Yield to Maturity YTM vs APY: Apa Bedanya di Saham & Kripto?
icon search
icon search

Top Performers

Yield to Maturity YTM vs APY: Apa Bedanya di Saham & Kripto?

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Yield to Maturity YTM vs APY: Apa Bedanya di Saham & Kripto?

Yield to Maturity YTM vs APY: Apa Bedanya di Saham & Kripto?

Daftar Isi

Di tengah makin banyaknya pilihan investasi, kamu mungkin bingung dengan istilah seperti yield to maturity (YTM) di dunia obligasi dan annual percentage yield (APY) di kripto. Meski keduanya terlihat serupa—sama-sama bicara soal “keuntungan” faktanya beda banget cara kerjanya. Artikel ini bakal bantu kamu memahami perbedaan mendasar antara YTM dan APY, serta bagaimana kamu bisa memilih strategi yang paling cocok buat portofoliomu.

Saat ini, baik pasar tradisional maupun kripto sama-sama menawarkan berbagai instrumen investasi dengan potensi imbal hasil yang menarik. Tapi tanpa pemahaman yang tepat tentang cara menghitung keuntungan, kamu bisa salah mengambil keputusan dan berakhir dengan ekspektasi yang tidak realistis. Mari kita bahas perbedaan keduanya secara mendetail.

Apa Itu Yield to Maturity (YTM)?

Yield to Maturity (YTM) adalah metrik penting yang digunakan untuk mengukur total pengembalian yang akan diterima dari sebuah obligasi jika kamu memegangnya sampai jatuh tempo. Konsep ini sangat vital di dunia investasi pendapatan tetap (fixed income) karena memberikan gambaran lengkap tentang potensi keuntungan obligasi.

YTM memperhitungkan semua aspek penghasilan dari obligasi, termasuk:

  • Pembayaran kupon (bunga) reguler
  • Keuntungan atau kerugian modal (capital gain/loss) dari selisih harga beli dengan nilai par saat jatuh tempo
  • Waktu yang tersisa hingga jatuh tempo

Sebagai contoh, jika kamu membeli obligasi dengan harga diskon (di bawah nilai par), YTM akan lebih tinggi daripada tingkat kupon yang tertera karena kamu juga akan mendapatkan keuntungan modal saat obligasi jatuh tempo.

Investor profesional menggunakan YTM sebagai alat perbandingan untuk mengevaluasi berbagai obligasi dengan karakteristik berbeda, seperti tanggal jatuh tempo dan tingkat kupon yang bervariasi. Dengan YTM, kamu bisa membandingkan obligasi secara apel-dengan-apel.

YTM juga menjadi pertimbangan penting bagi investor yang ingin membangun portofolio obligasi dengan pendapatan yang relatif stabil dan dapat diprediksi. Obligasi pemerintah, obligasi korporasi, dan sukuk adalah beberapa instrumen yang menggunakan YTM sebagai indikator utama imbal hasil.

Sekarang kamu sudah lebih paham tentang YTM. Selanjutnya, yuk kita kenali dulu APY yang sering muncul di dunia kripto dan menjadi salah satu daya tarik utama bagi banyak investor digital.

 

Orang Juga Baca Ini: Cara Menghitung YTM Obligasi dengan Rumus Simpel

 

Apa Itu Annual Percentage Yield (APY)?

Berbeda dari YTM, Annual Percentage Yield (APY) adalah ukuran tingkat pengembalian tahunan yang memperhitungkan efek dari bunga majemuk (compounding interest). APY menjadi populer di ekosistem kripto dan DeFi (Decentralized Finance) sebagai cara untuk mengkomunikasikan potensi keuntungan dari berbagai protokol dan layanan.

APY sangat menonjol karena menunjukkan hasil akhir yang akan kamu peroleh setelah bunga diinvestasikan kembali (reinvested) selama periode waktu tertentu. Ini memberi gambaran yang lebih realistis tentang pertumbuhan investasi kamu dari waktu ke waktu.

