Flexing adalah Kegiatan Pamer Ini Cara Mencegahnya!
icon search
icon search

Top Performers

Bahaya Flexing di Media Sosial & Hubungannya dengan Kripto

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Bahaya Flexing di Media Sosial & Hubungannya dengan Kripto

Bahaya Flexing di Media Sosial & Hubungannya dengan Kripto

Daftar Isi

Istilah “flexing” mulai mencuat dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan tren posting kekayaan di media sosial. Banyak pihak mengkritik perilaku ini dan berpendapat bahwa flexing mencerminkan sikap sombong. 

 

Dalam konteks sosial media, “flexing” merujuk pada tindakan memamerkan kekayaan, gaya hidup mewah, atau prestasi secara terang-terangan dengan tujuan mendapatkan perhatian, pengakuan, atau rasa hormat dari orang lain. Flexing pun sering terjadi di platform-platform media sosial, seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan Snapchat, di mana pengguna membagikan foto, video, atau cerita tentang barang mewah, mobil, rumah, perjalanan, atau pencapaian lainnya untuk menunjukkan keberhasilan mereka kepada orang lain. 

 

Flexing juga dapat melibatkan penggunaan kata-kata atau caption yang merendahkan orang lain atau memamerkan superioritas diri. Popularitas investasi kripto dalam beberapa waktu belakangan ini memiliki keterkaitan dengan flexing.

 

Seiring dengan kenaikan nilai aset kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan altcoin lainnya. Mereka yang telah berinvestasi dalam kripto dan mendapatkan keuntungan besar sering menggunakan sosial media untuk memamerkan hasil investasi mereka. Diantaranya, membagikan tangkapan layar portofolio mereka yang menunjukkan keuntungan yang signifikan sehingga menciptakan kesan kesuksesan finansial. Di samping itu, beberapa individu membeli kripto dan kemudian memanfaatkan keuntungan yang diperoleh dari kenaikan nilai aset tersebut untuk membeli barang-barang mewah seperti mobil, perhiasan, atau properti. Setelahnya, mereka kemudian membagikan foto atau video barang-barang ini di media sosial yang menimbulkan kesan bahwa keberhasilan finansial mereka berasal dari investasi kripto.

 

Nah, untuk lebih memahami tentang apa itu flexing, tujuan dan penyebabnya, dampak negatifnya, risikonya dalam dunia kripto, ciri-ciri investasi ilegal bermodus flexing, hingga tips agar terhindar dari flexing di media sosial, simak ulasannya berikut ini!

 

Apa Itu Flexing?

 

Bahaya Flexing di Media Sosial & Hubungannya dengan Kripto

Menurut Urbandictionary.com, flexing adalah tindakan memamerkan hal-hal terkait uang, seperti seberapa banyak uang yang dimiliki, atau tentang barang-barang mahal seperti pakaian desainer. Seringkali dilakukan oleh anak-anak muda dan pembuat konten di platform media sosial dengan sikap yang sombong.

 

Istilah flexing pertama kali diperkenalkan oleh Thorstein Veblen dalam bukunya yang berjudul The Theory of the Leisure Class: An Economic Study in the Evolution of Institutions pada tahun 1899. Seorang ekonom dan sosiolog Amerika, Veblen berpendapat bahwa ada keterkaitan langsung antara kepemilikan properti dan status sosial seseorang dalam masyarakat. Veblen menggunakan istilah “conspicuous consumption” atau “konsumsi yang mencolok” untuk menggambarkan bagaimana benda atau barang dipamerkan untuk menunjukkan status dan posisi sosial seseorang.

 

Flexing adalah cara di mana orang memamerkan keberhasilan dan kekayaan mereka kepada orang lain, biasanya melalui media sosial. Dengan berbagi foto, video, atau cerita tentang barang mewah, properti, atau pencapaian finansial, mereka mencoba menunjukkan prestasi mereka dan menciptakan kesan kesuksesan kepada audiens mereka. Lebih jauh, flexing sering digunakan untuk mendapatkan pengakuan, rasa hormat, atau pujian dari orang lain, menciptakan citra diri yang sukses dan berkecukupan di mata masyarakat.

