatur insentif. Tidak perlu pihak sentral untuk menengahi siapa menagih siapa.
Privasi yang Fleksibel
Walrus bersifat publik di level ketersediaan, tetapi isi file dapat kamu enkripsi di sisi klien sebelum diunggah. Artinya, hanya pemegang kunci yang dapat membaca konten, sementara jaringan tetap bisa mengelola dan mengantarkan data.
Ramah Pengembang
Kamu bisa berinteraksi lewat CLI, SDK, atau HTTP API. Ini memudahkan integrasi ke aplikasi web, seluler, hingga pipeline data tanpa harus menulis ulang sistem yang sudah ada.
Keunggulan ini bukan hanya daftar fitur; semuanya akan terasa ketika kamu mulai memindahkan beban penyimpanan besar ke arsitektur yang bisa bertumbuh bareng komunitas node. Dari sini, wajar kalau kamu ingin tahu peran token di dalam ekosistemnya.
Token WAL: Bahan Bakar Ekosistem
Agar jaringan tetap jujur dan berfungsi, Walrus menggunakan token WAL. Fungsinya tidak kosmetik, tetapi menyentuh aspek inti operasional:
Pembayaran Layanan
Pengguna membayar biaya penyimpanan dan pengambilan dengan WAL. Skema ini transparan—biaya mengalir ke pihak yang benar-benar menyediakan sumber daya.
Staking dan Keamanan
Operator node menempatkan WAL sebagai jaminan. Jika kualitas layanan buruk atau bukti penyimpanan tidak valid, ada konsekuensi ekonomi. Stake menciptakan insentif agar node bertindak andal—mekanisme yang serupa dengan sistem staking crypto pada jaringan Proof of Stake untuk menjaga keamanan ekosistem.
Insentif Jaringan
Setiap periode tertentu (sering disebut epoch), node yang memenuhi komitmen menerima imbalan. Mekanisme hadiah ini mendorong partisipasi dan ekspansi kapasitas jaringan.
Governance
Seiring bertambahnya pengguna, beberapa parameter jaringan—misalnya rasio pengodean atau kebijakan biaya—perlu disesuaikan. Pemegang WAL bisa ikut menentukan arah melalui tata kelola on-chain.
Bagi pembaca yang fokus pada utilitas, memahami peran WAL membantu menilai bahwa token di sini punya fungsi ekonomi yang jelas, bukan sekadar label. Dan menariknya, perjalanan WAL tidak berhenti di tataran teknis saja—tahun 2025 justru menjadi titik di mana ekosistem ini mulai mendapat pengakuan besar dari pasar global.
Momentum 2025: Walrus Resmi Dikenal Pasar Global
Setelah melewati fase testnet dan peluncuran mainnet pada Maret 2025, Walrus Protocol mulai menunjukkan taringnya di dunia nyata. Salah satu pencapaian penting datang ketika token WAL diumumkan sebagai bagian dari program HODLer Airdrops Binance, yang menandai langkah besar menuju pengakuan publik.
Selama periode 1–3 Oktober 2025 (UTC), pengguna yang menempatkan BNB di program Simple Earn berhak menerima airdrop WAL langsung ke akun spot mereka, bahkan beberapa jam sebelum perdagangan resmi dimulai. Tak lama kemudian, Binance membuka perdagangan WAL dengan berbagai pasangan populer—WAL/USDT, WAL/USDC, WAL/BNB, WAL/FDUSD, dan WAL/TRY—dengan suplai awal sekitar 1,47 miliar WAL, setara 29% dari total suplai lima miliar token.
Momen ini menandai validasi besar bagi Walrus sebagai infrastruktur penyimpanan data Web3 generasi baru. Banyak pihak menilai, kehadiran WAL di bursa utama menjadi bukti bahwa proyek ini bukan sekadar eksperimen riset, melainkan solusi nyata yang siap bersaing di pasar terbuka. Dengan pijakan kuat ini, Walrus kini dilihat sebagai salah satu proyek penyimpanan data terdesentralisasi paling prospektif di 2025—menggabungkan efisiensi teknis dengan legitimasi global.
Momentum pasar yang besar ini sekaligus membuka jalan untuk memahami penerapan nyatanya. Setelah mendapat pengakuan global, bagaimana sebenarnya Walrus digunakan oleh pengguna dan pengembang di lapangan?
Use Case: Dari Media Besar sampai Dataset AI
Setelah pengakuan globalnya, Walrus menunjukkan kekuatannya bukan lewat janji, tapi lewat implementasi.
Protokol ini dirancang untuk menangani blob—file berukuran besar yang sulit disimpan di blockchain tradisional. Di sinilah keunggulannya benar-benar terlihat, karena Walrus memadukan efisiensi teknis dengan fleksibilitas penggunaan.
Penyimpanan Media Skala Besar
Platform video pendidikan, e-learning internal, hingga perpustakaan aset pemasaran bisa menyimpan file di Walrus. Pengguna akhir tetap menikmati akses cepat karena slivers diambil paralel dari banyak node, sementara biaya operator tetap terkendali berkat pengodean efisien.
AI Dataset Management
Bagi tim machine learning yang mengelola data raksasa, Walrus memungkinkan kolaborasi tanpa server tunggal. Dataset bisa dibagikan lintas tim dengan bukti ketersediaan yang transparan, sementara isi file tetap terenkripsi untuk menjaga privasi riset.
