Harga Bitcoin (BTC) sedang berjalan di atas garis tipis. Setelah anjlok dari level $110.000 ke kisaran $102.000, pasar kini menatap November sebagai bulan penentu arah besar selanjutnya.
Sentimen makro Amerika Serikat membuat trader waspada, sementara sinyal teknikal menunjukkan potensi ledakan volatilitas dalam waktu dekat.
Pasar Goyah, The Fed Buta Data
Kekacauan ekonomi AS menjadi pusat perhatian. Pemerintah Amerika sedang mengalami shutdown, menyebabkan lembaga penting seperti Bureau of Labor Statistics (BLS) tak bisa merilis data resmi.
Akibatnya, Federal Reserve (The Fed) harus mengandalkan data swasta dari ADP, Indeed, dan PriceStats untuk menentukan arah kebijakan moneter.
Dalam kondisi “buta data” ini, The Fed tetap memangkas suku bunga sebesar 0,25%. Kebijakan tersebut seharusnya mendukung aset berisiko, termasuk kripto.
Namun, ketidakpastian soal inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat justru membuat pasar kehilangan arah.
Beberapa analis bahkan menilai risiko stagflasi atau inflasi tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi lemah yang kini mulai membayangi.
Baca berikutnya: Bitcoin Disebut Gelembung, Peter Schiff Tuding Washington Dalangnya
Tekanan di Grafik: BTC Terjebak di Antara Dua Batas

Sumber Gambar: TradingView via CryptoTicker
Secara teknikal, chart harian Bitcoin memperlihatkan pola konsolidasi sempit di antara dua batas penting:
- Support utama: $102.000
- Resistance kuat: $110.000
Kondisi ini menggambarkan fase “diam sebelum badai”. Indikator Bollinger Bands mulai menyempit, sinyal umum bahwa volatilitas besar bisa segera terjadi.
Volume perdagangan pun terus menurun, menunjukkan bahwa banyak pelaku pasar memilih menunggu kejelasan arah makroekonomi.
Jika Bitcoin mampu menutup candle di atas $104.000, peluang relief rally ke $107.000–$109.000 masih terbuka.
Sebaliknya, jika gagal bertahan di atas $102.000, tekanan jual bisa menyeret BTC ke $97.500 hingga $92.000, sesuai level Fibonacci retracement.
Ekonomi AS di Persimpangan, Pasar Kripto Menahan Nafas