 

Jenis Jenis Flexing & Contohnya Dalam Kehidupan

Perlu kamu ketahui bahwa ternyata flexing terdapat beberapa jenis-jenisnya dan berikut di bawah ini kita akan simak 7 jenisnya yang kami kutip dari Yoursay.suara.com, diantaranya:

 

1. Flexing Prestasi

Jenis flexing yang pertama adalah flexing prestasi dimana dengan melakukan flexing prestasi menunjukkan pencapaian yang telah dicapai, contohnya saja seseorang yang menunjukkan pencapaian lulusan, pencapaian pekerjaan, atau pencapaian lainnya.

 

2. Flexing Kekayaan

Selanjutnya adalah melakukan flexing kekayaan dimana seseorang akan menunjukkan harta kekayaan yang dimiliki, seperti menunjukkan mobil, rumah, atau barang-barang mewah.

 

3. Flexing Gaya Hidup

Nah, untuk jenis yang satu ini contohnya seseorang menunjukkan gaya hidup yang dapat diterima, seperti menunjukkan kostum, kosmetik, atau gaya hidup lainnya.

 

4. Flexing Kemahiran

Melakukan flexing kemahiran adalah menunjukkan kemampuan atau kemahiran yang dimiliki, contohnya saja seseorang yang menunjukkan kemahiran dalam seni rupa, seni bina, atau kemahiran lainnya.

 

5. Flexing Pengetahuan

Selanjutnya adalah flexing pengetahuan yang menunjukkan pengetahuan atau ilmu yang dimiliki, seperti menunjukkan ilmu pengetahuan, ilmu seni, atau ilmu lainnya.

 

6. Flexing Kesehatan

Selanjutnya adalah flexing kesehatan dimana seseorang akan menunjukkan kesehatan atau kemampuan kesehatan yang dimiliki, seperti menunjukkan diet, rutinitas, atau kesehatan lainnya.

 

 

7. Flexing Sosial

Yang terakhir adalah flexing sosial dimana seseorang menunjukkan kecepatan atau kekuatan sosial yang dimiliki, seperti menunjukkan jumlah follower, jumlah suka dalam postingan maupun hal lainnya terkait media sosial

 

Tujuan & Penyebab Flexing

Apa yang mendorong seseorang untuk melakukan flexing? Sebelum membahas penyebabnya, mari memahami terlebih dahulu tujuan di balik tindakan tersebut.

 

Menurut Rhenald Kasali, seorang akademisi dan praktisi bisnis terkenal, tujuan seseorang melakukan flexing adalah untuk mempromosikan diri, atau dengan kata lain, mencari perhatian. Selain itu, flexing juga bisa bertujuan untuk menunjukkan eksistensi, memperkuat posisi sosial seseorang dalam masyarakat, dan meningkatkan rasa percaya diri. Tujuan dari perilaku memamerkan diri ini berkaitan dengan alasan mengapa orang lain terlibat dalam tindakan serupa. Inilah beberapa penyebab terjadinya flexing, di antaranya:

 

1. Rasa Insecure

Flexing sering kali terkait dengan orang-orang yang baru memperoleh kekayaan atau yang disebut OKB, karena kebanyakan dari mereka cenderung memamerkan kekayaan yang baru didapat. Orang berpendapat bahwa mereka yang memiliki kekayaan sejak lama, yang biasa disebut old money, tidak akan terlibat dalam perilaku memamerkan harta. Secara psikologis, saat seseorang baru mendapatkan sesuatu yang lama diimpikan, kecenderungan untuk memamerkannya kepada orang lain menjadi lebih tinggi. Sejauh mana perilaku ini dilakukan, apakah sebatas perlu atau berlebihan, tergantung pada karakter pribadi individu.

 

2. Mencari Perhatian

Pihak yang melakukan flexing sering menyadari bahwa perilaku ini dapat menjengkelkan orang lain, namun mereka tidak mempedulikan reaksi tersebut karena tujuan mereka adalah mencari perhatian. Semakin banyak orang yang memberi respons terhadap perilaku memamerkan diri ini, semakin puas dan senanglah mereka.