NFT Dinamis dan Aset Interaktif
Kreator digital kini bisa membuat NFT dengan konten yang dapat diperbarui—misalnya karya berseri atau game aset yang berkembang seiring waktu misalnya karya berseri atau game aset yang berkembang seiring waktu, memperluas fungsi NFT dari sekadar koleksi digital menjadi media interaktif di ekosistem Web3. Metadata NFT tersimpan di Walrus, dan smart contract di Sui memastikan file selalu tersedia tanpa perlu menaruh data besar langsung di blockchain.
Contoh-contoh di atas memperlihatkan bagaimana Walrus bukan sekadar protokol penyimpanan, tapi juga fondasi baru bagi inovasi digital. Namun, agar pemahamannya utuh, kita juga perlu melihat sisi tantangan yang menyertai teknologi ini.
Tantangan yang Perlu Kamu Ketahui
Teknologi baru selalu membawa kurva belajar dan risiko. Menyadari ini dari awal membuat keputusanmu lebih matang.
Adopsi Masih Bertumbuh
Ekosistem aplikasi yang mengandalkan Walrus masih berkembang. Artinya, dokumentasi dan praktik terbaik akan terus diperbarui seiring lebih banyak proyek menggunakannya.
Ketergantungan pada Sui
Walaupun antarmukanya bisa bersifat chain-agnostic, orkestrasi saat ini berporos pada Sui. Bagi tim yang belum mengenal Sui, ini menambah satu lapis pembelajaran.
Manajemen Siklus Hidup Data
Karena data tidak harus permanen, kamu perlu kebijakan internal: berapa lama file disimpan, kapan diperbarui, dan bagaimana mengelola kunci enkripsi. Kelalaian pada kebijakan ini bisa membuat akses terhenti.
Kompetisi Ketat
Walrus masuk ke ranah yang sudah diisi proyek besar. Keunggulan efisiensi harus terus dibuktikan lewat performa jaringan, biaya aktual, dan stabilitas jangka panjang.
Mengakui tantangan bukan untuk mengerdilkan potensinya, tetapi agar kamu menyiapkan strategi implementasi yang realistis. Dari sini, mari simpulkan nilai strategisnya.
Kesimpulan
Walrus Protocol menawarkan pendekatan yang tegas: efisiensi biaya, ketersediaan data, dan kemampuan terprogram dalam satu paket yang dibangun dengan disiplin rekayasa. Dengan memecah file menjadi slivers, mengandalkan erasure coding dua dimensi, dan mengkoordinasikan semuanya melalui Sui, Walrus menghadirkan pengalaman mirip cloud modern tanpa ketergantungan pada operator tunggal.
Jika kamu sedang menilai infrastruktur untuk media besar, dataset AI, atau aset digital yang ingin tetap terbuka namun terukur, Walrus patut dipertimbangkan. Ia tidak hanya memberi cara menyimpan file, tetapi juga membuka model baru untuk mengelola, memverifikasi, dan memonetisasi data di ekosistem Web3.
Sesudah memahami pondasinya, langkah praktis berikutnya adalah menentukan prioritas: jenis data apa yang paling masuk akal dipindahkan terlebih dahulu, bagaimana kebijakan siklus hidupnya, dan integrasi apa yang perlu kamu siapkan di aplikasi.
Itulah informasi menarik tentang “Walrus Protocol” yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel populer Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market.
Untuk pengalaman trading yang lebih personal, jelajahi juga layanan OTC trading kami di INDODAX. Jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital, teknologi blockchain, dan berbagai peluang trading lainnya hanya di INDODAX Academy.
Kamu juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya. Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Maksimalkan juga aset kripto kamu dengan fitur INDODAX Staking/Earn, cara praktis untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset yang kamu simpan. Segera register di INDODAX dan lakukan KYC dengan mudah untuk mulai trading crypto lebih aman, nyaman, dan terpercaya!
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media kami di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
FAQ
1. Apa bedanya Walrus dengan proyek penyimpanan terdesentralisasi lain?
Walrus menekankan erasure coding dua dimensi untuk efisiensi biaya dan pemulihan data, sedangkan beberapa proyek lain lebih menonjol pada penyimpanan permanen dengan model replikasi atau arsip jangka panjang. Pilihan terbaik bergantung pada apakah kamu butuh fleksibilitas data yang bisa diperbarui atau arsip yang tidak berubah.
2. Apakah konten di Walrus bersifat publik?
Ketersediaan file diverifikasi secara publik, tetapi isi file bisa kamu enkripsi di sisi klien. Dengan begitu, hanya pemegang kunci yang bisa membaca kontennya walaupun jaringan memastikan file tersedia.
3. Bagaimana cara pengembang mengintegrasikan Walrus?
Kamu bisa menggunakan CLI, SDK, atau HTTP API. Ini memudahkan integrasi ke aplikasi web yang sudah ada tanpa mengganti arsitektur sepenuhnya.
4. Untuk apa token WAL digunakan?
WAL dipakai untuk pembayaran layanan, staking operator node, insentif bagi penyedia penyimpanan, dan tata kelola parameter jaringan. Peran-peran ini menjaga jaringan tetap andal dan berkelanjutan.
5. Apakah data bisa dihapus atau diubah?
Bisa. Inilah yang membuat Walrus fleksibel. Kamu dapat memperbarui atau menghapus blob sesuai kebutuhan aplikasi atau kebijakan kepatuhan, berbeda dari model yang mengunci data secara permanen.