Dalam dunia kripto, APY umumnya ditawarkan melalui beberapa mekanisme:

  • Staking: Mengunci aset kripto untuk membantu mengamankan jaringan blockchain
  • Yield Farming: Menyediakan likuiditas di platform DeFi untuk mendapatkan imbalan
  • Lending: Meminjamkan aset kripto kamu kepada peminjam melalui protokol terdesentralisasi
  • Liquidity Providing: Menyediakan pasangan aset di Decentralized exchanges (DEX)

Perlu diingat bahwa APY di dunia kripto bisa sangat fluktuatif. Misalnya, protocol DeFi seperti Aave atau Compound bisa memberikan APY yang berbeda-beda tergantung pada permintaan dan penawaran untuk aset tertentu. Bahkan dalam beberapa kasus, APY bisa berubah dalam hitungan jam.

Platform staking seperti Lido Finance yang populer untuk staking ETH menghitung APY berdasarkan kinerja validator dan kondisi jaringan, yang tentu saja tidak tetap. Sifat dinamis ini yang membedakannya dari YTM yang cenderung lebih stabil.

Sekilas terlihat mirip YTM, tapi ternyata APY punya mekanisme unik yang bikin hasilnya bisa berubah-ubah. Sekarang kita bedakan keduanya lebih detail melalui perbandingan yang lebih komprehensif.

 

Orang Juga Baca ini: Memahami APR di Dunia Kripto: Panduan Praktis untuk Investor

 

YTM vs APY: Tabel Perbandingan Praktis

Aspek YTM (Obligasi/Saham) APY (Kripto/DeFi)
Definisi Total return yang diperoleh jika obligasi dipegang sampai jatuh tempo Total return tahunan dengan memperhitungkan bunga majemuk
Basis perhitungan Kupon + capital gain/loss + nilai waktu Bunga majemuk dari staking/lending/farming
Sifat Tetap jika obligasi dipegang sampai jatuh tempo Fluktuatif tergantung protokol dan pasar
Frekuensi compounding Biasanya tahunan atau semi-tahunan Bervariasi: harian, mingguan, bahkan per block
Risiko utama Risiko gagal bayar (default risk), risiko suku bunga Risiko smart contract, rug pull, volatilitas pasar
Likuiditas Tergantung jenis obligasi, ada yang kurang likuid Umumnya lebih likuid dengan mekanisme exit yang fleksibel
Instrumen umum Obligasi pemerintah, obligasi korporasi, surat utang Token kripto, DeFi protocol, stablecoin pools
Regulasi Diatur ketat oleh lembaga keuangan Sebagian besar belum teregulasi dengan baik
Prediktabilitas Tinggi, bisa dihitung dengan akurat Rendah, bisa berubah drastis

Perbandingan ini membantumu mengenali mana yang cocok untuk gaya investasimu. Penting untuk diingat bahwa angka tinggi tidak selalu berarti pilihan terbaik—ada trade-off antara keamanan dan potensi keuntungan yang perlu kamu pertimbangkan.

Bagaimana dengan strategi diversifikasi? Banyak investor saat ini mengalokasikan sebagian portfolio di instrumen dengan YTM untuk keamanan dan stabilitas, sementara sebagian lain dialokasikan ke aset kripto dengan APY menarik untuk potensi pertumbuhan yang lebih tinggi.

Setelah melihat tabel ini, kamu pasti udah punya bayangan perbedaan mendasarnya. Tapi biar makin lengkap, kita ulas juga cara hitungnya dengan contoh nyata yang lebih aplikatif.

Cara Menghitung YTM dan APY (Dengan Contoh Nyata)

Contoh Perhitungan YTM:

Misalkan kamu membeli obligasi dengan detail berikut:

  • Nilai nominal (face value): Rp1.000.000
  • Harga beli: Rp950.000 (diskon 5%)
  • Kupon tahunan: 5% (atau Rp50.000 per tahun)
  • Jatuh tempo: 3 tahun

YTM dihitung dengan rumus:

YTM = [C + (F – P)/n] / [(F + P)/2]

Di mana:

  • C = kupon tahunan (Rp50.000)
  • F = nilai jatuh tempo (Rp1.000.000)
  • P = harga beli (Rp950.000)
  • n = tahun tersisa (3 tahun)

YTM = [50.000 + (1.000.000 – 950.000)/3] / [(1.000.000 + 950.000)/2] = [50.000 + 16.667] / 975.000 = 66.667 / 975.000 = 0,0684 atau sekitar 6,84%

Ini berarti jika kamu memegang obligasi ini sampai jatuh tempo, kamu akan mendapatkan return efektif sebesar 6,84% per tahun, lebih tinggi dari tingkat kupon 5% karena kamu membelinya dengan harga diskon.