 

3. Mencari Validasi

Berbeda dengan mereka yang merasa tidak aman sehingga harus memamerkan kekayaan untuk menghindari merasa diremehkan, ada juga yang melakukan flexing karena mencari validasi. Mereka ingin melihat reaksi orang lain terhadap apa yang mereka miliki. Bagi mereka, validasi dari orang lain terhadap kepemilikan mereka sangat penting, dan mereka tidak puas jika tidak mendapatkannya.

 

4. Tekanan Sosial

Perilaku flexing lebih sering terjadi di kota-kota besar, di mana lingkungannya cenderung kompetitif dan dipenuhi dengan pencapaian besar. Oleh karena itu, perilaku ini mungkin dianggap wajar dalam lingkungan tersebut. Namun, hal ini menjadi sorotan ketika perilaku flexing tetap dilakukan di luar lingkungan yang memang mendorong perilaku ini.

 

5. Kurang Berempati

Kadang-kadang, ada orang yang memamerkan kekayaannya tanpa alasan yang jelas, kecuali untuk sekadar memamerkan. Mereka tidak menyadari bahwa perilaku semacam ini dapat menciptakan kesenjangan sosial di sekitarnya. Mereka tidak memiliki empati untuk memahami perasaan orang lain yang merasa tidak nyaman dengan perilaku memamerkan diri mereka.

 

Mengenal Dampak Negatif Flexing

 

Bahaya Flexing di Media Sosial & Hubungannya dengan Kripto

 

Meskipun tindakan flexing yang digunakan untuk keperluan pemasaran bisa memberikan keuntungan, namun ketika flexing dilakukan dengan niat untuk memamerkan kekayaan, dampaknya bisa tidak menguntungkan. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari tindakan flexing yang bertujuan pamer kekayaan, antara lain:

 

1. Memaksakan Keadaan

Flexing yang dilakukan untuk pamer kekayaan dapat mendorong perilaku memaksakan keadaan. Orang yang terbiasa memamerkan barang-barang mewah cenderung ingin terus menunjukkan eksistensinya. Hal ini berisiko ketika mereka tidak lagi mampu mempertahankan gaya hidup tersebut. Dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan pemaksaan dan tekanan untuk mempertahankan citra tersebut, bahkan jika kondisi finansial tidak mendukung.

 

2. Kesulitan Membangun Hubungan Sosial-Pertemanan

Meskipun banyak yang percaya bahwa kekayaan dapat menarik perhatian, tetapi realitanya orang yang terlalu sering memamerkan kekayaan melalui flexing justru bisa kesulitan membangun hubungan sosial yang sejati. Studi menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih suka bersahabat dengan individu yang memiliki kehidupan yang lebih sederhana daripada yang terlalu menonjolkan kemewahannya.

 

3. Gangguan pada Kepribadian

Flexing yang berlebihan dapat mengganggu kepribadian seseorang. Menurut penelitian seorang psikolog dari Knox College yang menulis buku The High Price of Materialism, individu yang sering melakukan flexing cenderung kurang empati, kurang peduli dengan orang lain, dan lebih kompetitif. Selain itu, mereka mungkin tidak mendukung prinsip-prinsip lingkungan yang berkelanjutan dan bisa mendukung pandangan yang merugikan dan diskriminatif.

 

Risiko Flexing dalam Dunia Kripto

Perlu diketahui, dunia dipenuhi dengan cerita sukses, terutama dalam industri aset kripto yang berkembang pesat ini. Media sosial memberikan platform bagi para influencer dan pengusaha untuk berbagi kisah sukses mereka kepada audiens global. Namun, beberapa peristiwa tragis belakangan ini mengingatkan bahwa memamerkan kekayaan dari aset kripto bisa mendatangkan malapetaka. Mengutip dari sumber BeInCrypto, berikut ini beberapa contoh kasus terkait risiko flexing dalam dunia kripto yang perlu diketahui, yaitu:

 

1. Fernando Perez Algaba

Salah satu insiden mengerikan melibatkan Fernando Perez Algaba, seorang miliarder asal Argentina yang terkenal karena menyewakan kendaraan mewah, menjual kripto, dan memperlihatkan gaya hidup mewahnya kepada hampir sejuta pengikut di Instagram. Algaba ditemukan dalam kondisi yang sangat tragis, yakni jasadnya yang telah termutilasi ditemukan di dalam sebuah koper di dekat sungai di Buenos Aires. Dalam pernyataan yang diberikan oleh saudara laki-laki Algaba, dia berkata, “Saya sudah [berada] di sini selama tiga hari dan hampir tidak tidur, merenung, memikirkan dengan keras bagaimana ini bisa terjadi. Tetapi saya tidak akan tinggal diam, saya tidak akan menegakkan keadilan dengan tangan saya sendiri. Namun, saya berharap keadilan akan ditegakkan.”