Sumber Gambar: ADP.com via CryptoTicker
Dengan absennya data resmi, pasar kini “terbang buta” bersama The Fed. Laporan ADP hanya menunjukkan penambahan 42.000 pekerjaan di sektor swasta pada Oktober, jauh di bawah rata-rata bulanan.
Sementara PriceStats mencatat inflasi di 2,66%, tertinggi dalam hampir dua tahun. Di sisi lain, indeks harga online Adobe justru menunjukkan deflasi sebesar 3%.
Kontradiksi ini membuat pelaku pasar kesulitan menilai kondisi ekonomi sebenarnya. Situasi “abu-abu” tersebut menekan risk appetite investor, termasuk di pasar kripto.
Bitcoin kini menghadapi dilema klasik, di satu sisi dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, namun di sisi lain masih diperlakukan sebagai aset berisiko oleh banyak investor.
Baca selanjutnya: Bitcoin Diprediksi Bakal Turun ke $95 Ribu Sebelum Bullvember Dimulai!
Breakout Besar Menanti: Bullish atau Panic Sell?
Pasar kini menunggu hasil rapat The Fed pada Desember 2025 mendatang. Jika bank sentral AS melanjutkan pemangkasan suku bunga, minat terhadap Bitcoin bisa bangkit kembali karena imbal hasil obligasi menurun.
Namun, bila data inflasi swasta menunjukkan tekanan harga masih tinggi, The Fed bisa menunda langkah dovish-nya dan itu bisa memicu gelombang jual di aset berisiko.
Level $102.000 kini menjadi batas psikologis paling krusial. Selama BTC bertahan di atasnya, pasar masih bisa berharap pada fase konsolidasi sehat di antara $102.000–$110.000.
Namun, penembusan ke bawah $100.000 akan menandakan perubahan tren besar dan potensi masuknya panic sellers.
Kesimpulan
November menjadi periode krusial bagi pasar kripto. Ketidakpastian ekonomi akibat shutdown pemerintah AS dan langkah The Fed yang terbatas data membuat arah kebijakan moneter sulit ditebak.
Dalam situasi ini, Bitcoin berada di persimpangan antara menjadi aset lindung nilai atau kembali diperlakukan sebagai instrumen berisiko.
Selama harga bertahan di atas zona $102.000, fase konsolidasi masih terjaga. Namun, penembusan ke bawah level psikologis $100.000 dapat menandai perubahan tren signifikan dan memicu gelombang jual baru.
Para pelaku pasar kini menanti kejelasan dari kebijakan The Fed, yang kemungkinan besar akan menentukan nasib Bitcoin untuk sisa tahun 2025.
FAQ
- Mengapa harga Bitcoin stagnan di awal November 2025?
Harga Bitcoin tertahan karena pasar global diliputi ketidakpastian. Shutdown pemerintah AS membuat The Fed kekurangan data ekonomi resmi, sehingga pelaku pasar memilih menunggu arah kebijakan moneter yang jelas. - Apa pengaruh pemangkasan suku bunga The Fed terhadap Bitcoin?
Secara umum, pemangkasan suku bunga membuat aset berisiko seperti kripto lebih menarik. Namun kali ini efeknya terbatas karena investor masih khawatir terhadap risiko stagflasi di ekonomi AS. - Level harga berapa yang menjadi support dan resistance utama Bitcoin?
Saat ini, support penting berada di $102.000, sementara resistance kuat di $110.000. Jika BTC menembus salah satu batas itu, potensi pergerakan besar akan terbuka. - Apa itu stagflasi dan bagaimana pengaruhnya terhadap pasar kripto?
Stagflasi adalah kondisi ketika inflasi tinggi tetapi pertumbuhan ekonomi melambat. Situasi ini biasanya membuat investor menghindari aset berisiko, termasuk kripto, karena daya beli dan kepercayaan pasar menurun. - Apakah Bitcoin masih dianggap aset lindung nilai terhadap inflasi?
Sebagian investor masih melihat Bitcoin sebagai hedge terhadap inflasi, tapi efektivitasnya bergantung pada kondisi makro. Saat volatilitas tinggi dan data ekonomi kacau, BTC bisa bergerak seperti aset berisiko lainnya.
Itulah informasi berita crypto hari ini. Aktifkan notifikasi agar Anda selalu mendapatkan informasi terkini dan edukasi dari Akademi Crypto seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Jangan sampai ketinggalan berita terbaru terkait dunia kripto, pergerakan pasar, dan masih banyak lagi di laman artikel edukasi crypto terpopuler.
Anda juga dapat mengikuti berita terbaru kami melalui Google News untuk akses informasi yang lebih cepat dan terpercaya.
Untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store.
Kontak Resmi Indodax
Nomor Layanan Pelanggan: (021) 5065 8888 | Email Bantuan: [email protected]
Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
Author: Fau
Referensi:
- CryptoTicker – Bitcoin in Trouble? November Could Decide BTC’s Next Big Move, diakses pada 7 November 2025
Tag Terkait: #Berita Kripto Hari Ini, #Berita Mata uang Kripto, #Berita Bitcoin, #Prediksi Harga Crypto Hari Ini






Polkadot 9.65%
BNB 0.81%
Solana 4.86%
Ethereum 2.37%
Cardano 1.63%
Polygon Ecosystem Token 2.02%
Tron 2.86%
Pasar