 

Orang Juga Baca ini: APY dan APR pada Crypto: Definisi, Perbedaan, dan Cara Menghitungnya

 

Contoh Perhitungan APY:

Misalkan kamu melakukan staking token dengan detail:

  • APR (Annual Percentage Rate): 10%
  • Periode compounding: mingguan (52 kali setahun)

APY dihitung dengan rumus: APY = (1 + r/n)^n – 1

Di mana:

  • r = APR (10% atau 0,1)
  • n = jumlah periode compounding per tahun (52)

APY = (1 + 0,1/52)^52 – 1 = (1 + 0,00192)^52 – 1 = 1,1052 – 1 = 0,1052 atau sekitar 10,52%

Ini menunjukkan bahwa dengan compounding mingguan, investasi dengan APR 10% akan menghasilkan APY 10,52%. Semakin sering periode compounding, semakin tinggi APY yang dihasilkan.

Pada platform DeFi seperti Compound Finance, compounding bahkan bisa terjadi setiap block (sekitar 13 detik di Ethereum), yang bisa menghasilkan APY yang jauh lebih tinggi dibandingkan APR yang sama dengan compounding yang lebih jarang.

Keduanya punya rumus, tapi tingkat kepastian hasilnya berbeda. YTM lebih pasti selama obligasi dipegang hingga jatuh tempo dan tidak ada default, sementara APY di dunia kripto bisa berubah drastis karena kondisi pasar dan likuiditas.

Sekarang kamu tahu cara menghitungnya. Tapi gimana dengan risiko dan strategi optimalnya? Mari kita telusuri lebih lanjut untuk membantu kamu membuat keputusan investasi yang lebih baik.

Strategi Investasi: Pilih YTM atau APY?

Memilih antara instrumen dengan YTM atau APY harus didasarkan pada tujuan investasi, profil risiko, dan horizon waktu kamu. Berikut adalah panduan untuk membantu kamu menentukan strategi yang tepat:

YTM cocok buat kamu yang:

  • Mencari keamanan jangka panjang – Obligasi, terutama yang diterbitkan pemerintah, menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi dan prediktabilitas yang lebih baik.
  • Ingin hasil yang lebih pasti – Jika kamu butuh kepastian pendapatan untuk perencanaan keuangan, seperti dana pensiun atau biaya pendidikan anak, YTM memberikan gambaran yang lebih akurat.
  • Suka instrumen konvensional – Jika kamu lebih nyaman dengan instrumen tradisional yang diawasi regulator, obligasi dengan YTM adalah pilihan tepat.
  • Memiliki toleransi risiko rendah – Bagi kamu yang tidak nyaman dengan volatilitas tinggi di pasar kripto, obligasi dengan YTM tetap menawarkan imbal hasil yang kompetitif dengan risiko yang lebih terukur.
  • Memasuki fase konservasi kekayaan – Jika kamu sudah mendekati tujuan finansial atau menjelang pensiun, alokasi ke instrumen dengan YTM yang jelas bisa melindungi pencapaianmu.

Misalnya, obligasi pemerintah Indonesia (SUN) dengan tenor 10 tahun bisa memberikan YTM sekitar 6-7%, sementara obligasi korporasi rating tinggi bisa menawarkan YTM 7-9% dengan risiko yang masih terukur.

APY cocok buat kamu yang:

  • Mau hasil tinggi tapi siap ambil risiko – Protokol DeFi seperti Curve Finance atau Balancer bisa menawarkan APY dua digit hingga tiga digit, tapi dengan risiko yang setimpal.
  • Aktif di dunia crypto staking & DeFi – Jika kamu sudah familiar dengan ekosistem kripto dan paham risiko teknisnya, produk dengan APY tinggi bisa maksimalkan potensi hasil.
  • Siap monitor protokol & likuiditas – APY di dunia DeFi bisa berubah cepat, jadi kamu perlu rajin memonitor posisi untuk mengoptimalkan hasil.
  • Memiliki horizon investasi yang fleksibel – Kebanyakan protokol DeFi memungkinkan entry dan exit kapan saja, yang cocok bagi investor dengan kebutuhan likuiditas tinggi.
  • Mengalokasikan dana untuk pertumbuhan agresif – Jika ini adalah bagian dari portofolio yang ditujukan untuk pertumbuhan tinggi, produk dengan APY bisa menjadi katalisator.