 

2. Peter Vuong dan Angel Bowyer

Namun, itu bukan satu-satunya kasus yang terjadi. Di Sydney, Australia, Peter Vuong mengalami mimpi buruk yang menakutkan ketika dia diculik dari tempat tidur yang ia tempati bersama kekasihnya, seorang influencer bernama Angel Bowyer. Para penculik kemudian meminta uang tebusan sebesar US$5 juta dari keluarga Bowyer yang merupakan seorang trader kripto bernama Tran Dinh. “Mereka menetapkan tebusan US$5 juta… Jika Anda tidak bisa memenuhi permintaan kami, kami akan menyakiti anak Anda sedikit demi sedikit sampai Anda memberikan apa yang kami inginkan. Apakah Anda ingin melihatnya disakiti? Siapkan US$5 juta. Anda memiliki 24 jam untuk memberikan uang tebusan ini. Kami menunggu, waktu terus berjalan,” demikian bunyi pesan yang diduga berasal dari para penculik.

 

Waspada, Ciri-Ciri Investasi Ilegal Bermodus Flexing!

Penipuan investasi yang dengan model konten flexing ala orang kaya ini tentu menimbulkan ketakutan bagi banyak orang yang berencana berinvestasi, entah itu di pasar saham, kripto, atau Bitcoin. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua platform atau aplikasi investasi online adalah penipuan. Berikut adalah beberapa tanda aplikasi investasi bodong yang perlu dikenali agar dapat menghindari skema penipuan investasi, yaitu:

 

1. Iming-Iming Keuntungan Besar

Endorser aplikasi investasi palsu sering kali menawarkan janji keuntungan yang tidak masuk akal dalam waktu yang sangat singkat, misalnya hanya dalam 1-3 bulan. Namun, investasi yang sehat biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memberikan hasil yang signifikan, dan keuntungan yang realistis disertai dengan risiko yang sesuai. Platform investasi yang sah tidak akan menawarkan janji keuntungan yang cepat dan tidak realistis. Sebaliknya, mereka membimbing investor tentang cara memaksimalkan hasil dengan memilih instrumen dan modal yang sesuai dengan jangka waktu investasi yang dipilih.

 

2. Aplikasi Tidak Memiliki Izin Resmi

Sebelum tergoda untuk berinvestasi melalui aplikasi yang dipromosikan oleh YouTuber atau selebgram favorit, penting untuk memeriksa apakah aplikasi tersebut telah memperoleh izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Aplikasi yang diawasi dan memiliki izin dari BAPPEBTI dan OJK menandakan bahwa platform tersebut menjalani proses investasi sesuai dengan aturan dan regulasi yang berlaku, dan oleh karena itu, memiliki risiko penipuan yang rendah.

 

3. Merayu Audiens agar Mengikuti Investasi

Salah satu ciri investasi ilegal bermodus flexing adalah merayu audiens melalui pameran kekayaan dan janji keuntungan besar dengan mengikuti investasi tertentu. Mereka menggunakan gaya hidup mewah dan promosi berlebihan untuk menarik orang lain agar ikut serta dalam investasi yang sebenarnya tidak legal atau tidak sah.

 

Tips agar Terhindar dari Flexing di Media Sosial

Mengetahui tips untuk menghindari flexing di media sosial memiliki banyak manfaat, terutama dalam menjaga kesehatan mental, keuangan, dan hubungan sosial seseorang. Nah, untuk menghindari jebakan flexing, berikut ini beberapa tips yang dapat diterapkan, yaitu:

 

1. Saring Konten/Filter Media Sosial

Tidak masalah membagikan pencapaianmu di media sosial, namun penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari unggahan tersebut. Jagalah agar unggahan kamu tetap sederhana dan bermakna, sesuai dengan pencapaian yang kamu raih.