Sebagai contoh, staking ETH pada platform seperti Lido Finance bisa memberikan APY sekitar 3-4%, sementara yield farming di protokol DeFi seperti PancakeSwap bisa memberikan APY 20-100% tergantung pada kondisi pasar dan pasangan aset.

Strategi Hybrid yang Efektif:

Diversifikasi tetap kunci. Kamu bisa kombinasikan keduanya untuk hasil maksimal:

  • Strategi Barbell: Alokasikan sebagian besar dana di instrumen konservatif (obligasi dengan YTM yang jelas) dan sebagian kecil di aset dengan APY tinggi seperti DeFi.
  • Strategi Ladder: Untuk obligasi, buat “tangga” dengan berbagai tenor untuk mengoptimalkan YTM dan menjaga likuiditas. Untuk crypto, diversifikasi di beberapa protokol DeFi untuk memitigasi risiko.
  • Rebalancing Berkala: Tetapkan proporsi ideal antara aset YTM dan APY, lalu lakukan rebalancing rutin untuk menjaga alokasi sesuai toleransi risiko.

Sebagai tambahan, ada juga produk hibrid seperti stablecoin yang di-staking, yang memberikan eksposur ke dunia kripto dengan volatilitas yang lebih rendah. Produk ini bisa menjadi jembatan bagi kamu yang ingin mencoba APY di dunia DeFi tanpa terlalu terpapar pada volatilitas harga kripto.

Strategi udah kamu kantongi. Sekarang kita bahas kapan masing-masing bisa jadi “jebakan manis” yang perlu kamu waspadai sebelum terjebak.

 

Orang Juga Baca ini:10 Coin Staking Terbaik 2025 dengan APY Tertinggi

 

Kapan YTM dan APY Bisa Menyesatkan?

Kedua metrik ini bisa menjadi panduan yang berguna, tapi ada juga situasi di mana mereka bisa menyesatkan investor yang kurang waspada:

Untuk YTM:

  • Obligasi dengan opsi call atau put – YTM menyesatkan kalau obligasi dipanggil lebih cepat (callable bonds) karena perhitungan mengasumsikan obligasi dipegang hingga jatuh tempo. Pada kenyataannya, banyak obligasi korporasi memiliki opsi call yang memungkinkan penerbit melunasi obligasi lebih cepat ketika suku bunga turun.
  • Risiko reinvestment – YTM mengasumsikan bahwa setiap pembayaran kupon dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat pengembalian yang sama sepanjang tenor obligasi. Ini jarang terjadi di dunia nyata karena fluktuasi suku bunga.
  • Gagal bayar (default) – YTM tidak memperhitungkan risiko gagal bayar dari penerbit obligasi. Obligasi dengan YTM tinggi sering mencerminkan risiko gagal bayar yang lebih tinggi pula.
  • Perubahan pajak – Perhitungan YTM standar tidak memperhitungkan dampak pajak yang bisa bervariasi berdasarkan kebijakan pemerintah dan keadaan individual investor.
  • Penjualan sebelum jatuh tempo – Jika kamu terpaksa menjual obligasi sebelum jatuh tempo, nilai realisasi bisa sangat berbeda dari YTM yang dihitung, terutama jika kondisi pasar berubah drastis.

Untuk APY:

  • Volatilitas ekstrem – APY di dunia DeFi bisa sangat menipu kalau dihitung dari protokol yang tak stabil. Misalnya, APY 200% mungkin terlihat menarik, tapi bisa jadi tidak berarti jika token yang mendasarinya anjlok 90% dalam periode yang sama.
  • Impermanent loss – Terutama untuk liquidity provider di DEX, perhitungan APY sering tidak memperhitungkan risiko impermanent loss yang bisa menggerus keuntungan secara signifikan.
  • Risiko smart contract – APY tinggi sering tidak mencerminkan risiko eksploitasi smart contract yang bisa menyebabkan kehilangan total dana.
  • Sustainability issue – Banyak protokol DeFi menawarkan APY tinggi melalui token reward, yang seringkali tidak sustainable dalam jangka panjang dan mengalami inflasi.
  • Window dressing – Beberapa protokol menampilkan APY tertinggi dalam periode tertentu sebagai promosi, padahal rata-rata jangka panjangnya jauh lebih rendah.
  • Biaya gas dan transaksi – Perhitungan APY jarang memperhitungkan biaya gas dan transaksi yang bisa signifikan di jaringan seperti Ethereum. Dalam beberapa kasus, biaya gas bisa menghabiskan semua keuntungan dari APY tinggi.