 

2. Berbagi Pencapaian dengan Makna

Saat kamu membagikan pencapaian di media sosial, selalu sertakan alasan mengapa hal tersebut begitu berharga dalam hidupmu. Dengan demikian, mungkin kamu dapat menginspirasi orang lain melalui unggahan kamu, bukan sekadar memamerkan prestasi.

 

3. Jangan Bergantung pada Media Sosial

Pahami bahwa setiap orang memiliki kondisi finansial yang berbeda. Oleh karena itu, kamu tidak perlu mengikuti tren konsumtif hanya untuk terlihat mewah dan mencolok di media sosial. Pelajari kebutuhanmu sendiri dan belajarlah mencintai dirimu apa adanya.

 

4. Banggakan Diri Sendiri

Pahami bahwa kamu tidak perlu mendapatkan validasi dari orang lain untuk merasa bahagia. Banggalah dengan pencapaian dan nilai-nilai positif yang kamu miliki tanpa harus tergantung pada pandangan orang lain. Kamu hebat dengan caramu sendiri.

 

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, popularitas investasi kripto dalam beberapa waktu belakangan ini memiliki keterkaitan dengan flexing. Seiring dengan kenaikan nilai aset kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan altcoin lainnya, orang yang telah berinvestasi dalam kripto dan mendapatkan keuntungan besar sering menggunakan sosial media untuk memamerkan hasil investasi mereka. Mereka dapat membagikan tangkapan layar portofolio mereka yang menunjukkan keuntungan yang signifikan sehingga menciptakan kesan kesuksesan finansial. Maka dari itu, penting bagi siapa pun untuk memahami bahwa flexing bisa membawa risiko yang tidak diinginkan, termasuk dalam dunia kripto. Terkait hal itu, merupakan hal yang bijaksana untuk selalu berhati-hati dalam membagikan informasi keuangan secara terbuka dan menghindari memamerkan kekayaan dengan cara yang berlebihan.

 

Investasi dengan Mudah, Aman, dan Untung di INDODAX

Demikianlah pembahasan mengenai apa itu flexing, tujuan dan penyebabnya, dampak negatifnya, risikonya dalam dunia kripto, ciri-ciri investasi ilegal bermodus flexing, hingga tips agar terhindar dari flexing di media sosial.

 

Selanjutnya, kamu juga dapat membaca artikel menarik lainnya seperti apa itu scam hanya di INDODAX Academy. Sebagai tambahan informasi, dalam rangka menghindari flexing, ada baiknya kamu mencegahnya dengan menginvestasikan ke aset kripto di INDODAX. Investasi crypto semakin mudah aman dan untung dengan INDODAX. Hal itu karena INDODAX merupakan salah satu bursa kripto terkemuka di Indonesia yang menyediakan layanan perdagangan aset uang kripto yang cepat, andal, dan terpercaya bagi para penggunanya. Salah satu keunggulan INDODAX adalah kemudahan dalam melakukan transaksi. Selain itu, INDODAX juga menyediakan berbagai alat dan fitur untuk membantu pengguna meningkatkan potensi keuntungan mereka.

 

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, mulai berinvestasi aset kripto hanya di INDODAX mulai sekarang juga!

Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Jangan Tertukar, Ini Perbedaan Utility Token vs. Token Sekuritas
03/05/2024
Jangan Tertukar, Ini Perbedaan Utility Token vs. Token Sekuritas

Aset kripto yang dipakai untuk membayar sebuah barang atau jasa

03/05/2024
Toncoin (TON) Kini Hadir di INDODAX!
30/04/2024
Toncoin (TON) Kini Hadir di INDODAX!

Kini, aset kripto Toncoin (TON) telah tersedia di INDODAX pada

30/04/2024
Degen (DEGEN) Kini Hadir di INDODAX!
30/04/2024
Degen (DEGEN) Kini Hadir di INDODAX!

Harga DEGEN naik hampir 100,000% dari $0.000023 menjadi di atas

30/04/2024