Untuk memitigasi risiko-risiko ini, kamu sebaiknya:

  • Selalu lakukan due diligence sebelum berinvestasi
  • Bandingkan YTM atau APY dengan rata-rata pasar
  • Pertimbangkan faktor lain seperti likuiditas dan reputasi penerbit/protokol
  • Diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko spesifik

Jangan hanya tergiur angka. Validasi dulu risikonya sebelum kamu masuk. Ingat bahwa keuntungan tinggi hampir selalu disertai dengan risiko tinggi pula, baik di dunia investasi tradisional maupun kripto.

Sekarang kamu tahu jebakan umumnya, yuk kita simpulkan semua pelajaran hari ini untuk memberikan gambaran utuh tentang kedua metrik ini.

Kesimpulan

YTM dan APY sama-sama menunjukkan potensi keuntungan, tapi berasal dari dua dunia yang sangat berbeda. YTM memberikan gambaran komprehensif tentang imbal hasil obligasi dengan asumsi investasi dipegang hingga jatuh tempo. Ini termasuk semua komponen pendapatan seperti kupon dan capital gain/loss. Di sisi lain, APY menunjukkan total imbal hasil tahunan dengan mempertimbangkan efek bunga majemuk, yang sering ditawarkan di dunia kripto dan DeFi.

Memilih antara keduanya harus sesuai dengan tujuan finansial dan profil risiko kamu. YTM lebih cocok untuk investor yang menginginkan stabilitas dan prediktabilitas, sementara APY di dunia kripto menawarkan potensi keuntungan lebih tinggi dengan risiko yang juga lebih besar.

Strategi terbaik mungkin adalah mengkombinasikan keduanya dalam portofolio yang seimbang—mengalokasikan sebagian dana untuk instrumen dengan YTM untuk keamanan, dan bagian lain untuk produk dengan APY tinggi untuk potensi pertumbuhan. Dengan pendekatan ini, kamu bisa mendiversifikasi risiko sambil tetap mendapatkan eksposur ke berbagai potensi keuntungan.

Yang terpenting, selalu ingat untuk melakukan riset mendalam, memahami risiko yang terlibat, dan tidak menginvestasikan dana yang tidak siap kamu lepaskan dalam jangka pendek hingga menengah. Investasi cerdas selalu didasarkan pada pemahaman yang baik tentang instrumen dan metrik yang digunakan untuk mengukur potensi keuntungannya.

Itulah pembahasan menarik tentang Yield to Maturity (YTM)  yang bisa kamu pelajari lebih dalam hanya di Akademi crypto. Tidak hanya menambah wawasan tentang investasi, di sini kamu juga dapat menemukan berita crypto terkini seputar dunia kripto.

Dan untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store. Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram

FAQ

  1. Apakah YTM itu return pasti yang akan saya dapatkan?

ya, YTM adalah return yang akan kamu dapatkan selama obligasi kamu tahan sampai jatuh tempo dan penerbit tidak gagal bayar. Namun, YTM bisa berubah jika ada pembayaran awal (early redemption) atau obligasi memiliki fitur call/put.

  1. Apakah APY selalu lebih tinggi dari YTM?

Belum tentu. APY bisa lebih tinggi karena efek bunga majemuk dan sifat protokol DeFi yang dinamis, tapi juga lebih fluktuatif dan berisiko. Ada periode di mana APY di kripto bisa sangat rendah, bahkan negatif, tergantung kondisi pasar.

  1. Bisakah saya berinvestasi pada instrumen yang memiliki YTM dan APY sekaligus?

Bisa, melalui strategi hybrid. Misalnya: kamu bisa membeli obligasi konvensional untuk YTM yang stabil, sekaligus melakukan staking stablecoin di protokol DeFi untuk APY yang lebih tinggi. Beberapa platform juga mulai menawarkan produk “tokenized bonds” yang menggabungkan karakteristik obligasi tradisional dengan kemudahan dan fleksibilitas aset digital.

  1. Bagaimana cara membandingkan YTM dan APY secara adil?

Bandingkan keduanya setelah memperhitungkan risiko (risk-adjusted return). Misalnya, YTM 7% dari obligasi pemerintah dengan risiko minimal mungkin lebih baik dibandingkan APY 20% dari protokol DeFi yang belum teruji. Gunakan metrik seperti Sharpe Ratio atau Sortino Ratio untuk perbandingan yang lebih akurat.

  1. Apakah saya bisa kehilangan seluruh investasi saya dengan YTM atau APY?

Dengan YTM, risiko kehilangan total investasi lebih rendah, terutama untuk obligasi pemerintah, meskipun tetap ada risiko default. Dengan APY di dunia DeFi, risiko kehilangan total lebih signifikan karena faktor seperti hack, exploits, atau rugpull yang bisa mengosongkan seluruh pool likuiditas.

  1. Apa yang terjadi dengan YTM jika suku bunga acuan berubah?

Jika suku bunga naik, harga obligasi existing cenderung turun, yang berarti YTM untuk pembeli baru akan naik. Sebaliknya, jika suku bunga turun, harga obligasi existing cenderung naik, menurunkan YTM untuk pembeli baru. Namun, jika kamu sudah memiliki obligasi, YTM yang kamu dapatkan tidak berubah selama kamu tidak menjualnya.

  1. Mengapa APY di beberapa protokol DeFi bisa sangat tinggi?

APY tinggi di DeFi sering berasal dari kombinasi token rewards (subsidi), fee trading, dan mekanisme tokenomics lainnya. Namun, APY sangat tinggi (misalnya di atas 100%) umumnya tidak sustainable jangka panjang dan biasanya akan turun seiring waktu atau setelah program insentif berakhir.

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.

  

Author: RB

 

Lebih Banyak dari Tutorial

Koin Baru dalam Blok

Pelajaran Dasar

Calculate Staking Rewards with INDODAX earn

Select an option
dot Polkadot 10.84%
bnb BNB 0.3%
sol Solana 5.23%
eth Ethereum 1.84%
ada Cardano 1.25%
pol Polygon Ecosystem Token 1.93%
trx Tron 2.39%
DOT
0
Berdasarkan harga & APY saat ini
Stake Now

Pasar

Nama Harga 24H Chg
VSYS/IDR
v.systems
17
183.33%
CRO/IDR
Cronos
5.730
57.94%
BR/IDR
Bedrock
1.417
41.56%
HNST/IDR
Honest
57
39.02%
VIDYX/IDR
VidyX
4
33.33%
Nama Harga 24H Chg
LEVER/IDR
LeverFi
2
-33.33%
TOKO/IDR
Tokoin
3
-25%
CNG/IDR
CoinNaviga
75.000
-23.47%
DCT/IDR
Degree Cry
64.103
-14.54%
MORPHO/IDR
Morpho
34.605
-11.27%
Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Little Pepe (LILPEPE): Beneran Next Shiba Inu atau Sekadar Hype?
28/08/2025
Little Pepe (LILPEPE): Beneran Next Shiba Inu atau Sekadar Hype?

Pasar kripto selalu punya cara bikin orang penasaran. Setiap kali

28/08/2025
Safe Wallet 2025: Dompet Kripto dengan Fitur Multi-Signature, Ini Keunggulannya!
28/08/2025
Safe Wallet 2025: Dompet Kripto dengan Fitur Multi-Signature, Ini Keunggulannya!

Bayangin kalau kamu punya aset kripto bernilai besar mulai dari

28/08/2025
Review Trezor Model T: Dompet Kripto Premium atau Biasa Aja? Lengkap Harga, Fitur, dan Pengalaman 2025!
28/08/2025
Review Trezor Model T: Dompet Kripto Premium atau Biasa Aja? Lengkap Harga, Fitur, dan Pengalaman 2025!

Banyak orang percaya menyimpan kripto di exchange besar sudah cukup

28/08/2025